Seniman Mural Samarinda, Hidup Segan Mati pun Tak Mau

Seniman ini dianggap sungkan mengkritik pemerintah

Samarinda, IDN Times - Seniman grafiti atau mural belum memperoleh ruang di Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim). Sebagian masyarakat Kota Tepian masih beranggapan mural dengan pandangan negatif merusak pemandangan kota. Sama halnya dengan aksi vandalisme corat-coret orang iseng. 

"Seniman grafiti dan mural belum terlihat di Samarinda, meskipun sebenarnya ada banyak. Mereka berkreasi kalau ada panggilan job saja. Hidup segan dan mati pun tidak mau," kata seniman mural Samarinda Ojan (23), Kamis (2/9/2021). 

1. Seni mural Samarinda minim ruang untuk berekspresi

Seniman Mural Samarinda, Hidup Segan Mati pun Tak MauPara seniman mural di Samarinda Kalimantan Timur. (IDN Times/Nina)

Ojan mengatakan, seniman mural Samarinda mayoritas mengeluhkan minimnya sarana berkreasi di ibu kota Provinsi Kaltim ini. Ada kecenderungan penolakan dari aparat pemerintah daerah maupun masyarakat itu sendiri. 

Padahal para seniman mural di Samarinda, menurut Ojan sangat berhati-hati dalam mengekspresikan karyanya. Mereka jarang sekali menciptakan karya mural bernuansa kritikan tajam ditujukan pada pemerintah daerah maupun pusat. 

Hanya sesekali saja, para seniman ini membuat karya mural sindiran satir ditujukan kepada pemerintah daerah. Karya-karya yang mereka buat sekadar penyaluran hobi menggambar agar bisa dinikmati masyarakat luas. 

“Itu kritik sebagai ungkapan hati kami untuk kota tercinta ini. Tapi kalo seperti yang sekarang lagi viral, yang buat lukisan untuk presiden. Belum pernah. Lagian saya, gak begitu memikirkan  ke sana. Saya kan apatis,” ceritanya.

Meskipun begitu, seniman mural Samarinda pun enggan kerja sama dengan pemerintah daerah. Birokrasi pemerintah yang panjang dan ribet menjadi alasan untuk selalu menjaga jarak. 

“Kalau saya pribadi, bukan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah. Tapi birokrasi pemerintahan itu yang ribet. Kami kan hanya mau berekspresi saja. Contohnya sudah terbukti, karya mural di luar Kalimantan keren keren kok," ujar Ojan. 

Baca Juga: Hujan Dua Jam, Samarinda Terendam Air hingga Sepinggang Orang Dewasa

2. Pemprov Kaltim meminta seniman grafiti dan mural berekspresi dengan baik

Seniman Mural Samarinda, Hidup Segan Mati pun Tak MauIlustrasi (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim Sri Wahyuni mengapresiasi eksistensi para seniman mural dan grafiti. Ketika dipoles dengan baik, menurutnya seni jalanan ini akan mempercantik dengan lukisan di tembok maupun dinding kota. 

Meskipun begitu, Sri juga meminta agar seni mural dan grafiti ditempatkan semestinya sesuai peruntukannya. Sehingga keberadaan seni ini tidak menimbulkan respons penilaian negatif dari publik. 

“Seharusnya karya seni itu memberikan kreativitas yang memiliki respons yang baik bagi penilaian publik,” terangnya.

Dengan kata lain, menurut Sri, kritikan seniman dalam bentuk mural semestinya juga terlihat indah di mata masyarakat. 

“Ini kan media lukisnya ditembok, nah itu pakai cat juga. Harusnya permanen kan. Kalau kritiknya keterlaluan juga, bisa diganggu orang lain. Kan sayang,” tuturnya. 

3. Seniman mural Kaltim sungkan kritik pemerintah

Seniman Mural Samarinda, Hidup Segan Mati pun Tak MauAksi Kamisan kerap dilakukan aktivis di Samarinda Kaltim. (IDN Times/Nina)

Sementara itu, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kaltim Muhammad Akbar menilai, seniman-seniman mural di Kaltim tidak pernah menuangkan karya bernada kritikan terhadap pemerintah. Tidak pernah ditemui karya mural yang mengkritisi kebijakan pemerintah di sejumlah kota/kabupaten Benua Etam.

Apalagi di masa sekarang ini, saat aparat berlaku represif dengan menindak tegas lukisan mural menyindir kebijakan pemerintah. Seperti yang sudah terjadi di sejumlah tempat di Indonesia.  

“Secara psikologi kawan-kawan komunitas mural mulai takut berekspresi dan berkarya. Padahal seni, terkhusus mural juga bagian kanal untuk menyampaikan pandangan," keluh Akbar. 

Khusus soal ini, ia menyayangkan sikap represif aparat yang mengancam pidana pelukis mural yang menggambarkan wajah mirip Presiden Joko Widodo.

“itu kan hak berpendapat, seniman juga rakyat yang punya pandangan tentang pemimpinnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Akbar mengungkapkan, para aktivis sempat beberapa kali berkolaborasi dengan seniman mural di Samarinda. Salah satunya aksi Kamisan di depan Kantor Gubernur Kaltim mempersoalkan sejumlah permasalahan daerah. 

“Sempat juga kolaborasi, dituangkan di tembok folder. Sekarang sudah hilang sih. Karena sudah lama sekali. Tapi belum pernah kejadian penghapusan paksa oleh aparat,” jelas Akbar.

Baca Juga: Jembatan Mahakam Samarinda Ditubruk Kapal Tongkang Batu Bara

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya