TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengupas Mitos Kota Gaib di Kotabaru Bernama Saranjana

Menjadi mitos dan misteri masyarakat Kalsel

Unsplash/Tomas Sobek

Banjarmasin, IDN Times - Saranjana, kota gaib yang terletak di Pulau Laut Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), telah menarik perhatian masyarakat. Beberapa warga percaya bahwa Saranjana memang benar-benar ada, sementara yang lain menganggapnya sebagai mitos dan cerita rakyat semata.

Kepercayaan pada keberadaan Saranjana bermacam-macam, dengan beberapa orang yang percaya berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar atau pengalaman ganjil yang mereka alami. Salah satu warga Banjarmasin, A Fadlan, mempercayai keberadaan Saranjana berdasarkan testimoni beberapa temannya yang secara tak sengaja masuk ke dalam kota gaib tersebut.

Menurut Fadlan, Saranjana memiliki keberadaan yang nyata, dengan makhluk gaib yang memiliki peradaban yang mirip dengan manusia. Temannya yang telah mengalami kejadian tersebut menggambarkan Saranjana sebagai sebuah kota yang mewah, meskipun terletak di tengah hutan.

"Ceritanya ia melihat kerumunan orang banyak padahal di sana hutan," ungkap Fadlan kepada koresponden IDN Times. 

1. Nama Saranjana ada dalam peta Salomon Muller 1845

Area yang dipercayai sebagai pintu masuk Saranjana di Pulau Laut Kotabaru Kalsel. Foto istimewa

Pakar sejarah dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Mansyur, mengungkapkan pandangan sejarahnya tentang Kota Saranjana. Menurutnya, keberadaan kota ini adalah fakta yang patut diperhatikan.

Salah satu catatan sejarah yang disebutkan adalah karya dari Salomon Muller, seorang naturalis asal Jerman yang lahir di Heidelberg. Dalam peta yang dibuatnya berjudul "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedeite van Borneo" (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo) tahun 1845, Muller menggambarkan sebuah wilayah yang disebut Tandjong (hoek) Serandjana.

Wilayah Tandjong Serandjana ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, berbatasan dengan Pulau Kerumputan dan Pulau Kidjang. Sebagai anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie, Muller telah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di Kepulauan Indonesia.

Baca Juga: Ini Daftar Empat SMAN Favorit di Banjarmasin

2. Keberadaan naturalis ini di Saranjana belum bisa dipastikan

Puncak bukit Saranjana di Pulau Laut Kotabaru Kalimantan Selatan. Foto istimewa

Di sisi lain, Mansyur juga menyatakan bahwa ia belum menemukan fakta konkret tentang keberadaan Salomon di Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakkannya. Tidak ada catatan mengenai keberadaan pria asing tersebut dalam beberapa artikel yang berjudul "Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen".

Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut ditemukan dalam buku Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan oleh Staatsbibliothek zu Berlin. Penting dicatat bahwa peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Muller meninggal dunia pada tahun 1863.

Selain itu, sumber lain yang menyebut tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam karyanya yang berjudul "Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie".

3. Saranjana masuk dalam wilayah kerajaan Suku Dayak Samihim

Suku Dayak di Pulau Laut 1910. Suku Dayak ini diduga dulunya adalah peninggalan Kota Saranjana. Foto istimewa

Dalam sejumlah penelitian lainnya, Mansyur juga menemukan fakta bahwa Saranjana berasal dari nama salah satu Kepala Suku Dayak Samihim bernama Sambu Ranjana.

Menurut hipotesisnya, Kerajaan Saranjana muncul sebelum tahun 1660-an atau sebelum abad ke-17 Masehi. Saranjana berbentuk kerajaan etnis suku (negara suku) dari Suku Dayak Samihim, dan kepala suku pertamanya adalah Sambu Ranjana.

Awalnya, Saranjana menganut kepercayaan animisme, namun seiring perkembangan waktu, pengaruh agama Hindu lama mulai terasa. Hal ini terbukti dari nama Sambu Ranjana yang dipengaruhi oleh unsur Hindu.

Suku Dayak, yang pada awalnya nomaden, sempat mengalami masa kejayaan. Namun, suatu hari mereka terpaksa meninggalkan wilayah Saranjana akibat perang dengan kekuatan asing. Agresor ini datang dengan kekuatan besar menggunakan perahu dan menyerang masyarakat serta menghancurkan wilayah mereka.

Meskipun Suku Dayak terpaksa meninggalkan wilayahnya, nama pusat kekuasaan mereka tetap dikenal sebagai Saranjana.

Berita Terkini Lainnya