Pemprov Kaltim Berniat Membeli Penyedot Sampah dari Belanda

Harga miliaran rupiah, untuk atasi banjir di Samarinda

Samarinda, IDN Times - Produksi sampah di Kaltim patut menjadi perhatian. Data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, dua tahun lalu, tepatnya pada 2018, Benua Etam—sebutan lain dari Kaltim menghasilkan 832.032,1 ton sampah, dalam sehari bisa sampah bisa mencapai 2.279,54 ton.

Sementara pada 2015 Kaltim menghasilkan 654.310 ton sampah, sedangkan pada 2016 volume sampah mencapai 683.295 ton, tahun 2017 produksi sampah sebesar 730.876 ton.

Dengan kata lain, dalam sehari satu orang bisa menghasilkan sampah sebanyak 0,5–0,7 kilogram. Bila melihat trennya, produksi sampah di Kaltim per tahun tak menurun melainkan mengalami peningkatan.

1. Parit Samarinda buntu karena sampah

Pemprov Kaltim Berniat Membeli Penyedot Sampah dari BelandaAlat penyedot sampah yang hendak digunakan Pemprov Kaltim di Sungai Karang Mumus Samarinda (surfertoday.com)

Lazimnya, tiap daerah di Bumi Mulawarman—sebutan lain Kaltim--punya aturan mengenai sampah.  Khusus Samarinda misalnya, tertuang dalam Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Persampahan.

Sanksinya berdasar Pasal 47 Ayat 1–3, akan dikenakan denda sebesar Rp50 juta dan pidana kurungan tiga bulan, bila kedapatan melanggar. Sanksi berat itu diberikan agar tidak ada lagi warga membuang sampah sembarangan seperti Sungai Karang Mumus (SKM).

Adapula Perda Nomor 6 Tahun 2006 yang mengatur tentang Jadwal Pembuangan Sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Namun sayang kedua aturan tersebut mental, warga masih buang sampah di sungai maupun di drainase. Dan itu terbukti ketika Samarinda banjir pada 11 Januari 2020 lalu.

“Coba perhatikan saat Samarinda banjir beberapa waktu lalu, parit itu buntu karena sampah,” kata Gubernur Kaltim, Isran Noor pada Selasa (21/1).

2. Harusnya warga dulu berbenah dalam mengelola sampah

Pemprov Kaltim Berniat Membeli Penyedot Sampah dari BelandaGubernur Kalimantan Timur Isran Noor (IDN Times/Maulana)

Demi mengurangi produksi sampah yang berlebihan itu, Pemprov Kaltim pun berencana membeli penyedot sampah bernama Interceptor 001 buatan Boyan Slat dari Belanda.

Penyedot sampah ini berbentuk kapal. Alat ini diluncurkan di Rotterdam, Belanda, dan pernah beroperasi di Cengkareng Drain, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pada Mei 2019. Interceptor 001 menyedot sampah dengan dua tali penjaring yang diarahkan ke conveyor belt.  Sampah itu kemudian dimasukkan ke kontainer yang tersedia.

Nantinya alat ini akan dioperasikan di Sungai Karang Mumus. Walau punya niatan, namun Isran lebih menaruh perhatian terhadap perilaku warga yang tak bisa memilah atau mengelola sampah dengan baik.

“Maka dari itu dari warga dulu, kalau warga sudah bisa memilah sampah dengan baik. Mana plastik atau organik dan memang semua daerah di Indonesia masih belajar menangani sampah, tidak seperti negara maju,” sebutnya.

3. Gubernur belum tahu urusan anggaran pembelian penyedot sampah

Pemprov Kaltim Berniat Membeli Penyedot Sampah dari BelandaBanjir di Bengkuring, Samarinda Utara, yang hingga saat ini masih melanda permukiman warga. (IDN Times/Yuda Almerio)

Bila suatu negara atau kota bisa mengelola sampahnya dengan baik hingga 70 persen, mantan bupati Kutai Timur tersebut menyebut itu adalah prestasi. Pembelian penyedot sampah itu disebut-sebut sebagai salah satu jalan mengurangi jumlah sampah di Samarinda dan prosesnya akhirnya banjir bisa diatasi perlahan-lahan.

Sayangnya, perangkat penyedot sampah itu tak murah, satu unit saja bisa menghabiskan anggaran hingga miliaran rupiah. Saat ditanya mengenai persiapan anggaran pembelian, Gubernur Isran tak berkomentar banyak.

“Gak tahu, saya belum lihat, nantilah,” pungkasnya.

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya