SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu Bara

Gedung sekolah ini tampak ambles dan retak-retak

Samarinda, IDN Times - Belasan kilometer terpisah dari sekolah induk SD 004 Samarinda Utara di Jalan Padat Karya, memang membuat SD Filial 004 tertinggal. Tak hanya dari segi Infrastruktur tapi juga alat-alat praktik pelajaran.

IDN Times mencoba menelusuri sekolah yang letaknya berada di kawasan Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara pada Selasa (12/11). Lantaran hujan, jalur yang dipilih IDN Times melewati Jalan Poros Samarinda-Kutai Kartanegara. Bila memaksa lewat jalur Berambai bisa-bisa tak sampai karena medan yang becek dan berlumpur. 

1. Selama perjalanan, jalur yang dilewati tak mulus jadi harus ekstra waspada

SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu BaraJalan menuju SD Filial 004 yang berada di pinggiran Samarinda di tengah hutan (IDN Time/Samarinda)

Selama perjalanan menuju ke SD Filial 004 , jalur yang dilewati memang tak mulus. Banyak lubang, jadi harus ekstra waspada. Bila tak pandai bermanuver bisa-bisa kecelakaan terjadi. Bagaimana tidak, banyak kendaraan roda jamak lalu-lalang.

Waktu tempuh dari tengah kota Samarinda sekitar 60 menit hingga tempat tujuan. Saat masuk kawasan L4 jalurnya memang mulus, namun tidak tatkala masuk jalur menuju sekolah.

Bagian tanjakan pertama memang disemen. Namun, sekitar 100 meter setelahnya, jalurnya menjadi tanah berbatu terjal. Ada dua tanjakan dan dua turunan yang dilewati sebelum sampai di sekolah

Baca Juga: Sepuluh Tahun Mengajar di Tengah Hutan, Guru Ini Digaji Rp800 ribu

2. Batu bara dibiarkan berserakan di pinggir jalan menuju sekolah

SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu BaraJalan menuju SD Filial 004 yang berada di pinggiran Samarinda di tengah hutan (IDN Time/Samarinda)

Pemandangan tak biasa saat melewati jalur menuju sekolah. Kiri dan kanan ada penambangan emas hitam. Sekolah ini dihimpit tambang batu bara. Saat dilalui memang tak ada aktivitas tambang, tapi batu bara bekas kerukan dibiarkan di pinggir jalan, pun demikian dengan ekskavator.

Bahkan tumpukan batu bara ini ada di dekat sekolah. Adapula yang dibiarkan berserakan 10 meter dari sekolah. Baik warga maupun guru-guru di sekolah menghindari komentar mengenai hal tersebut.

Tapi untuk urusan sekolah lain cerita. Kabar terakhir yang diterima oleh Bertha Bua'dera dan Herpina, keduanya guru honorer di SD Filial 004, SD tersebut hendak dimasukkan ke wilayah Kutai Kartanegara. Memang sekolah ini berada di perbatasan Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, jika boleh memilih dua guru honorer ini tetap ingin agar sekolah tetap masuk wilayah Samarinda.

"Sudah nyaman, susah lagi adaptasi kalau harus pindah wilayah," aku Bertha saat ditemui di sekolah, Selasa (12/11).

3. Fondasi dan bagian belakang sekolah ambles dan retak

SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu BaraAnak-anak SD Filial 004 di pedalaman Samarinda saat bermain di halaman sekolah. Gambar diambil pada Selasa 12 November 2019. (IDN Times/Yuda Almerio)

Dibandingkan dengan bangunan lain di sekitarnya, SD Filial 004 merupakan satu-satunya gedung beton, sementara lainnya dari kayu.

Usia bangunan SD ini sudah lewat 20 tahun, gedung sekolah tak lagi kuat menahan gempuran waktu. Bagian belakang sekolah, ambles dan retak. Sejumlah bagian juga tampak retak. Lantai sekolah ini masih ubin abu-abu bukan marmer. Ruangannya hanya tiga, bilik pertama dipakai Bertha dan Herpina sebagai ruang guru. Dua ruangan lainnya digunakan untuk kelas.

Setiap ruang belajar diisi tiga kelas. Untuk ruang kedua, ada kelas I,II dan III sementara ruang terakhir kelas IV, V dan VI. Jumlahnya ada 17 siswa-siswi. Bagaimana mengajar jika kelasnya campur seperti itu?

"Ya, kami gantian. Dari kelas I kemudian ke kelas II, begitu selanjutnya," imbuh Bertha.

4. Satu ruangan diisi tiga kelas, sekolah kekurangan alat peraga

SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu BaraRuangan kelas SD Filial 004 yang berada di pinggiran Samarinda di tengah hutan (IDN Time/Samarinda)

Namun, biar tak terlalu sukar, meskipun dalam satu ruangan kelas tetap dibagi. Kelas I berdekatan dengan jendela kanan, kelas II berada di tengah sementara kelas III di sebelah kiri.

Hanya dengan metode itu, belajar-mengajar di SD Filial 004 bisa berjalan baik. Untuk buku pelajaran pihaknya memang tak ketinggalan tapi urusan alat peraga praktik yang jadi soal.

Baik Bertha dan Herpina sama-sama kesulitan jika harus masuk kelas praktik sementara kurikulum 2013 (K-13) menuntut lebih banyak praktik disertai alat peraga. Urusan itu sudah disampaikan ke sekolah induk.

"Kalau kami pinjam, timbangan misalnya. Itu punya orang kalau rusak minta ganti, gaji mana cukup," keluhnya.

5. Jumlah siswa makin berkurang tiap tahun, sekarang tinggal 17 murid

SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu BaraFondasi belakang SD Filial 004 yang berada di pinggiran Samarinda di tengah hutan (IDN Time/Samarinda)

Untuk mata pelajaran, timpal Herpina, mereka harus serba-bisa. Mulai dari matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Inggris hingga pelajaran agama. Sayangnya tak semua guru bisa mengajar Agama Islam. Hanya Herpina yang bisa menunaikan karena Bertha non-muslim.

"Kami juga kekurangan guru bahasa Inggris," tutur Herpina.

Dia berharap, pihaknya diperhatikan sebab tiap tahun jumlah murid menurun. Tiga tahun lalu, jumlah siswa di sekolah ini 30 orang, namun berganti tahun jumlahnya kian menurun hingga saat ini menjadi 17 siswa saja. Keduanya juga ingin agar orangtua aktif mengajar anak-anaknya karena beberapa siswa ada yang belum bisa membaca.

Baca Juga: Heboh, Bu Guru Honorer di Buleleng, Ajak Siswi Sekolahnya Threesome

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya