Melihat Gambar Ular Langsung Merinding? Waspada, Itu Bisa Jadi Fobia Serius

Rasa takut terhadap ular merupakan hal yang umum dialami banyak orang. Hewan melata ini sering dikaitkan dengan bahaya, racun, dan ancaman mematikan. Namun, bagi sebagian individu, ketakutan tersebut bisa muncul secara ekstrem dan tidak rasional, bahkan saat ular tidak ada di sekitar mereka.
Kondisi ini disebut ophidiophobia, yakni fobia terhadap ular yang dapat menimbulkan kecemasan hebat hanya dengan melihat gambar atau mendengar kata “ular”.
1. Salah satu fobia umum dunia

Ophidiophobia termasuk salah satu fobia paling umum di dunia. Bedanya dengan rasa takut biasa adalah tingkat ketakutannya yang jauh lebih intens dan berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Bagi penderita, aktivitas sederhana seperti berjalan di taman, menonton film bertema alam, atau berkunjung ke kebun binatang bisa terasa sangat menegangkan.
2. Penjelasan tentang istilah ophidiophobia

Istilah ophidiophobia berasal dari bahasa Yunani “ophis” yang berarti ular dan “phobos” yang berarti takut. Fobia ini termasuk kategori fobia spesifik, yaitu ketakutan berlebihan terhadap objek tertentu.
Penderitanya bisa panik bukan hanya saat melihat ular sungguhan, tapi juga saat melihat gambar, video, atau benda yang bentuknya menyerupai ular.
Secara psikologis, fobia ini muncul akibat reaksi otak yang salah dalam menilai ancaman. Otak penderita bereaksi seolah-olah ular selalu berbahaya, meskipun situasinya aman. Akibatnya, tubuh sulit membedakan antara ancaman nyata dan ketakutan yang hanya muncul dari pikiran.
3. Gejala fobia ular ini

Gejala ophidiophobia bisa muncul dalam bentuk fisik maupun emosional. Secara fisik, penderita dapat mengalami jantung berdebar, sesak napas, gemetar, berkeringat, pusing, atau mual. Dalam kasus ekstrem, mereka bisa mengalami serangan panik hanya karena melihat gambar ular di televisi.
Dari sisi emosional, penderita merasakan ketegangan ekstrem dan keinginan kuat untuk melarikan diri dari situasi yang berhubungan dengan ular. Mereka cenderung menghindari tempat seperti taman, sawah, atau hutan, bahkan bisa menolak bepergian ke daerah tertentu karena ketakutan tak rasional.
Kondisi ini dapat membatasi aktivitas sosial dan mengganggu kualitas hidup seseorang.
4. Penyebab terjadinya fobia ini

Penyebab ophidiophobia bervariasi dan tidak selalu berkaitan langsung dengan pengalaman traumatis.
Beberapa orang mengalaminya karena pernah digigit ular atau menyaksikan orang lain diserang, sehingga otak mengaitkan ular dengan bahaya.
Dari sisi evolusi, manusia memang memiliki naluri alami untuk waspada terhadap hewan berbahaya seperti ular. Naluri ini dulunya berfungsi melindungi manusia purba, namun pada sebagian orang, sistem kewaspadaan ini menjadi terlalu sensitif.
Selain itu, faktor genetik, pola asuh yang menanamkan ketakutan sejak kecil, serta pengaruh media yang menggambarkan ular sebagai simbol bahaya, juga bisa memperkuat munculnya fobia ini.
5. Cara mengatasi ketakutan yang berlebihan

Meski terasa menakutkan, fobia terhadap ular bisa diatasi dengan terapi yang tepat.
Salah satu metode paling efektif adalah terapi paparan (exposure therapy), di mana penderita diperkenalkan secara bertahap pada objek yang ditakuti dalam kondisi aman—mulai dari melihat gambar, menonton video, hingga mengamati ular secara langsung di bawah pengawasan profesional.
Selain itu, terapi kognitif-perilaku (CBT) juga terbukti efektif membantu penderita memahami dan mengubah pola pikir irasional mereka.
Teknik relaksasi, meditasi, dan mindfulness dapat membantu mengendalikan kecemasan, sementara pada kasus berat, dokter mungkin akan memberikan obat penenang ringan atau antidepresan untuk mendukung proses terapi.
Ophidiophobia bukan sekadar rasa takut biasa, melainkan kondisi psikologis yang bisa memengaruhi kehidupan seseorang. Dengan pemahaman dan penanganan yang tepat, penderita dapat belajar mengendalikan rasa takutnya dan menjalani hidup tanpa dibayangi kecemasan berlebihan terhadap ular.


















