Kisah Kakek Reino Barack yang Berjuang Melawan Penjajah Lewat Radio
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Siapa tak kenal dengan Reino Barack. Taipan muda yang berhasil menawan hati Syahrini. Keduanya pun menikah pada Februari 2019 lalu. Sejak itu nama Reino tak lepas dari sorotan media. Namun tak banyak yang tahu bila kakek Reino adalah tokoh Samarinda pada zaman kolonial Belanda.
“Ayah Reino adalah Rosano Barack. Dan Rosano merupakan putra kedua dari Oemar Barack. Kakeknya Reino ini lahir di Samarinda pada 1917 silam,” ujar Muhammad Sarip, sejarawan lokal Samarinda saat dikonfirmasi pada Selasa (4/8/2020) pagi.
1. Pada usia 22 tahun Oemar Barack hijrah ke Jepang untuk melanjutkan pendidikan
Dari penelusuran Sarip, orangtua dan paman dari Oemar Barack merupakan tokoh dari Kampung Handel Maatschappij Borneo atau biasa disingkat HBS (sekarang Pasar Pagi) serta pengurus organisasi Sarekat Islam. Keluarga Barack adalah pendiri kawasan tersebut. Dan moyang mereka berasal dari tanah Banjar di Kalimantan Selatan.
“Pada usia 22 tahun Oemar berkuliah di Wasseda University di Tokyo (salah satu dari dua universitas swasta paling prestisius di Jepang). Itu terjadi pada 1939 atau tiga tahun sebelum Jepang menduduki Nusantara,” terangnya.
Baca Juga: 5 Inspirasi Sikap Teladan dari Soekirah, Ibunda Soeharto
2. Berjuang melawan penjajah Belanda lewat radio saat kuliah di Tokyo
Tatkala Perang Asia Timur Raya atau Perang Asia Pasifik meletus pada 1941, Oemar Barack menjadi penyiar Radio Tokyo. Melalui radio Jepang ini, Oemar melampiaskan kekesalannya kepada Belanda yang menjajah Nusantara termasuk Samarinda. Dengan lantang, Oemar mempropagandakan misi Jepang membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda.
“Keberpihakannya terhadap Jepang sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme rakyat untuk anti-Belanda,” kata Sarip.
3. Ini pesan terakhir Oemar Barack kepada sahabat karibnya di Samarinda sebelum mangkat
Tahun berbilang dekade , pada 2002 lalu Oemar menghubungi seorang sahabatnya, Abdoel Moeis Hassan yang juga mantan Gubernur Kaltim era 1962. Lewat sambungan telepon ini dia berpesan kepada sahabatnya itu, “Semoga buku yang Dinda rencanakan selesai pada waktunya.”
Sepekan kemudian duka menyapa. Oemar mengembuskan napas terakhirnya. Ia mangkat saat berusia 85 tahun. Abdoel Moeis Hassan pun melanjutkan bukunya yang kemudian diberi judul, Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana. Abdoel Moeis Hassan sendiri adalah pejuang pembela Republik lndonesia (Republiken), calon Pahlawan Nasional pertama dari Kaltim.
“Saat ini Pemkot Samarinda sedang memproses usulan Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan, sahabat karib kakeknya Reino Barack,” pungkasnya.
Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.
Baca Juga: Kisah Warga Samarinda Melawan Belanda Sebulan setelah Proklamasi