Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di Pontianak

Dulunya untuk mengusir hantu kuntilanak

Balikpapan, IDN Times - Jangan kaget mendengar suara gemuruh bak guntur di Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar). Ya, itu adalah suara ledakan meriam karbit atau senyawa karbida  jadi suatu tradisi warga Pontianak setiap kali bulan Ramadan datang. 

Bahkan sebelum wabah COVID-19 menerpa, festival meriam karbit kerap diselenggarakan masyarakat Pontianak di bulan Ramadan. Seperti apa persiapan dan kehebohan tradisi meriam karbit ini di Pontianak? Yuk, check it out!

1. Sejarah tradisi meriam karbit yang terkait sosok makhluk hantu perempuan kuntilanak

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakPocong dan kuntilanak penghuni Pasar Turi Lama

Permainan meriam karbit ini ramai ditemui pinggiran Sungai Kapuas. Tentu ada sejarahnya yang membuat permainan ini masih bertahan. Menurut sebagian ahli sejarah dan beberapa referensi, legenda urban ini terjadi di masa Raja Pertama Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie tahun 1771 masehi.

Konon, sultan membuka lahan untuk tempat tinggal di Pontianak sempat diganggu para hantu penunggu hutan. Lalu sultan memerintahkan pasukannya mengusir hantu-hantu itu dengan menembakkan meriam berpeluru. Di masa itu, Pontianak sering diganggu oleh penampakan sosok makhluk astral hantu perempuan atau kuntilanak. 

Bahkan, nama Pontianak atau Puntianak merupakan singkatan perempuan mati beranak yang sekarang lazim disebut kuntilanak. 

Kembali soal legenda urban, peluru meriam pertama jatuh di tengah hutan belantara, maka di situ dijadikan lokasi berdirinya bangunan Istana Kadriah.  Tembakan kedua atau tepatnya peluru kedua mendarat sebagai penanda lokasi Masjid Jami Kesultanan Pontianak yang letaknya berdekatan dengan Istana Kadriah. 

2. Sebagai pengabar datangnya bulan suci Ramadan

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakIstana Kadriah di Pontianak Kalbar (IDN Times/Nindias Khalika)

Dulunya tradisi memainkan meriam dilakukan sebagai tanda datang dan berakhirnya bulan suci Ramadan. Berjalannya waktu, tradisi ini menjadi simbol masyarakat melayu Kota Pontianak dalam memeriahkan malam takbiran jelang lebaran.

Tradisi ini memang sempat dilarang selama orde baru berkuasa hingga rutin diselenggarakan lagi pada era reformasi.  

"Karena permainan meriam karbit di Kota Pontianak telah menjadi warisan budaya, sehingga hal ini harus kita lestarikan. Permainan meriam karbit selalu dilaksanakan menjelang Idulfitri," ujar Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Pontianak Jejen Suratman, Senin (3/5/2021).

Tahun-tahun setelah itu, masyarakat Pontianak rutin menggelar festival meriam karbit selama malam takbiran berlangsung. Bahkan salah satu perayaan sempat memecahkan rekor atau tercatat dalam MURI.

3. Diameter mulut meriam karbit mencapai 1 meter

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakProses pembuatan meriam karbit di Pontianak Kalbar. Foto istimewa

Meriam yang satu ini bukan meriam mesiu seperti gambaran perang dengan pasukan VOC, pipa logam di atas gerobak/kereta. Meriam karbit yang satu ini dibuat dari ruas-ruas batang bambu dan batang kelapa.

Akhir-akhir ini langsung diambil dari batang pohon atau balok kayu dan dilukis dengan gaya khas Pontianak. Diameternya bahkan bisa mencapai 60-100 sentimeter.

Ketika menyusuri Sungai Kapuas, seolah-olah moncong meriam ini diarahkan ke siapa pun yang melintas. Pemandangan indah akan ditemui saat meriam-meriam ini sudah berjejer sepanjang tepian Sungai Kapuas.

Belum lama ini, kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan di Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak melakukan persiapan.

Secara swadaya masyarakat, kelompok meriam ini bergotong royong mempersiapkan meriam karbit untuk dinyalakan menjelang Idulfitri.

Mulanya, proses pembuatan meriam karbit yang dimulai dari kayu utuh, terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian. Kemudian bagian itu dilubangi sepanjang kayu yang dibelah menggunakan gergaji mesin atau manual. Setelah selesai kedua belah yang telah dilubangi itu disatukan kembali dengan diikat menggunakan rotan.

Baca Juga: Penumpang Sriwijaya Air SJY 182 Hampir Semua Warga Kalbar

4. Meriam karbit mempergunakan bekas pakai tahun sebelumnya

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakProses pembuatan meriam karbit di Pontianak Kalbar. Foto istimewa

Namun, kelompok ini tidak lagi membuat dari balok kayu yang utuh. Puluhan warga cukup mengangkat balok kayu yang direndam di Sungai Kapuas. Balok berdiameter lebih dari 50 sentimeter ini tidak lagi utuh, melainkan sudah dibelah dan dilubangi.

Balok ini sejatinya setelah dimainkan pada tahun sebelumnya, harus direndam. Agar kualitasnya bertahan untuk dimainkan di tahun berikutnya.

"Setelah balok yang sudah jadi meriam dinaikkan, kami bersama-sama mengikatnya dengan rotan, menjadikan satu," kisah Perwakilan Kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan, Hendra.

Beberapa rotan dengan panjang hingga 10 meter itu kemudian dililitkan perlahan-lahan ke seluruh balok. Harus kencang, supaya rotan tak lepas dari ikatannya.

Setiap ujung lilitan rotan, selalu dipaku. Ini untuk menambah kekuatan balok ketika disatukan dan agar tidak pecah saat dimainkan nanti.

"Kami menyebutnya kegiatan ini menyimpai meriam atau mengikat meriam dengan tali dari rotan. Tujuan utamanya untuk membuat meriam ini kuat. Agar tidak pecah saat dimainkan nanti," katanya.

5. Meriam diikat mempergunakan kayu rotan

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakProses pembuatan meriam karbit di Pontianak Kalbar. Foto istimewa

Hendra menjelaskan, rotan memiliki kekuatan yang baik serta elastis. Sehingga ketika meriam disulut, balok kayu tidak mudah pecah. Karena, selain suaranya yang menggelegar bahkan sampai ke luar Kota Pontianak, tekanan atau getaran saat meriam ini disulut juga kuat.

"Tahun ini, ada lima meriam berbahan kayu jenis mabang kami siapkan untuk memeriahkan malam menjelang Idulfitri," terangnya.

Untuk mengikat lima meriam ini, kata Hendra, dibutuhkan sekitar 600 kilogram rotan. Sulitnya mendapat rotan menjadi kendala bagi kelompok meriam karbit.

"Sekarang sulit cari rotan. Di pasaran harganya cukup tinggi, Rp3.500 per kilogram. Tapi tak masalah, yang penting tahun ini meriam kami menyala," katanya.

Sementara itu, kata Hendra, kelompoknya mempersiapkan sekira 100 kilogram karbit untuk menyemarakkan malam Idulfitri.

"Tanpa meriam, bagi warga di sini yang sudah memainkan meriam karbit dari turun temurun, kalau tidak ada meriam tidak semangat. Dan ini merupakan usaha kami dalam melestarikan tradisi dan budaya meriam di Kota Pontianak," tuturnya.

6. Bagaimana caranya agar menghasilkan suara meriam yang keras

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di PontianakMeriam karbit jelang lebaran Ramadan di Pontianak Kalbar. Foto istimewa

Sementara itu, cara agar meriam karbit yang dibuat menghasilkan bunyi dentuman yang keras seperti sungguhan, yakni dengan memasukkan air secukupnya. Di samping tentunya diameter mulut meriam pun punya peran agar suaranya makin menggelegar. 

Kemudian dicampur dengan karbit seberat setengah kilogram. Lalu, lubang yang telah disiapkan khusus ditutup selama tiga menit. Setelah waktunya tiba, barulah disulut dengan api.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono pun tidak melarang adanya permainan meriam karbit di masa pandemik COVID-19. Asalkan tidak memancing kerumunan dan tetap mengindahkan protokol kesehatan. 

"Meriam tidak ada masalah (dimainkan), kan tidak ada festival. Asal tidak ada kerumunan kalau mereka main sendiri-sendiri tidak masalah," ujarnya.

7. Festival meriam karbit ditiadakan selama pandemik COVID-19

Meriam Karbit, Permainan Tradisional jelang Lebaran di Pontianak(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Tahun ini, Pemkot Pontianak tidak menggelar festival meriam karbit dikarenakan pandemik COVID-19. Artinya, kelompok-kelompok meriam karbit yang totalnya ada 40 kelompok, tidak mendapat anggaran pelaksanaan dari panitia.

Menurut Edi, permainan meriam karbit merupakan bagian dari budaya masyarakat Kota Pontianak. Namun untuk festival ditiadakan guna mencegah kerumunan orang di tengah kondisi pandemik. 

"Kita tidak menggelar festival meriam karbit tahun ini. Tetapi jika masyarakat ingin memainkannya tetap kami dipersilakan," tuturnya.

Masyarakat Pontianak tidak terlalu mempermasalahkan kebijakan daerah ini. 

"Dukungan masyarakat sekitar serta semangat gotong royong masyarakat sudah lebih dari cukup untuk membuat meriam karbit bergema di seluruh kota," tambah Hendra.

Mereka tetap semangat mempersiapkan meriam karbitnya berdentum jelang lebaran Ramadan dengan tetap menerapkan ketentuan protokol kesehatan di masa pandemik. 

Baca Juga: Lolos Hukuman Mati, Malaysia Deportasi Dua WNI ke Kalbar

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya