Pylon Jembatan Samarinda Geser, Pakar Konstruksi : Itu Sudah Bahaya

Pemerintah harus gerak cepat agar tragedi tak terulang

Samarinda, IDN Times - Pemkot Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) menutup akses pemanfaatan Jembatan Mahkota II untuk kepentingan publik. Kajian teknis menemukan fakta pergeseran pylon jembatan sekian milimeter dari ketentuan semestinya.

Forum Jasa Konstruksi Kaltim pun mendukung langkah tersebut.

“Jembatan kalau sudah bergeser sudah satu senti saja itu sudah berbahaya. Jembatan itu perlu keseimbangan, jadi tak bisa sembarangan,” ujar Samsul Tribuana, Ketua Forum Jasa Konstruksi Kaltim kepada IDN Times, Senin (26/4/2021). 

1. Konstruksi jembatan sangat bergantung dengan desain dan material

Pylon Jembatan Samarinda Geser, Pakar Konstruksi : Itu Sudah BahayaIlustrasi pembangunan jembatan (ANTARA FOTO/Jojon)

Sebagai informasi, pembangunan Jembatan Mahkota II dimulai pada 2002. Habiskan waktu satu dekade lebih agar bisa dilintasi pada 2017 lalu. Dengan panjang 1.428 meter, Jembatan Mahkota II menghubungkan dua kecamatan yakni Palaran dan Sambutan. Tak hanya itu, warga yang berada di Kecamatan Sangasanga, Kutai Kartanegara juga kerap menggunakan jembatan ini bila hendak ke Samarinda.

Pembangunan Jembatan Mahkota II ini habiskan dana Rp568,3 miliar bersumber dari dana APBN dan APBD Kaltim dan Samarinda. Dengan demikian jembatan ini begitu krusial bagi Kota Tepian. Itu sebab, kata Samsul, pengawasan terhadap kualitas jembatan ini memang harus dilakukan berkala. Pasalnya lama pembangunan juga turut mempengaruhi jembatan tersebut.

“Perlu diingat, konstruksi itu sangat bergantung dengan desain dan material yang digunakan,” tuturnya.

Baca Juga: Bisa Runtuh, Jembatan Mahkota II Samarinda Ditutup Sementara

2. Harus dibuat turap dekat jembatan demi mengurangi tanah longsor

Pylon Jembatan Samarinda Geser, Pakar Konstruksi : Itu Sudah BahayaKondisi terkini Jembatan Mahkota II di Samarinda usai abrasi. Akibat kejadian itu pylon jembatan bergeser (Dok.IDN Times/Istimewa)

Lebih lanjut dia menerangkan, seharusnya persoalan abrasi atau tanah longsor ini bisa ditanggulangi sejak awal. Lantaran berada di sempadan Sungai Mahakam, maka baiknya pemerintah sudah merancang turap. Ihwal serupa sudah diterapkan di Jembatan Kukar yang baru.

“Dengan demikian potensi abrasi bisa dikurangi saat saat terjadi gelombang,” terang ketua Dewan Pertimbangan Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (Gapeksindo) Kaltim itu.

3. Tak ingin mengulang tragedi sembilan tahun lalu

Pylon Jembatan Samarinda Geser, Pakar Konstruksi : Itu Sudah BahayaKondisi Jembatan Mahkota II di Jalan Ampera, Kelurahan Simpang Pasir, Palaran (Dok.IDN Times/Istimewa)

Samsul berharap, tim teknis yang bertugas mengkaji persoalan ini benar-benar waspada dengan segala kemungkinan. Jangan sampai tragedi jembatan ambruk terulang. Petaka itu terjadi pada 26 November 2011. Persisnya di Kutai Kartanegara, Jembatan Gerbang Dayaku ambruk dan roboh. Akibat dari kejadian itu 23 orang tewas dan 13 lainnya dinyatakan hilang.

Tragedi ini pertama di Benua Etam dan menjadi peristiwa nasional. Sehingga wajar bila peristiwa ini mendapat sorotan.

“Intinya kalau sudah terjadi pergeseran itu sangat berbahaya. Jembatan ini benar-benar bisa dibuka lagi setelah penelitian dan survei bersama,” pungkasnya.

Baca Juga: Sampah 601 Ton per Hari, Samarinda akan Bangun TPS Konsep 3R

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya