Sekolah di Samarinda Tak Lagi Laksanakan Ujian Nasional Mulai 2021

Penilaian akhir sekolah diganti dengan asesmen kompetensi

Samarinda, IDN Times - Tahun depan ujian nasional/negara (UN) ditiadakan bersalin dengan penilaian asesmen kompetensi minimum atau AKM. Kebijakan ini merupakan terobosan dari  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, yakni tak lagi memberlakukan UN. Sebelum memutuskan ambil kebijakan tersebut, pertimbangan tentu dilakukan. Saat ini Dinas Pendidikan di daerah masih berhitung, termasuk Samarinda.

“Jadi yang masuk penilaian akhir bukan mata pelajaran lagi,” ujar Barlin Hadi Kesuma, kabid Pembangunan SMP Disdik Samarinda saat dikonfirmasi pada Kamis (22/10/2020) pagi.

1. Penilaian akhir masa sekolah tak lagi lewat ujian nasional

Sekolah di Samarinda Tak Lagi Laksanakan Ujian Nasional Mulai 2021Barlin Hadi Kesuma, kabid Pembangunan SMP Disdik Samarinda (IDN Times/yuda almerio)

Lebih lanjut, Barlin menerangkan ihwal evaluasi final jelang tamat belajar. Dalam AKM nanti bakal ada tiga penilaian. Pertama itu numerasi, kemampuan siswa menganalisis menggunakan angka. Lalu ada literasi. Penilaian kompetensi tersebut tak hanya soal kapabilitas pelajar membaca, namun juga menganalisis suatu bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Dengan demikian tak lagi berdasarkan mata pelajaran dan penguasaan materi, tetapi kompetensi minimum atau kompetensi dasar yang dibutuhkan siswa untuk bisa belajar. Ada pula survei karakter. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui data secara nasional. Sistem sudah bekerja baik atau tidak. Survei karakter bakal jadi acuan bagi sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah buat siswa lebih bahagia. Dengan demikian, sistem ini jadi cermin bukan beban lantaran hasilkan autokritik.

“Jadi ketika murid mendapatkan nilai yang buruk di sekolah, tak langsung menghakimi. Bisa jadi sekolah ikut bertanggung jawab karena tak bisa hadirkan suasana nyaman. Baik dari sisi pengajar atau fasilitas penunjang tak layak,” jelasnya.

Baca Juga: Ada Kabar Sekolah Jalani Tatap Muka, Rizal Effendi: Segera Dihentikan

2. Ujian nasional kerap bikin stres anak, orangtua hingga guru

Sekolah di Samarinda Tak Lagi Laksanakan Ujian Nasional Mulai 2021ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Dia menerangkan, perubahan sistem dari UN menjadi AKM bukan tanpa sebab. Sebelum menuju beleid tersebut pemerintah telah laksanakan sejumlah survei dan musyawarah bersama guru, siswa, dan orangtua. Lantaran tiga entitas inilah yang selama ini bertalian erat dengan ujian nasional.

Dalam pelaksanaannya, tuntutan ujian nasional tentu harus bisa melewati ambang batas nilai yang ditentukan. Jika tidak, maka dianggap tak lulus. Itu artinya terancam tak bisa lanjutkan pendidikan. Bebannya terlalu berat. Hanya dalam tiga hari masa depan ditentukan, padahal belajarnya tiga tahun. Kondisi inilah yang membuat stres siswa, guru maupun orang tua karena UN justru menjadi indikator keberhasilan belajar siswa sebagai individu.

“Bahkan gara-gara ini pula tak jarang ada kasus bunuh diri. Inilah yang kami tak inginkan terjadi,” tegasnya.

3. Masing-masing anak dilahirkan dengan kompetensi yang berbeda-beda

Sekolah di Samarinda Tak Lagi Laksanakan Ujian Nasional Mulai 2021Ilustrasi ujian nasional (IDN Times/Vanny El Rahman)

Dia menambahkan, sudah saatnya sistem lama ditinggalkan. Karena penilaian murid harusnya tak lagi gunakan angka dan peringkat. Negara tetangga, Singapura yang terkenal dengan pendidikannya itu tak lagi menerapkan rangking. Ingat, setiap anak itu diciptakan berbeda. Mereka adalah individu unik. Guru tak mungkin meminta anak yang ahli berenang kemudian bermain bola. Masing-masing punya kompetensinya sendiri.

“Kebijakan penilaian inilah yang hendak diterapkan pada tahun depan,” pungkasnya.

Baca Juga: Pelajar Ikut Demo Omnibus Law, Kadisdik Kaltim: Saya Tak Perkenankan 

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya