Layak Gelar Piala Dunia, Kondisi Stadion Utama Palaran Bikin Miris

Kursi ditumbuhi tanaman, berlumut dan bangunan mulai retak

Samarinda, IDN Times - Sebelas tahun berlalu, sejak digunakan kali pertama dalam gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008, kini kondisi Stadion Utama Palaran, Samarinda, bikin miris.

Padahal gelanggang olahraga itu dulu begitu megah terbangun. Gagah menyambut semua pengunjung yang datang ke kompleks olahraga tersebut. Namun, bulan berbilang tahun bangunan mulai dimakan usia.

1. Sudah maksimal merawat Stadion Utama Palaran organisasi perangkat daerah

Layak Gelar Piala Dunia, Kondisi Stadion Utama Palaran Bikin MirisKondisi Stadion Utama Palaran di Kecamatan Palaran, Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

IDN Times pun menengok stadion utama yang berkapasitas 67.075 penonton itu. Lokasinya berada di selatan Samarinda, tepatnya di Kecamatan Palaran. Waktu tempuh dari kota Samarinda sekitar 40 menit bila tak dikepung macet.

Dari jalur utama, jalan masuk dibagi dua, di bagian kanan jalan masuk dan sisi kiri ialah jalur keluar. Infrastruktur jalan masuk tak diaspal tapi disemen, jarak tempuh 10 menit menuju pintu gerbang. Namun jalannya tak lagi sempurna, banyak retak dan lubang.

Sampai di pintu gerbang kawasan kompleks stadion utama, jalurnya berganti paving block. Meski tersusun rapi, tapi rumput sudah tinggi tak beraturan. Begitu riskan saat dilalui pengendara motor atau mobil. Tak jarang saat dilewati, bata paving block itu terlepas dari susunannya.

"Ya, inilah keadaannya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin," kata Sayid Husein Sadly, kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO), saat ditemui di Gedung Olahraga Akuatik pada Rabu (30/10). Dia dan pegawai lainnya sedang meninjau kawasan stadion utama.

2. Sampah, kaktus dan bakal pohon tumbuh bebas di kursi penonton Stadion Utama Palaran

Layak Gelar Piala Dunia, Kondisi Stadion Utama Palaran Bikin MirisTumbuhan di kursi tribun Stadion Utama Palaran di Kecamatan Palaran, Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Dari pintu gerbang, gedung stadion terlihat. Gelanggang sepak bola itu dibangun dengan biaya Rp800 miliar. Bentuknya megah, taraf internasional. Jalur utama penonton masuk juga dibagi dua. Kiri dan kanan, pintu khusus bagian bawah itu untuk pemain yang hendak bertanding.

Namun sayang, di luar memang kukuh dan megah tapi saat berada di dalam kondisinya berbeda. Sekilas terawat, namun bila diperhatikan detail bikin waswas. Bayangkan, fondasi bagian kiri dan kanan untuk kursi penonton nyaris ambruk. Dikelilingi lumut, sampah, kaktus dan bakal pohon tumbuh bebas di kursi penonton.

"Padahal stadion kita sangat layak untuk turut dipilih dalam Piala Dunia U-20," tegasnya.

Kata Sayid, pihaknya sudah maksimal menjaga dan memelihara kompleks stadion tersebut, namun dengan luasan 88 hektare dan 10 gelanggang olahraga termasuk stadion utama, pihaknya angkat tangan.

Maklum duit yang didapat saban tahun sebesar Rp1,3 miliar itu tak cukup untuk mengurus dua stadion, yakni Stadion Utama Palaran dan Stadion Madya Sempaja. Usia bangunan tak bisa ditahan usianya pun demikian dengan rumput tak bisa dibendung pertumbuhannya.

"Untuk anggaran pasti kekurangan dengan anggaran tersebut. Makanya kami berharap diberikan anggaran lebih," tambahnya.

Apalagi, selama ini pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga. Terutama bagian cleaning service. Ongkos pembersihan itu membutuhkan dana Rp1 miliar khusus perawatan di Stadion Utama Palaran.

Bagaimana untuk perawatan lainnya. Maklum luas komplek stadion itu 88 hektare berbeda dengan Stadion Madya Sempaja hanya 4 hektare.

"Jadi kurang maksimal," katanya.

Baca Juga: Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Target 4 Besar Asia Tak Berubah

3. Perawatan Stadion Utama Palaran terkendala anggaran

Layak Gelar Piala Dunia, Kondisi Stadion Utama Palaran Bikin MirisRetak di bagian fondasi kursi penonton Stadion Utama Palaran (IDN Times/Yuda Almerio)

Untuk kebutuhan dana, Stadion Samarinda Sempaja memang punya uang dari penarikan retribusi parkir. Namun uang itu diperoleh per tahun sebesar Rp150 juta tapi rupiah tersebut juga harus dibagi dengan pihak ketiga.

Perbaikan terakhir dilakukan pada 2016 dan 2018 saat Piala Gubernur Kaltim. Kerusakan yang ada di Stadion Utama Palaran ini sudah masuk kategori berat yang menuntut untuk segera diperbaiki.

Terpisah, Kepala Pengelola Stadion Utama Palaran Hasbar mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan untuk audit building (pemeriksaan bangunan) pada 2016 lalu, agar bisa diketahui jumlah kerusakan dan total anggaran yang harus disediakan untuk memugar komplek Stadion Utama Palaran. Namun permintaan itu rupanya tak direspons hingga sekarang.

"Tapi kalau dari hasil pemeriksaan total biaya perbaikan itu Rp160 miliar," tegasnya.

4. Ada 10 venue di Stadion Utama Palaran dengan total luas 88 hektare menuntut dirawat

Layak Gelar Piala Dunia, Kondisi Stadion Utama Palaran Bikin MirisLumut dan kubangan air di Stadion Utama Palaran di Kecamatan Palaran, Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Hasbar tak menampik bila perbaikan dan pemugaran kompleks Stadion Utama Palaran diperlukan, utamanya rumput liar yang tumbuh bebas nyaris di semua gelanggang olahraga. Terlebih di dalam stadion.

Namun persoalannya anggaran menjadi kendala utama. Apalagi petugas yang melakukan perawatan hanya 16 orang di lahan seluas 88 hektare.

"Beberapa tahun lalu memang ada pemugaran namun hanya cat saja. Tahun ini juga hanya pemugaran hanya dilakukan di GOR Serbaguna," tuturnya.

Dia berharap pemerintah harus memerhatikan Stadion Utama Palaran sebab di kompleks ini punya gedung bulu tangkis, gedung serbaguna, lapangan tenis, softball, panjat tebing, kolam renang, dan lain-lain. Jumlahnya itu ada 10 venue. "Semuanya itu perlu perawatan," pungkasnya.

Baca Juga: Tak Jadi Venue Piala Dunia U-20, Pemkot Balikpapan akan ke PSSI 

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya