Presma BEM UNIBA: Perempuan Sangat Pantas untuk Memimpin!

Elektabilitas dan kapasitas mampu menyaingi kaum adam

Balikpapan, IDN Times - Dominasi dalam peranan gender yang membungkus pemikiran masa lalu sedikit demi sedikit mulai terhapuskan. Meski dalam beberapa kasus, sistem partriarki masih kerap ditemukan. Namun banyak yang sadar bahwa gender tak memengaruhi keberhasilan otoritas.

Wanita juga kini dianggap lebih mampu membawa perubahan dalam sistem kehidupan. Keputusannya pun tak bisa diremehkan. Di era modernisasi, keterlibatan perempuan sudah mulai ditunjukkan pada masa-masa menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Selain matang dalam berpikir, istilah 'perempuan tak bisa menggunakan logika' dalam menjalankan misi itu bisa terpatahkan. 

Dalam lingkup organisasi di salah satu kampus terkenal di Balikpapan, Universitas Balikpapan (UNIBA) justru mengakui kemampuan perempuan dalam hal kepemimpinan.  

"Bahkan hasil dari langkah mereka (perempuan) di lingkup kampus, termasuk dalam sebuah forum yang mereka bentuk itu terlihat. Beberapa kegiatan kami di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga sering dikoordinatori oleh perempuan. Jadi saya rasa mereka pun sangat pantas untuk memimpin," kata Presiden Mahasiswa BEM UNIBA, Jodi Viki, saat dihubungi IDN Times, Jumat (25/2/2022). 

1. Akui perempuan mampu memimpin

Presma BEM UNIBA: Perempuan Sangat Pantas untuk Memimpin!Presma BEM Universitas Balikpapan, Jodi Viki

Meski dalam komposisi di BEM perempuan hanya bisa dihitung jari, tetapi dari segi elektabilitas dan kapasitas, Jodi sangat mengakui mereka. Bahkan, kata dia, perempuan-perempuan yang diberi kesempatan memimpin itu bisa menyaingi kaum adam. 

"Di kepengurusan saya, perempuan ada enam orang dari 20 orang anggota BEM. Itu bukan karena kami tidak menjaring banyak perempuan dalam pemilihan lalu, tetapi sempat ada kendala saat penjaringan. Namun enam orang itu mampu menjalankan tugasnya dengan baik," kata dia.

Jodi pun memberikan doktrin yang sama pada semua anggotanya tanpa memandang gender. Dan sejauh ini, arahannya pun dapat diterima dan dilakukan dengan baik untuk semua gender. Karena menurutnya kesetaraan gender itu bukan masalah keistimewaan bagi satu gender, tetapi kemampuan menjalankan urusan tanpa memandang jenis kelamin.

2. Siap mendampingi korban melalui Rumah Kajian Advokasi

Presma BEM UNIBA: Perempuan Sangat Pantas untuk Memimpin!Ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski begitu, dia tak menampik jika perempuan tetap menjadi sosok yang mesti dilindungi dari kejahatan seksual. Apalagi maraknya kasus kekerasan seksual dalam lingkup kampus memang menjadi isu hangat belakangan ini.

Jodi bersama anggotanya pun tak melewatkan hal itu. Di bawah naungan Menteri Kajian Strategi dan Advokasi-nya, terdapat rumah kajian advokasi yang nantinya akan bekerja sama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang siap mendampingi para perempuan di kampus mereka jika ada yang mengalami pelecehan seksual di lingkungan perguruan tinggi tersebut. 

"Tetapi syukurnya belum ada laporan seperti itu, dan kami harapkan mereka semua aman dan terhindar dari hal tersebut," tuturnya.

Baca Juga: Sakit Hati HP Disita, Dua Remaja di Samarinda Habisi Nyawa Ustaz-nya

3. Pentingnya memahami isu perempuan dan kesetaraaan gender dalam kehidupan

Presma BEM UNIBA: Perempuan Sangat Pantas untuk Memimpin!Bina Karir

Di sisi lain, di kampus UNIBA ini juga memiliki beberapa mahasiswa perempuan yang terjun sebagai aktivis dalam menggaungkan kesetaraan gender dan pergerakan perempuan di dalam lingkup dan luar kampus. 

Di antaranya adalah Ananda Nabilah. Mahasiswi dari Fakultas Sastra, Prodi Sastra Inggris ini lantang dan getol membagikan pentingnya memahami isu perempuan dan kesetaraaan gender dalam kehidupan.

"Dalam realitanya memang masih ada ketimpangan, dan narasi ini perlu di bawa setiap hari. Semakin kuat ketimpangannya, maka semakin lantang juga kami menyuarakan," tegasnya.

4. Kuasa, ketimpangan pemahaman gender, kekerasan seksual

Presma BEM UNIBA: Perempuan Sangat Pantas untuk Memimpin!Photo by Samantha Sophia on Unsplash

Kepada IDN Times, Nanda sapaannya, berbagi cerita dan alasan yang membuat diskriminasi gender di instansi perguruan tinggi masih kerap kali terjadi. Pandangannya merujuk pada kehidupan masing-masing personal yang ada di kampus itu. 

"Karena nilai-nilai itu sendiri pun dari budaya yang juga berkeliling di media-media massa, yang akhirnya terus tumbuh sampai ke sini. Contohnya kepercayaan pada satu pemahaman bahwa pria adalah pemimpin dan ditelan mentah-mentah begitu saja," jelasnya.

Untuk mematahkan itu semua, gadis berusia 20 tahun ini memberikan usulan kepada pihak perguruan tinggi agar menjadi tempat pertama yang bisa mengubah hal-hal yang menjadi budaya selama ini. Mulai dari kurikulum dengan menyediakan pendidikan seksual yang komprehensif dan serius, yang akhirnya dapat diikuti dengan kebiasaan dan sistem yang ada. Sehingga baik ketimpangan dalam pemahaman gender maupun kasus kekerasan seksual dapat diminimalisir dengan langkah-langkah tersebut.

Selain itu, usulan tersebut juga harus dipahami kepada pihak-pihak yang berada pada kursi kepemimpinan atau pihak yang berada di relasi kuasa. Paling tidak dapat mengubah segala pemikiran yang selama ini selalu menormalkan dan menilai kasus kekerasan seksual biasa saja.

Sebagai aktivis, untuk bisa meraih keamanan bagi perempuan dan kesetaraan gender, dia bersama teman-temannya juga aktif berbagi. Baik dalam forum diskusi antar-kampus maupun melalui media sosial. 

Baca Juga: Balikpapan Dapat Kiriman 500 Paket Obat Telemedicine

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya