Pengusaha di Pontianak ini Jual Makanan Khas Daerah Hulu Kalbar

Pengusaha Pontianak jelajah Kalbar untuk cari makanan khas

Pontianak, IDN Times - Seorang pengusaha di bidang kuliner di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) menjual sejumlah makanan khas daerah hulu Kalbar yang sudah jarang dijumpai. Makanan tradisional ini mungkin sudah tak familier bagi anak muda saat ini.

Septian, pengusaha di bidang kuliner keliling daerah untuk mencari resep atau bahan dasar makanan khas daerah yang akan dia jual. Septian mengaku kesulitan untuk mencari bahan dasar dengan cita rasa yang cocok.

“Jadi sebelum jualan makanan khas ini, saya keliling hunting dulu cari bahan bakunya yang cocok di lidah. Memang ada sedikit kesulitan, tapi akhirnya kita dapat di sejumlah daerah di Kalbar,” kata Septian, Minggu (15/10/2023).

1. Empat makanan khas hulu Kalbar yang jarang ditemui

Pengusaha di Pontianak ini Jual Makanan Khas Daerah Hulu KalbarPekasam, ikan hulu yang difermentasikan dan diolah jadi makanan yang lezat. (IDN Times/Teri).

Septian sudah beberapa kali membuka sejumlah rumah makan di Pontianak, namun tak pernah ditinggalkan menu makanan khas Kalbar tersebut. Menurutnya, makanan tersebut perlu dilestarikan agar tak punah.

Ada sejumlah makanan khas Kalbar yang disajikan Septian, mulai dari cencalok, budu, telok biawan, dan pekasam. Berbagai makanan khas tersebut rata--rata berbahan dasar dari hasil laut.

Ikan dari hulu Kalbar yang sulit ditemui dijadikan sebuah makanan yang lezat, dibuat dengan cara difermentasikan sampai menghasilkan cita rasa yang gurih.

“Pekasam kita ambil dari Putusibau, Kapuas Hulu, ikan fermemtasi. Pekasam itu ikan difermentasikan menggunakan nasi dan garam. Kalau cencalok ada 2 jenis, ada dari Sedau dan Sambas,” kata Septian.

Baca Juga: Resep Bakwan Khas Pontianak Super Enak, Pencinta Gorengan Merapat!

2. Cencalok jadi pilihan andalan warga Pontianak

Pengusaha di Pontianak ini Jual Makanan Khas Daerah Hulu KalbarCencalok berbahan dasar udang. (IDN Times/Teri).

Cencalok yang dijual Septian ada 2 macam, yakni cencalok asal Sedau, dan Sambas. Perbedaan dari kedua cencalok tersebut adalah cita rasa asin dari cencalok tersebut. Cencalok adalah makanan khas yang berbahan dasar udang-udang kecil difermentasikan, dan menghasilkan cita rasa yang asin.

“Yang membedakan dari warna, kalau dari Sedau cencaloknya warna pink muda, dan Sambas pink cerah. Kalau cencalok Sambas lebih asin dari pada cencalok Sedau. Orang Pontianak lebih suka yang cencalok Sedau karena tidak terlalu asin dan tidak terlalu bau,” paparnya.

Sedangkan budu adalah makanan khas Kalbar yang jarang ditemui, bahkan tak sedikit orang yang tak tahu makanan tersebut. Budu sendiri adalah berbagan dasar ikan, ikan tersebut dihancurkan dan tulang belulang ikan tersebut jadi sensasi makanan khas tersebut.

“Cencalok udang dengan budu itu bedanya cencalok pakai udang, budu pakai ikan. Budu itu ada sensasi hancurnya tulang-tulang ikan, bisa bersahabat jika digalau dengan nasi. Dia dari fermentasi dari ikan bilis,” ucapnya.

3. Hunting keliling Kalbar untuk dapatkan cita rasa yang cocok

Pengusaha di Pontianak ini Jual Makanan Khas Daerah Hulu KalbarSejumlah bahan baku makanan khas Kalbar yang belum dimasak. (IDN Times/Teri).

Septian menjual sejumlah makanan khas tersebut di rumah makan Bebek Betangas, Pontianak. Dia menyajikan berbagai makanan khas karena ingin anak muda di Pontianak, Kalbar dapat menikmati dan tidak melupakan makanan khas tersebut.

“Dulu pertama mau jual ini kita hunting, dan dapat rasa terbaik di Sedau. Kita dulu rutin cari makanan khas, anak-anak muda jarang ada yang tahu makanan ini, pas dijual tanggapan mereka bagus, bahkan ada yang rekomen makanan-makanan khas di hulu,” terangnya.

Awalnya, Septian hanya menjual beberapa jenis makanan khas, setelah diberikan rekomendasi oleh pengunjung, Septian mencoba untuk mengulik dan kembali menjelajah Kalbar untuk mencari bahan baku makanan khas lainnya.

“Awalnya coba beberapa jenis akhirnya pada mau minta diperkenalkan makanan khas mereka di daerah, sekarang ada 4 sampai 5 jenis. Saya pinginnya makanan khas tidak punah, dan makanan khas kampung yang jarang anak muda tau ini enak banget, anak-anak sekadang takut mau coba,“ ucapnya.

Makanan yang dijual tersebut dibanderol mulai dari harga Rp10 ribu dan yang paling mahal Rp25 ribu. Sementara itu, untuk kesulitan dalam menjual makanan khas tersebut, kata Septian adalah sulitnya mencari stok bahan baku ke daerah.

“Kesulitannya tu cuaca, kadang cuaca ngaruh, bahan baku gak ada. Kayak ikan bilis untuk bikin budu ini susah banget, stoknya susah. Kalau kayak cencalok musiman juga, sebulan untuk cencalok kita bisa pakai 100 kilogram, kalau budu paling 30 sampai 50 kilogram sebulan,” tukasnya.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Tempat Makan Halal dan Nonhalal di Pontianak

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya