Jadi Ibu Kota Negara, Kaltim Punya Posisi Tawar dari Beragam Lini

Jauh dari konflik horizontal, sarana penunjang tersedia

Samarinda, IDN Times-Iklim investasi di Kalimantan Timur (Kaltim) akan berkembang pesat bila Benua Etam—sebutan Kaltim—benar-benar terpilih menjadi ibu kota negara menggantikan Jakarta. Pertumbuhan ekonomi yang masif tersebut diyakini oleh Wakil Ketua Bidang Investasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kaltim, Alexander Sumarno.

“Sederhananya seperti ini. Bila pindah segitu banyaknya manusia, masak enggak memerlukan bantuan di daerah tujuan,” ujarnya, Selasa (30/7).

1. Kaltim punya posisi tawar yang kuat

Jadi Ibu Kota Negara, Kaltim Punya Posisi Tawar dari Beragam LiniDok.IDN Times/Istimewa

Dia mengatakan, saat ini Kaltim punya posisi tawar yang kuat dibanding provinsi pesaingnya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Mulai dari infrastruktur penunjang seperti listrik, air, dekat dengan daerah penumpu, akses ke bandara  serta pelabuhan Balikpapan dan Samarinda tak terlalu jauh, hanya sekian kilometer, sebab letak kandidat ibu kota baru berada di tengah. Tak cuma itu, saat ini Kaltim sedang berkembang pesat.

“Ingat saat ini Kaltim sedang surplus setrum 200 megawatt,” bebernya.

Itu terjadi lantaran PLN wilayah Kaltimtara sempat mengusahakan listrik untuk Pelabuhan Kariangau yang beberapa tahun lalu perlu suplai listrik, namun dalam prosesnya niatan tersebut tidak terjadi karena harus melibatkan pihak ketiga.

“Dan itu tak boleh dilakukan perusahaan listrik negara, sebab hanya PLN lah yang punya otoritas untuk suplai listrik, langsung kepada konsumen tanpa bantuan pihak lain,” jelas ucap Alex yang juga wakil ketua Divisi Pengembangan Masyarakat Ikatan Putra Daerah Peduli (IPDP) Kaltim itu.

“Sementara untuk air, jangan ditanya. Kaltim berlimpah dengan sungai. Daerah yang diajukan juga dekat dengan sumber air baku PDAM.”

Baca Juga: Bappenas: Mengkaji Lokasi, Agustus Penentuan Ibu Kota Negara 

2. Ketika ibu kota negara pindah, pengusaha lokal dapat durian runtuh

Jadi Ibu Kota Negara, Kaltim Punya Posisi Tawar dari Beragam Liniilustrasi/ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Dia meyakini pemindahan tersebut tak mencapai 1,5 juta jiwa. Boleh jadi yang eksodus hanya 900 ribu orang saja, sisanya ditunjang dari daerah penumpu sekitar ibu kota yang baru.

Beberapa kementerian juga tak akan pindah, pun demikian Bank Indonesia. Dipastikan akan tetap berada di Jakarta. Jika begitu, lanjutnya, kawasan penyangga akan membantu melengkapi kekurangan tersebut. “Enggak mungkin tukang sapu juga dibawa dari Jakarta,” sebutnya.

Alex mengaku tak sabar melihat perkembangan kawasan pinggiran nyaris tanpa penduduk dan tanpa pembangunan, kemudian berkembang menjadi daerah yang maju dari segala lini.

“Jangan salah lho, jika benar terjadi ini adalah sejarah. Dan semua kabupaten/kota di Kaltim akan kecipratan rezeki. Enggak mungkin proyek-proyek kecil membangun kota baru semua didatangkan dari pusat pun demikian kertas-kertasnya. Pasti perusahaan lokal yang diajak,” jelasnya lagi.

Dengan demikian, imbuhnya, sudah jelas ekonomi Kaltim bisa tumbuh belipat-lipat ganda dari sebelumnya. “Itu wajar saja diterima sebagai salah satu daerah penyumbang bagi APBN,” ucapnya.

3. Analisis dampak sebelum pindah, libatkan pengusaha lokal dalam pembangunan

Jadi Ibu Kota Negara, Kaltim Punya Posisi Tawar dari Beragam LiniIDN Times/Yuda Almerio

Terpisah, Ketua IPDP Kaltim, Fauzi Bachtar menyatakan hal berbeda. Memang benar bila Benua Etam jadi ibu kota maka kawasan tersebut akan jadi pusat inkubator bisnis. Tapi jangan lupa dengan dampak lain pemindahan ibu kota ke Kaltim. Saat ini para pengusaha  lokal juga bertanya-tanya mengenai keterlibatan mereka saat ibu kota negara dipindahkan.

“Bisa jadi pusat membawa pengusaha dari Jakarta. Kemungkinan kedua ialah ketimpangan ekonomi. Setidaknya hal-hal kecil seperti ini bisa dicarikan solusinya sebelum benar-benar pindah ke Kaltim,” tegasnya.

Meski demikian, mantan ketua Kadin Kaltim ini tak menampik jika agenda pemindahan ibu kota adalah kesempatan langka dan sangat tak mungkin terjadi dua kali dalam sejarah Kaltim.

Dia ingat benar, historis perkembangan Jakarta ketika ditingkatkan statusnya menjadi daerah khusus ibukota (DKI) pada 1961. Kawasan tersebut perkembangannya luar biasa dan investasi turut di dalamnya.

"Perekonomian juga meningkat pesat," terangnya.

4. Aman dari konflik horizontal

Jadi Ibu Kota Negara, Kaltim Punya Posisi Tawar dari Beragam LiniIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Tak hanya itu, kata dia, tahap selanjutnya ialah urbanisasi yang turut meningkatkan perkembangan kota. Proses yang sama bisa dialami oleh Kaltim. Walaupun daerah yang diusulkan itu masih sepi penduduk namun tahap selanjutnya akan ramai dari segala sisi. Ekonomi, sosial dan budaya.

“Saya yakin saja ibu kota dipindahkan ke Kaltim. Wong semuanya sudah menunjang,” katanya.

Fauzi menambahkan, sudah terbukti konflik sosial di Kaltim nyaris tak pernah terjadi. Dengan ragam suku dan budaya, Benua Etam menjelma menjadi sosok yang sangat heterogen tapi fakta gesekan horizontal itu tak penah mengerucut. Satu lagi, sejumlah perusahaan yang masuk kategori objek vital nasional ada di Kaltim.

“Ini kan bisa dijadikan dasar jika Kaltim dari sisi keamanan juga menunjang,” pungkasnya.

Baca Juga: Kaltim Ajukan Dua Lokasi sebagai Kandidat Ibu Kota Negara yang Baru

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya