Cerita Millennial Samarinda, Menanam Tanpa Tanah Hasilkan Rupiah

Metode tanam hidroponik makin digemari saat pandemik

Samarinda, IDN Times - Pandemik COVID-19 membuat setiap orang harus mampu menyesuaikan diri menuju perubahan lebih baik. Salah satunya dengan mempelajari teknik bertani hidroponik, suatu metode bertani tanpa memerlukan tanah dengan hasil maksimal. 

Seorang millennial Kalimantan Timur (Kaltim) Ari Pangalis pun turut mencoba peruntungan bertani teknik hidroponik selama masa pandemik COVID-19. 

“Saya mulai tertarik dengan hidroponik lima tahun lalu,” kata anak muda ini yang kesehariannya sebagai jurnalis video Samarinda kepada IDN Times, Jumat (11/6/2021).

1. Metode menanam hidroponik sangat unik

Cerita Millennial Samarinda, Menanam Tanpa Tanah Hasilkan RupiahAri Pangalis dari Samarinda saat menunjukkan tanaman hasil kebun hidroponiknya (Dok.IDN Times/istimewa)

Awalnya, Ari dan sahabatnya, Idham sekadar coba-coba bertani teknik hidroponik. Mereka pun lantas mengikuti pelatihan hidroponik di Bogor Jawa Barat. 

Syukurnya penataran tersebut membuahkan hasil. Hingga saat ini Ari bisa meraup rupiah. Di Samarinda pun sudah banyak yang menekuni metode tanam hidroponik.

Lebih-lebih saat virus corona melanda Banua Etam. Berkebun menjadi alternatif baru kemandirian pangan di tengah wabah. Beberapa bulan setelah ikut pelatihan, Ari mempraktikkan ilmunya di rumah. Dasar-dasar sudah ia kuasai. Nah, untuk pipa hidroponik dibuat oleh Om Momo.

“Metode hidroponik ini unik. Tanpa tanah dan hanya pakai pipa,” sebutnya.

Baca Juga: Aktivitas Terbatas, Jembatan Mahkota II Samarinda Akhirnya Dibuka

2. Hidroponik hanya bermodalkan pipa, air dan serat mineral ringan

Cerita Millennial Samarinda, Menanam Tanpa Tanah Hasilkan RupiahKebun hidroponik yang dikembangkan Ari Pangalis di Samarinda. Teknik tanam tanpa tanah bisa datangkan rupiah (Dok.IDN Times/istimewa)

Sebagai informasi, hidroponik sudah mulai dikembangkan sejak 1842 silam. Dari catatan James S Douglas dalam buku Hydroponics (1975, hal 1-3) diketahui jika penemunya adalah ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop. Kedua pakar tumbuhan ini meneliti mengenai pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah.

Fokusnya dengan menekankan pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Hasilnya sukses dan hingga kini metode itu menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran. Urusan pola menanam inilah yang membedakan hidroponik dengan yang lainnya. Hanya bermodalkan bibit, rockwool (serat mineral ringan), pipa dan air.

Sebelum memasukkan tanaman ke dalam pipa, lebih dahulu di bibit di tempat terpisah. Setelah tumbuh daun barulah di pindah ke pipa. Di dalam pipa ini juga ada rockwool.

“Serat ringan inilah yang menjadi media tanam bagi para pencinta hidroponik,” paparnya.

3. Kendala hidroponik bagi pemula adalah hujan

Cerita Millennial Samarinda, Menanam Tanpa Tanah Hasilkan RupiahTanaman hasil kebun hidroponik milik Ari Pangalis dari Samarinda (Dok.IDN Times/istimewa)

Lebih lanjut dia menerangkan, nantinya pipa ini dimasukkan air dan diberikan pompa seperti akuarium. Airnya akan berputar sendiri. Dan ingat untuk menjaga tingkat keasaman air. Tak boleh lebih dari 6,7. Jika lebih tanaman tak bagus tumbuhannya.

Selama lima tahun menekuni hidroponik, metode tanam ini memberikan untung. Hanya dengan bibit Rp28 ribu, dirinya bisa mendapatkan jutaan rupiah dalam sebulan. Maklum saja yang memesan tanaman hidroponiknya dari kalangan hotel dan café.

Alumnus STMIK Widya Cipta Dharma Samarinda saat ini sedang mengembangkan selada dan daun min. Ke depan dia juga bakal menanam tanaman rosemary dan basil atau selasih. Kedua jenis tanaman herbal ini banyak peminatnya. 

Kendati begitu, dalam proses tersebut selalu ada kendala.

"Selama ini jadi kendala adalah hujan, karena bisa mengubah tingkat keasaman air. Naik atau turun. Itu risiko kalau meletakan hidroponik di halaman rumah," sebutnya.

3. Senang dengan yang hijau-hijau sejak kecil

Cerita Millennial Samarinda, Menanam Tanpa Tanah Hasilkan RupiahSelada hasil kebun hidroponik milik Ari Pangalis dari Samarinda (Dok.IDN Times/istimewa)

Sejak kecil memang dia suka menanam. Rupanya kebiasaan tersebut terbawa hingga dewasa. Dulunya sewaktu dia masih kecil, persisnya saat masih duduk di sekolah dasar. Tumbuhan yang ditanam beragam. Mulai dari sayuran hingga buah-buahan. Paling membuat dia bahagia adalah melihat proses tanaman tersebut tumbuh kemudian berkembang, lantas menjadi hijau.

“Saya memang suka menanam sejak kecil, senang dengan yang segar dan hijau-hijau. Mudahan terus berkembang hidroponik ini," pungkasnya.

Baca Juga: Atasi Macet, Pemkot Samarinda akan Bangun Flyover di Sungai Dama 

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya