5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!

Sudah seharusnya diskriminasi umur dalam dunia kerja dihapus

Samarinda, IDN Times - Pernahkah kamu diremehkan oleh rekan kerja karena usiamu yang terlalu muda atau tua? Diskriminasi berdasarkan usia tersebut dinamakan ageisme. Bagi kamu yang masih muda, pendapat kamu mungkin kurang didengar karena dianggap belum cukup tahu tentang dunia kerja. Sedangkan bagi kamu berusia lebih tua dari rata-rata teman kantormu, biasanya dipandang stuck dan tidak bisa berkembang.

Perilaku toksik dalam dunia kerja tersebut memang harus segera dihilangkan. Seorang pekerja seharusnya dinilai berdasarkan kinerja dan kontribusinya, bukan usianya. Agar kamu tetap waras dalam menghadapi diskriminasi tersebut, berikan 5 cara dalam menghadapi ageisme di dunia kerja:

1. Mendorong inklusivitas

5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!ilustrasi inklusivitas di lingkungan kerja (.pexels.com/fauxels)

Ageisme di tempat kerja berakar pada stereotip yang dangkal tentang golongan muda dan tua. Mendorong keterlibatan antar generasi di tempat kerja sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang positif dan harmonis. Dengan mendukung budaya kerja yang menghargai keberagaman, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya secara kolektif dari semua kelompok usia. 

Mendorong inklusivitas juga dapat menumbuhkan rasa saling memiliki bagi semua orang berapa pun usianya, dan mengakui keterampilan dan pengalaman unik yang dibawa oleh setiap individu. Sehingga karyawan akan merasa dihormati dan dihargai atas kontribusinya. Hal tersebut akan membuat pekerja lebih termotivasi, terlibat, dan berkomitmen pada pekerjaan mereka.

2. Memberikan pelatihan dan edukasi

5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!ilustrasi mentoring (pexels.com/olly)

Untuk memerangi ageisme di lingkungan kerja, perusahaan dapat melakukan pendekatan proaktif dengan memberikan pelatihan dan edukasi kepada karyawan. Tawarkan workshop dan sesi pelatihan tentang bias usia dan ageisme untuk meningkatkan kesadaran di antara karyawan. Ajarkan mereka tentang manfaat kerja sama multi-generasi dan tantang stereotip yang ada.

Melalui pelatihan yang terarah, pekerja dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana usia dapat memengaruhi dinamika tempat kerja dan menghambat kolaborasi dan produktivitas. Selain itu, perusahaan dapat mendorong budaya tempat kerja yang lebih inklusif dan suportif. Inisiatif pelatihan ini tidak hanya menantang stereotip, tetapi juga mendorong dialog terbuka dan empati.

Baca Juga: Ini Fakta Menarik tentang Samarinda yang Wajib Kalian Tahu

3. Menerapkan praktik perekrutan yang adil

5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!ilustrasi rekrutmen dalam dunia kerja (pexels.com/edmond-dantes)

Dalam proses rekrutmen, kesalahpahaman yang umum terjadi adalah anggapan bahwa kandidat yang lebih tua resisten terhadap perubahan dan kurang inovatif. Bias ini tentu memengaruhi proses perekrutan. Sebaliknya, evaluasi kandidat berdasarkan keterampilan, pengalaman, dan potensi mereka untuk berkontribusi secara positif kepada tim, terlepas dari usia mereka.

Pastikan bahwa proses rekrutmen dan seleksi dilakukan secara adil dan berdasarkan kemampuan, bukan usia. Hindari pertanyaan terkait usia selama wawancara dan fokuslah pada kualifikasi dan kemampuan kandidat. Dengan menerapkan proses perekrutan yang menghargai bakat dan potensi, perusahaan dapat membangun tenaga kerja yang berkembang dalam keragaman dan inovasi, yang pada akhirnya mendorong kesuksesan dan pertumbuhan perusahaan.

4. Mendorong kolaborasi antar generasi

5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!ilustrasi kolaborasi antar generasi (pexels.com/olly)

Membangun kolaborasi antar generasi sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang kohesif dan dinamis. Ciptakan ruang untuk mentoring yang sifatnya timbal balik. Di mana karyawan yang lebih tua dan yang lebih muda dapat saling belajar satu sama lain. 

Dengan mendorong interaksi lintas generasi, karyawan dapat berbagi perspektif dan wawasan unik mereka yang mengarah pada solusi inovatif dan lingkungan kerja yang lebih inklusif. Karyawan yang lebih muda dapat berbagi keahlian teknologi dan perspektif baru dengan rekan-rekan yang lebih berpengalaman. Sementara bagi karyawan yang lebih tua dan lebih berpengalaman dapat memberikan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka dalam dunia profesional kerja.

5. Mengatasi perilaku yang merendahkan usia

5 Cara Menghadapi Ageisme dalam Dunia Kerja, Lawan dari Sekarang!ilustrasi masalah dalam pekerjaan (pexels.com/yankrukov)

Untuk mengatasi ageisme di tempat kerja, sangat penting untuk menangani pelaku secara langsung. Setiap kali ada pernyataan atau komentar yang menyinggung usia, hal tersebut harus segera dihadapi dan dikonfrontasi. Dengan melakukan hal tersebut, perusahaan mengirimkan pesan yang jelas bahwa ageisme tidak dapat ditoleransi dan setiap karyawan berhak diperlakukan dengan hormat tanpa memandang usia.

Diskusi terbuka tentang usia harus diupayakan agar mendorong inklusivitas dalam lingkungan kerja dan menghargai kontribusi individu dari semua kelompok usia. Menekankan pentingnya memperlakukan rekan kerja secara adil, tanpa memandang usia mereka, akan memupuk rasa persatuan dan kerja sama tim. Sehingga pekerja dapat fokus pada tujuan bersama dan secara kolektif berkontribusi pada lingkungan kerja yang positif dan suportif.

Ageisme di tempat kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan. Menerapkan keragaman, kebijakan yang jelas, apresiasi berbasis kinerja, praktik perekrutan yang tidak bias, dan pemutusan hubungan kerja tanpa memandang usia dapat membantu menghilangkan diskriminasi usia.

Baca Juga: Yuk Nongki di Goffe Samarinda, Rekomendasi Bubuhan Kota Tepian

Widyo Andana Pradiptha Photo Community Writer Widyo Andana Pradiptha

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya