Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam Punah

Ternyata beruang madu juga bisa kena diabetes

Balikpapan, IDN Times -  Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan hewan yang menjadi maskot Kota Balikpapan sejak tahun 2002. Beruang madu merupakan spesies beruang terkecil di dunia. 

Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) di Balikpapan atau dikenal sebagai Pusat Beruang Madu, menjadi salah satu objek wisata menarik sekaligus tempat bagi pengunjung lebih kenal dan mempelajari tentang beruang madu. Di sini ada 6 ekor beruang madu yang ditempatkan dalam enklosur seluas 1,3 hektare. 

1. Beruang madu di KWPLH adalah hasil sitaan bukan hasil perkembangbiakan

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Melihat beruang madu ini sebaiknya waktu jam makan mereka yaitu jam 09.00 atau jam 15.00. Pengunjung mesti menyusuri jembatan kayu untuk mengamati beruang madu dari atas. 

Tepat pukul 15.00 pintu enklosur ini dibuka. Sebelum masuk ke kandang raksasa ini pengunjung diberikan pengarahan. Pengunjung dilarang berisik atau membuat suara keras karena beruang madu sensitif terhadap suara, dilarang memanggil-manggil beruang madu, atau memotret menggunakan lampu flash.  

Menurut seorang pemandu di Pusat Beruang Madu ini, Fandi, "Di sini beruang madu ada 6 ekor, 4 dewasa, dan 2 anak-anak. 3 jantan 1 betina. Beruang tertua Anna dan Haris 24 tahun, Batik 20 th, Bedu 11 tahun, Pedru 5 tahun, dan Chan 3,5 tahun," katanya.

Beruang di sini bukan hasil perkembangbiakan melainkan beruang-beruang sitaan dari perdagangan satwa dan pemeliharaan secara ilegal oleh warga.

Pusat Beruang Madu ini merupakan rumah baru bagi mereka dan dibuka pada tahun 2008. Beruang madu sendiri, telah menjadi satwa yang dilindungi di Indonesia sejak tahun 1973. 

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Angker yang Bisa Dikunjungi Selain Kastil

2. Beruang madu terancam punah

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Ancaman utama bagi beruang madu adalah kehilangan habitat yang disebabkan oleh kebakaran hutan, perkebunan, penebangan kayu, dan peralihan hutan menjadi ladang atau kebun. 

Mereka kehilangan tempat hidup dan makanan. Akibatnya beruang madu terpaksa masuk ke pekarangan atau kebun warga dan memakan buah-buahan milik warga. Inilah yang membuat beruang madu sering dibunuh atau ditangkap.

3. Beruang madu juga bisa terkena diabetes

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Meskipun makanan kesukaannya madu, selai dan buah-buahan ternyata seperti manusia, beruang madu juga bisa terkena diabetes, loh. Para keeper  (penjaga beruang madu) di sini memberi makanan yang bervariasi agar mereka tak sampai kena penyakit gula. 

Makanan mereka bergantian seperti pepaya, tebu, dan kelapa. Para penjaga mengawasi makanan agar tak selalu mengandung kadar gula tinggi.

Fandi menjelaskan, "Makanan beruang madu adalah buah-buahan, madu, dan selai yang rutin dikasih (ke beruang madu). Selebihnya di luar waktu makan, mereka mencari sendiri di hutan biji-bijan, serangga, dan pucuk daun," katanya.

4. Beruang madu hidup dalam sebuah kandang raksasa

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Enklosur merupakan tempat atau habitat yang diciptakan sesuai tempat hidup beruang madu yang asli, jadi mereka bisa beraktivtas seperti di hutan. Enklosur ini dilengkapi dengan pagar kawat dan kawat listrik 10 ribu volt untuk menghindari beruang madu kabur dari kandang raksasa ini. Enklosur beruang madu di sini adalah salah satu yang terbaik di Asia.

 Terlalu lama di kandang membuat mereka kehilangan kemampuannya untuk bertahan hidup di hutan. Sebelum dilepas di enklosur ini, beruang madu hasil sitaan ini dilatih terlebih dahulu di mini enklosur untuk bisa beradaptasi nantinya di enklosur sesungguhnya. Mereka belajar mulai dari mencari makan, memanjat pohon, bahkan  berenang. 

Di enklosur ini mereka bisa mencari makan, memanjat pohon, mengeruk tanah, atau tidur di pohon. 

Saat menjelang jam makan beruang madu biasanya dimasukkan ke dalam sebuah ruangan untuk mengurangi risiko serangan kepada para keeper yang menyebar buah, madu dan selai ke berbagai area di hutan ini.

5. Tidak ideal 6 beruang madu dalam area yang hanya seluas 1,3 hektare

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Fandi mengatakan, "Area 1,3 hektare idealnya hanya untuk 3 beruang madu saja tapi di sini melebihi kapasitas. Ini juga salah satu mengapa mereka sangat sulit berkembang biak di dalam enklosur," katanya.

Berat badan beruang madu Borneo ini antara 30-65 kg, lebih kecil dibandingkan beruang madu Sumatera atau Asia Tenggara yang memiliki berat badan antara 50-90 kg. 

Fandi juga menjelaskan beruang madu dapat berkembang biak mulai dari umur 5 th dan memiliki masa kehamilan 3 bulan, kemudian mereka akan membesarkan anaknya selama 3 tahun sebelum anaknya mandiri.

6. Beruang madu berbagi tempat dengan hewan lainnya seperti tupai dan berbagai jenis burung

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/Mela Hapsari

Tidak hanya beruang madu, pengunjung juga bisa melihat tupai-tupai yang melompat dari pohon ke pohon, dan burung beraneka jenis, seperti: burung madu belukar, cabai bunga api, cucak kutilang, bubut alang-alang, dan kipasan belang.

Pepohonan yang hijau dengan semilir angin sejuk membuat para pengunjung betah menikmati polah beruang madu yang menikmati makanannya.

7. Di sini juga ada tempat adopsi kucing dan anjing

Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam PunahIDN Times/ Mela Hapsari

KWPLH juga membangun pusat penyelamatan kucing dan anjing yang ditinggalkan dan ditelantarkan. Kalau kamu suka, kamu bisa adopsi kucing dan anjing di sini. KWPLH juga memberikan edukasi tentang perawatan hewan peliharaan kepada para pengunjung. Selain itu juga ada pusat informasi beruang madu, dan beberapa rumah lamin, rumah adat Dayak. 

Biaya masuk ke KWPLH atau Pusat Beruang Madu ini gratis, namun pengunjung dapat memberikan donasi seikhlasnya.

Baca Juga: Lebih dari 900 Jip Siap Sambut Wisatawan Lava Tour Merapi

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya