Perjuangan Guru Pedalaman Mengajar secara Online Tanpa Akses Internet

Kreatifitas para guru dituntut 

Samarinda, IDN Times - Desa Muara Enggelam adalah salah satu desa terisolasi di Kecamatan Muara Wis Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim).

Jangankan akses internet, sarana infrastruktur jalan desa pun tak tersedia di situ. Tantangan berat bagi seluruh tenaga pendidik Sekolah Dasar Negeri (SDN) 011 Muara Wis dalam menjalankan tugasnya di samping pelbagai kendala di masa pandemik COVID-19 melanda Kaltim. 

1. Mengajar di sekolah pedalaman Kaltim

Perjuangan Guru Pedalaman Mengajar secara Online Tanpa Akses InternetGuru tenaga harian lepas SDN 011 di Desa Muara Enggelam Taufik. (IDN Times/Nina)

Seperti dialami salah seorang guru tenaga harian lepas (THL) di SDN ini bernama Taufik mengaku, butuh kerja keras dan kreativitas mengajar di sekolah pedalaman. Dalam mengakali keterbatasan infrastruktur agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

Salah satunya seperti sekarang ini, di mana pemerintah mewajibkan pembelajaran secara online guna memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Di sisi lain, jaringan internet masih menjadi barang yang langka bagi mayoritas masyarakat Muara Enggelam.

Belum lagi permasalahan minimnya jumlah warganya yang memiliki gadget ponsel pintar dan laptop yang mumpuni.  

Ia harus memutar otak agar proses belajar mengajar tetap lancar. 

“Kami di sini kendalanya sinyal ya. Kalau di Mueng ini, kekuatan sinyal cuma di satu tempat. Sisanya pasti hilang sinyal," paparnya. 

Guru sekaligus nelayan air di Danau Semayang harus kreatif agar anak didiknya tetap aktif belajar. 

“Selama pandemik kan, semua sekolah diwajibkan untuk melakukan belajar online. Di sini kami tidak bisa. Akhirnya saya setiap keluar dari desa, suka muncul ide-ide bagus untuk memecahkan masalah kami di desa,” terangnya.

Salah satunya, Taufik berinisiatif merekam video materi pelajaran mempergunakan gawainya. Setelah itu, ia mendatangi satu per satu rumah anak didiknya untuk membagikan rekaman video tersebut. 

Prosesnya lumayan jadul dengan mempergunakan sarana jaringan bluetooth ponsel.

“Saya ke rumah rumah anak didik saya, untuk videonya bisa saya kirim dan dipelajari oleh anak-anak di rumah. Mau virtual, tapi masih sulit akses internet di sini,” tuturnya.

Baca Juga: Aktivitas Tambang Liar di Samarinda Terungkap Lewat Media Sosial

2. Strategi kreatif para guru di tengah keterbatasan

Perjuangan Guru Pedalaman Mengajar secara Online Tanpa Akses InternetPriyo Handoko mengajak anaknya yang masih duduk kelas dua sekolah dasar saat beraktivitas mengatur lalu lintas, agar selalu dapat membimbingnya selama melakukan kegiatan belajar di rumah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Pandemik yang melanda sejak 2 tahun belakangan ini, membuat sekolah di Desa Muang harus menerima bisa berlapang hati. Kukar masuk dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di mana sekolah tidak diperkenankan menggelar pembelajaran tatap muka. 

Kondisi yang terpaksa dilalui sekolah di daerah terpencil ini. Para guru termasuk kepala sekolah harus jemput "bola' mendatangi masing-masing siswa. 

"Kami membagi para guru masing-masing berkeliling di setiap RT-RT di mana siswa yang hadir dibatasi 5 hingga 8 orang saja. Setelah selesai, kami pindah ke RT lain," kata Kepala Sekolah SDN 011 Desa Mueng Hery Cahyadi. 

Para guru harus melakukan pekerjaan extra dalam mendatangi rumah-rumah siswa. 

Hery mengatakan, strategi tersebut menjadi solusi satu-satunya guna menjalani kelangsungan proses belajar mengajar siswa. Kerja keras sekaligus dedikasi para guru. 

“Untungnya guru-guru kami ini tidak banyak ngeluh, meskipun mereka sering telat dibayar, apalagi jumlah upah mereka mungkin tidak sebanding dengan keringat dan tenaga yang mereka keluarkan. Semua demi anak anak desa ini," paparnya membanggakan kinerja rekan-rekannya. 

“Kami punya harapan untuk desa yang indah ini, yaitu anak-anak tidak boleh kehilangan pembimbing meski diserang pandemik,” ujarnya. 

3. Suka duka menjadi guru di daerah pedalaman Kaltim

Perjuangan Guru Pedalaman Mengajar secara Online Tanpa Akses InternetDesa Muara Enggelam di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Foto istimewa

Hery Cahyadi adalah seorang guru yang patut diacungi jempol. Tanpa ragu, ia bersedia mengabdikan diri bertugas ke desa terpencil di Kukar dengan keterbatasan segala fasilitas.

Hingga akhirnya dipercaya menjabat Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 011 Kecamatan Muara Wis Desa Muara Enggelam (Mueng) Kukar. 

“Sekolah ini ikan di desa terisolir, jadi saya dan teman-teman pengajar mengupayakan meski tidak memiliki fasilitas yang baik, setidaknya kita mulai memperkenalkan sekolah, agar banyak mata yang bisa peduli dengan sekolah ini,” ujarnya. 

Profesi guru di daerah pedalaman, memang bukanlah hal yang mudah. Meskipun guru dikenal sebagai pekerjaan mulia, namun masih banyak guru yang hidupnya jauh dari sejahtera.

Sebagai gambaran, Desa Mueng Mueng itu belum tersedia akses jalur transportasi darat dari kota terdekat di Kabupaten Kukar. Interaksi masyarakat dipersatukan lewat jalur air di Danau Semayang. 

Mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan air tawar. 

“Dulu, tak pernah berpikir bertugas di sini. Muara Enggelam itu apa, saya juga belum tahu, hingga akhirnya mengabdi di sini,” kata Hery.

Tanpa terasa bertahun-tahun bertugas di tempat itu, Hery pun ditunjuk menjadi Kepala Sekolah SD Negeri 011. 

“Prestasi saya yang paling saya banggakan, setelah bertahun tahun mengabdi, saya ditunjuk menjadi kepala sekolah,” ungkapnya.

Baca Juga: Kutai Kartanegara Jadi Episentrum Penyebaran Kasus COVID-19 di Kaltim

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya