Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Meriam karbit jelang lebaran Ramadan di Pontianak Kalbar. Foto istimewa

Balikpapan, IDN Times - Jangan kaget mendengar suara gemuruh bak guntur di Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar). Ya, itu adalah suara ledakan meriam karbit atau senyawa karbida  jadi suatu tradisi warga Pontianak setiap kali bulan Ramadan datang. 

Bahkan sebelum wabah COVID-19 menerpa, festival meriam karbit kerap diselenggarakan masyarakat Pontianak di bulan Ramadan. Seperti apa persiapan dan kehebohan tradisi meriam karbit ini di Pontianak? Yuk, check it out!

1. Sejarah tradisi meriam karbit yang terkait sosok makhluk hantu perempuan kuntilanak

Foto ilustrasi (YouTube.com/IDN Times)

Permainan meriam karbit ini ramai ditemui pinggiran Sungai Kapuas. Tentu ada sejarahnya yang membuat permainan ini masih bertahan. Menurut sebagian ahli sejarah dan beberapa referensi, legenda urban ini terjadi di masa Raja Pertama Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie tahun 1771 masehi.

Konon, sultan membuka lahan untuk tempat tinggal di Pontianak sempat diganggu para hantu penunggu hutan. Lalu sultan memerintahkan pasukannya mengusir hantu-hantu itu dengan menembakkan meriam berpeluru. Di masa itu, Pontianak sering diganggu oleh penampakan sosok makhluk astral hantu perempuan atau kuntilanak. 

Bahkan, nama Pontianak atau Puntianak merupakan singkatan perempuan mati beranak yang sekarang lazim disebut kuntilanak. 

Kembali soal legenda urban, peluru meriam pertama jatuh di tengah hutan belantara, maka di situ dijadikan lokasi berdirinya bangunan Istana Kadriah.  Tembakan kedua atau tepatnya peluru kedua mendarat sebagai penanda lokasi Masjid Jami Kesultanan Pontianak yang letaknya berdekatan dengan Istana Kadriah. 

2. Sebagai pengabar datangnya bulan suci Ramadan

Editorial Team

Tonton lebih seru di