2 PDP Virus Corona di Penajam Paser Utara Diisolasi di RS RAPB

Penajam, IDN Times - Dua orang warga Penajam Paser Utara (PPU) yang berstatus Pasien dalam Pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19, saat ini telah menjalani isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung (RAPB).
"Dua orang warga PDP yakni ayah dan anaknya telah ditangani di RSUD RAPB dan sekarang sedang menjalani observasi dan isolasi di RSUD kita, kini kondisinya stabil. Keduanya mengalami batuk pilek mengarah ke gejala corona," ujarnya Penanggung jawab Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten PPU, Tohar kepada awak media, Sabtu (21/3) usai menggelar rapat teknis dengan anggota gugus tugas tersebut di Penajam.
1. Kedua PDP belum dirujuk ke RSKD di Balikpapan
Untuk sementara ini, jelasnya, kedua PDP tersebut belum dirujuk ke Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan. Mereka masih menjalani pemeriksaan masih di RS RAPB.
"Dua orang PDP asal Puskesmas Babulu itu, sebenarnya mengalami batuk pilek biasa, namun saat ini isunya seperti ini maka stigmanya corona semua. Ya mudah - mudahan tidak sampai berlanjut," tukasnya.
Dibeberkannya, setelah menetapkan dua orang PDP, pihaknya juga menetapkan sebanyak sembilan warga dengan status Orang dalam Pemantauan (ODP). Para ODP ini tidak ada kaitan atau kontak dengan 2 PDP tersebut.
2. Berharap 9 ODP statusnya tidak meningkat menjadi PDP
Tohar menghimbau, kepada masyarakat yang memiliki riwayat perjalanan ke daerah terinfeksi virus corona dan jatuh sakit untuk sadar diri melapor kepada Puskesmas terdekat mengingat wabah ini sangat cepat menyebar.
Ia juga berharap sembilan orang yang ditetapkan sebagi OPD tidak meningkat menjadi PDP.
Diakuinya, Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas kesehatan di RS RAPB dan Puskesmas yang menangani COVID-19 di PPU menjadi persoalan bagi pihaknya. Namun, hal ini terjadi tidak hanya di PPU, namun di seluruh Indonesia, sehingga stok APD menjadi sangat terbatas.
3. APD sangat terbatas
"Tetapi langkah - langkah mendapatkan APD telah kita lakukan agar ada jalan keluarnya. Kebijakan dan administrasi pun telah disiapkan, sekarang tinggal suplainya mudah-mudahan ada solusinya," tutur Tohar.
Pihaknya masih menunggu APD yang telah dipesan, dan berharap agar cepat sampai ke PPU. Akibat keterbatasan APD, sejumlah petugas di Puskesmas dalam penanganan OPD dan PDP bukannya memakai baju hazmat namun terpaksa menggunakan jas hujan. Menurutnya, hal itu jangan dijadikan sebagai bahan olokan, karena terpaksa dilakukan pada situasi darurat
"Harus kita hargai mereka jangan diolok - olok saya minta, karena petugas puskesmas itu sudah berupaya maksimal agar warga bisa tertangani dan itu prinsip. Memang tidak layak tetapi aman bisa dijadikan sebagai pelindung diri dalam keterbatasan dari pada tidak berbuat sama sekali," tegasnya.
4. Setiap orang masuk PPU harus disemprot disinfektan dan diukur suhu badannya.
Terkait dengan akses masuk ke wilayah administrasi Kabupaten PPU, terangnya, jika fasilitasnya tersedia, maka setiap orang masuk ke PPU harus disemprot disinfektan dan diukur suhu badannya. Untuk petugas yang bertugas diatur oleh Gugus Tugas dengan prinsip dasar semua terindentifikasi masyarakat yang masuk ke PPU.
"Jangan kita langsung memvonis aib bagi para ODP dan PDP tersebut. Tetapi kita meminta kepada yang bersangkutan agar untuk mengisolasi diri. Tetapi fakta sosialnya memang seperti aib karena ketika isolasi diri masyarakat enggan mendekat karena takut terjangkit," urainya.
Sementara itu, untuk tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Hubei University of Arts and Science di Provinsi Hubei, Kota Xiangyang, Tiongkok yang berada di PPU, dari hasil pemantauan ketiganya dalam kondisi sehat.
"Memang ada tiga orang mahasiswa Kedokteran Hubei University of Arts and Science kondisinya baik saja. Selain itu mereka juga telah melalui rangkaian mekanisme observasi dan selama dua minggu di karantina hasilnya negatif virus corona," pungkasnya.
Baca Juga: Dua Warga Penajam Paser Utara Ditetapkan PDP Virus Corona