Jejak Kesultanan Bulungan dari Masa Keemasan hingga Tragedi Kolonial

Balikpapan, IDN Times - Kesultanan Bulungan mungkin belum banyak dikenal oleh sebagian orang. Namun, kerajaan ini pernah berjaya menguasai wilayah pesisir Kalimantan Utara (Kaltara) dan sekitarnya. Kesultanan Bulungan didirikan pada tahun 1731 oleh raja pertamanya, Wira Amir.
Seiring berjalannya waktu, nama Kesultanan Bulungan semakin terlupakan. Oleh karena itu, artikel ini akan mengulas sejarah Kesultanan Bulungan. Simak hingga akhir, ya!
1. Sejarah Kesultanan Bulungan

Kesultanan Bulungan merupakan sebuah kerajaan yang berada di perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Sejarah Kesultanan Bulungan dimulai pada tahun 1771 dengan raja pertamanya, Sultan Amril Mukminin, yang berasal dari Sulawesi.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Bulungan meliputi seluruh Provinsi Kalimantan Utara. Hingga saat ini, sudah ada 13 generasi raja Kesultanan Bulungan yang memerintah dengan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari hasil hutan, laut, hingga sungai-sungai di perbatasan Kalimantan.
Masa kejayaan Kesultanan Bulungan berlangsung dari tahun 1771 hingga 1938. Yang patut diapresiasi dari kesultanan ini adalah kemampuannya untuk berdiri tegak tanpa menarik upeti dari penduduk di wilayahnya.
Menariknya, Kesultanan Bulungan juga memiliki ratusan pasukan terlatih yang dilengkapi dengan senapan dan meriam. Pasukan ini bertugas mengusir perompak yang kerap meresahkan wilayah perbatasan.
2. Masa penjajahan

Ketika kolonial Belanda memasuki Kalimantan, Kesultanan Bulungan tetap mampu mempertahankan eksistensinya. Keberadaan tentara Belanda justru memperkuat pertahanan dan keamanan kesultanan tersebut.
Pada akhirnya, Belanda menawarkan kerja sama keamanan kepada Kesultanan Bulungan dengan syarat yang telah disepakati bersama. Belanda diberi izin untuk mengeksploitasi sumber minyak dan gas di wilayah kesultanan, namun hasil penjualannya harus dibagi dengan Kesultanan Bulungan.
Pendapatan dari hasil kerja sama tersebut digunakan untuk membangun pemerintahan dan pendidikan keluarga raja. Hubungan antara Belanda dan Kesultanan Bulungan pun terjalin dengan baik, tanpa ada penindasan atau kerja paksa yang dirasakan oleh rakyat.
3. Tragedi pembantaian

Namun, pada masa konfrontasi melawan Malaysia, Kesultanan Bulungan mengalami kehancuran. Kesultanan ini dituduh berafiliasi dengan Malaysia yang saat itu didukung oleh Inggris. Tuduhan tersebut berujung tragis, karena sebagian besar anggota kerajaan dieksekusi.
Brigadir Jenderal Suharyo, yang memimpin tentara di Kalimantan, memerintahkan pasukannya untuk membantai anggota Kesultanan Bulungan tanpa alasan yang jelas. Harta benda kesultanan, termasuk ratusan benda antik buatan Tiongkok dan Eropa, dijarah. Istana yang sudah berdiri ratusan tahun pun dibakar habis tanpa sisa.
Datuk Abdul Hamid, salah satu anggota keluarga Kesultanan Bulungan yang tersisa, terus berjuang mempertahankan warisan sejarah kesultanan ini. Ia berharap pemerintah menjaga tapak sejarah Kesultanan Bulungan, seperti halnya kerajaan-kerajaan Nusantara lainnya, dan membangun kembali istana yang telah hancur.