6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lho

Kearifan lokal ini warisan dari nenek moyang zaman lampau

Balikpapan, IDN Times - Kaum adat Suku Dayak Kalimantan mayoritas penganut kepercayaan Kaharingan. Suatu aliran kepercayaan pemuja para roh leluhur disebut Orai Langit dan Dara Bura Orai Tiana.

Para roh lelulur ini, memandu orang Dayak tentang bagaimana mereka menjaga keanekaragaman hayati Kalimantan. Bagaimana cara bercocok tanam, membuka lahan, berburu, hingga berperang.

Kearifan lokal masyarakat Dayak ini ada yang mistis, tapi tidak kurang pula yang rasional dan masuk akal.

IDN Times mencoba merangkum 6 kearifan lokal Suku Dayak berdasarkan testimoni para tokoh di Barito Utara, Paser, hingga Balikpapan. 

1. Tentang bagaimana Suku Dayak dalam berladang

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhoPemuda Dayak di hutan Kalteng. (IDN Times/Istimewa)

Putes Lekas (34) seorang pemuda Dayak Taboyan Barito Utara Kalimantan Tengah (Kalteng) menceritakan, mereka punya cara unik berinteraksi dengan alam. Seperti contohnya, tentang bagaimana semestinya untuk berladang. 

Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi menenung atau semadi. “Kami menenung untuk memperoleh firasat dari leluhur dalam melakukan segala hal,” ungkapnya.

Dalam menenung, Putes mengaku mampu berkomunikasi langsung dengan leluhur. Doanya dijawab lewat pertanda kayu tertancap dalam tanah, makin panjang atau pendek.

“Kayu bertambah panjang artinya kami dilarang berladang. Bila kayunya bertambah pendek, artinya dipersilakan dan tanahnya subur,” ujarnya.

Baca Juga: 6 Motif Tato Suku Dayak, dari Simbol Kekuatan hingga Kematian

2. Bagaimana orang Dayak menemukan jodohnya

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhoTarian Suku Dayak Kalimantan. (IDN Times/Istimewa)

Suku Dayak punya cara unik tentang bagaimana mereka menemukan jodoh. Cara jauh berbeda dengan masyarakat modern yang harus berinteraksi langsung dengan pasangan atau memanfaatkan media sosial, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, ataupun lainnya.

Caranya cukup dengan menenung meminta petunjuk leluhur. Prosesi dilakukan di lokasi keramat; Pegunungan Lumut, Muller, dan Meratus.

Nantinya, mereka akan memperoleh firasat kira-kira lokasi pasti jodoh berada. Sebaliknya, firasat itu pun akan diterima pihak pasangan masing-masing.

“Sehingga saat kami bertemu sudah merasa saling berjodoh," ungkap Putes.

3. Mengenal tingkat kesuburan tanah Kalimantan

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhoPersawahan warga Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah. (IDN Times/Istimewa)

Masyarakat Dayak mengenal kesuburan tanah di Kalimantan hanya dengan melihat tumbuhan di lokasi tersebut. Ada jenis tumbuhan tertentu tumbuh di tanah tandus dan sebaliknya di tanah jawak atau subur.

“Kami hanya dengan melihat jenis tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut,” kata Ketua Dewan Adat Dayak Paser Kalimantan Timur (Kaltim) Midin (64).

Orang Dayak tidak pernah sembarangan membuka hutan di area kurang cocok untuk berladang. Mereka hanya membuka hutan di tanah jawak yang cocok untuk berladang dan persawahan.

“Ada beberapa jenis pohon yang menjadi pertanda subur tidaknya tanah itu,” papar Midin.

4. Teknik khusus membuka lahan dengan cara membakar hutan

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhoProsesi ritual adat Suku Dayak Kalimantan. (IDN Times/Istimewa)

Orang Dayak punya teknik khusus tentang bagaimana cara membuka lahan lewat membakar hutan. Cara dimaksudkan agar hutan yang dibakar tidak menyebar ke area yang lebih luas.

“Caranya dengan membuat isolasi dua lapis,” ungkap Midin.

Tahap pertama, mereka menempatkan belasan orang mengelilingi area akan dibakar. Orang-orang ini dilengkapi dengan pelbagai peralatan pemadam api,

“Mereka ini yang menjaga agar kobaran api tidak meluas,” paparnya.

Setelah api dipastikan padam, pembakaran hutan dilanjutkan dengan area yang lebih luas.

“Orang yang bertugas memadamkan api juga turut menyebar di lokasi sudah ditentukan,” ungkapnya.

Sebelum membakar hutan, mereka menggelar prosesi adat meminta bantuan leluhur. Orang menamai dengan istilah oak nyila baras atau api sebesar apa pun bisa dikendalikan.

5. Bagaimana cara menangkap ikan ramah lingkungan

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhomancing.top

Zaman dahulu, sungai-sungai di Kalimantan sangat bersih dan dihuni ribuan ikan air tawar ukuran besar. Masyarakat Dayak tidak akan kekurangan mencari lauk-pauk makanan sehari-hari.

“Cukup pergi ke sungai yang tidak terlalu besar sudah ada ikan bisa ditangkap dengan tangan. Ukurannya juga besar-besar,” ungkap Midin.

Semua itu karena orang Dayak sangat tahu bagaimana semestinya merawat hutannya. Mereka sewajarnya dalam mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah lingkungan.

Seperti cara menangkap ikan mempergunakan getah akar pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap.

“Ikannya menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap. Tapi esok harinya, ikan-ikan ini akan kembali sehat,” tutur Midin.

Lain cerita bila mempergunakan racun potas. Seluruh ikan sungai mati dari ukuran besar hingga yang kecil.

6. Bagaimana mempergunakan senjata keramat pedang Mandau

6 Kearifan Lokal Suku Dayak, ada yang Rasional dan Mistis lhoSenjata tradisional Suku Dayak pedang mandau. (IDN Times/Istimewa)

Suku Dayak memiliki senjata tradisional pedang mandau. Pedang keramat ini berbeda dengan pedang mandau biasa dijual di pasar-pasar. Bentuknya tebal seperti parang biasa dan tanpa hiasan ukiran sama sekali di logamnya.

Gagang pedang terbuat dari tulang hewan dengan ukiran hewan lintah.

“Lintah sebagai pertanda bahwa pedang ini haus akan darah,” kata Ketua Dewan Adat Dayak Balikpapan Kaltim Abriantinus.

Masyarakat Dayak tidak sembarangan membawa apalagi menghunus pedang mandau. Sekali pedang terhunus, pedang ini biasanya akan memakan korban nyawa manusia.

“Karena hawanya akan panas dan selalu marah. Saya juga tidak berani sembarangan menghunus pedang ini,” ungkapnya.

Di masanya, pedang mandau memang sengaja dibuat untuk menebas kepala manusia. Suatu masa, di mana Suku Dayak masih sering berperang di antara suku-suku lainnya. 

Baca Juga: TKI Penyintas COVID-19 B117 dari Arab, Tolak Karantina di Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya