Fakta di Balik Ibu Kandung Siksa Anak sampai Patah Kaki di Samarinda

Polisi masih menunggu koordinasi tim psikolog

Samarinda, IDN Times - Setiap 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia. Tujuannya, sebagai pemantik untuk menyuarakan kesadaran akan hak dan kesejahteraan anak.

Namun rupanya hal tersebut tak terjadi dengan Budi--bukan nama sebenarnya. Bocah tiga tahun itu harus menderita karena disiksa oleh ibu kandungnya. Saat ini kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masuk dalam penyelidikan Unit Reskrim Polsek Samarinda Ulu.

1. Menyiksa karena wajah korban mirip mantan suami

Fakta di Balik Ibu Kandung Siksa Anak sampai Patah Kaki di SamarindaKekerasan dalam rumah tangga KDRT (IDN Times/Sukma Shakti)

Informasi yang dihimpun IDN Times Polsekta Samarinda Ulu sudah melihat kondisi Budi pada Rabu (13/11) pekan lalu. Tak hanya itu polisi juga telah meminta keterangan orangtua angkatnya, Don Juan (40) dan Casablanca (28)--keduanya bukan pula nama sebenarnya.

Tak cukup sampai di situ, Korps Tribrata ini juga meminta keterangan dari suami Mawar (24)--bukan nama sebenarnya, yang merupakan ibu kandung korban. Perlahan-lahan fakta terungkap, termasuk alasan di balik penyiksaan tersebut.

Mawar kerap menyiksa putra kandungnya tersebut karena wajahnya mirip mantan suaminya. Budi adalah anak kedua dari pernikahan sebelumnya, sementara anak pertama turut dengan ayahnya. Mawar kembali dan dikaruniai satu anak dari pernikahan keduanya. 

"Dari hasil interogasi (Mawar) ternyata ibu kandung korban itu depresi mengingat mantan suaminya, ayah kandung korban," kata Kanit Reskrim Polsek Samarinda Ulu, Ipda M Ridwan, pada Kamis (21/11). Informasi tersebut diperoleh polisi dari tim khusus yang memeriksa kondisi psikologis ibu korban.

Baca Juga: Akhirnya, Guru Honorer Pelosok Samarinda Dapat Insentif Tambahan

2. Ibu kandung menolak disangka melakukan KDRT, polisi berkoordinasi dengan tim psikolog

Fakta di Balik Ibu Kandung Siksa Anak sampai Patah Kaki di SamarindaIlustrasi Kekerasan Anak (IDN Times/Arief Rahmat)

Ironisnya, sebelum menggali keterangan lewat tim khusus. Polisi agak kesulitan melanjutkan penyelidikan. Maklum, Mawar menolak dituding melakukan kekerasan dalam rumah tangganya. Itu artinya dia tak mengakui telah menyiksa anak kandungnya.

Alibinya itu memang kukuh, sebab saksi-saksi yang dimintai keterangan terkait hal tersebut tak melihat langsung tatkala Mawar menyiksa anaknya. Namun saat dimintai keterangan oleh Tim Penanganan Kekerasan (Tipiker) RSUD AW Sjahranie itu, Mawar mengaku.

Itu sebab polisi tak bisa berbuat banyak dan saat ini posisinya hanya bisa menunggu koordinasi dari pihak psikolog yang melakukan pemeriksaan.

"Kalau depresi seperti itu tak bisa melakukan penyelidikan atau penyidikan. Itu sebab kami berkoordinasi dengan psikolog," tuturnya.

3. Tubuh korban ditekuk ke belakang hingga tulang kakinya patah

Fakta di Balik Ibu Kandung Siksa Anak sampai Patah Kaki di SamarindaIlustrasi Kekerasan Anak (npr.org/Hanna Barczyk)

Terpisah, sukarelawan Mulyadi yang turut ketika interogasi oleh tim khusus mengungkapkan, jika tulang kaki Budi yang patah itu memang benar akibat penganiayaan oleh ibu kandungnya, Mawar.

Caranya dengan melipat atau menekuk tubuh Budi ke belakang hingga tulang pahanya cedera kemudian patah. "Dia mengaku disiksanya dengan cara dilipat. Kemungkinan seperti kayang lalu ditekuk," terangnya.

Setelah pemeriksaan tersebut Mawar akan dites kejiwaannya. Bila terdeteksi gangguan jiwa maka penyelidikan tak bisa dilanjutkan sebab polisi hanya bisa memproses seseorang apabila sehat fisik maupun jasmani.

Kasus ini mulai ramai ketika Mulyadi meminta membantu lewat galangan dana dari grup Facebook Bubuhan Samarinda. Mulyadi memang dikenal sebagai sukarelawan mandiri. Dia kerap membantu orang-orang yang kesulitan uang dalam urusan medis. Biaya perawatan untuk Budi dari hasil penggalangan dana terkumpul Rp10 juta. 

Baca Juga: Bocah Tiga Tahun di Samarinda Disiksa Ibu Kandung hingga Patah Kaki

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya