Tangani Balita Stunting, DKP PPU Galakkan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Penajam, IDN Times - Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Surito Widarie mengatakan, untuk menangani balita penderita stunting pihaknya terus mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
"Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU dan hasil survei lapangan tahun 2019 kemarin jumlah balita yang terkena stunting mencapai sejumlah 471 balita tersebar di empat kecamatan se-PPU," katanya kepada IDN Times, Kamis (9/1).
1. Tahun 2020 Pemkab PPU fokus menangani balita stunting
Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kekurangan gizi dalam waktu lama. Akibatnya anak kurang maksimal dalam pertumbuhannya secara fisik (pendek, bahkan kerdil). Stunting juga mempengaruhi kemampuan otak anak. Penyebab stunting bisa disebabkan karena kondisi keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, terkena infeksi berkali-kali, atau faktor lingkungan
Surito menjelaskan, pada tahun 2020 ini, Pemkab PPU fokus untuk menangani balita stunting. Intervensi yang DKP lakukan masih pada diversifikasi pangan, kemudian penyiapan tanaman sayur mayur yang cepat menghasilkan dan pengembangan KRPL di tahun ini dengan target 471 balita yang mengalami stunting bisa menurun.
Baca Juga: DPRD Balikpapan: Pemkot Tidak Tegas Memberantas Prostitusi
2. DKP PPU menyiapkan bahan pangan dengan mengembangkan KRPL di enam desa dan kelurahan
"Tahun ini kami menyiapkan bahan pangan dengan mengembangkan KRPL di enam desa dan kelurahan tersebar di empat kecamatan. Sedangkan pada 2017 hingga 2019 hal serupa telah dilakukan di 10 kelurahan serta desa," tutur Surito.
Untuk penempatan enam lokasi KRPL tersebut, saat ini pihaknya masih melakukan survei daerah - daerah mana tingkat stunting-nya lebih tinggi. Pihaknya juga akan melakukan pendekatan ke masyarakat dengan sosialisasi oleh tim yang beranggotakan sejumlah instansi terkait, termasuk DKP untuk menangani masalah pangan.
3. Sumber pangan semua dari produksi KRPL
Terkait dengan sumber pangan semua berasal dari produksi KRPL yang didalamnya terdapat tanaman cepat menghasilkan seperti bayam, kangkung, sawit dan lainnya. tanaman sayur tersebut langsung diberikan kepada keluarga yang bailtanya terindikasi stunting. Sementara bahan pangan ikan juga disediakan pihaknya, hanya saja pengelolaan pengembangan di masyarakat oleh instansi terkait.
Pengembangan KRPL dilakukan oleh kelompok - kelompok wanita tani di desa tersebut dengan dana APBN. Setiap kelompok KRPL pada minggu pertama mendapatkan anggaran sebesar Rp50 juta untuk penumbuhan tanaman pangannya. Sedangkan untuk pengembangan di tahun kedua diberikan dana kembali sebesar Rp15 juta sehingga total Rp65 juta per kelompok.
"Setiap kelompok KRPL, kita berikan pemahaman berupa pangan beragam jenisnya, berimbangan gizi dan proteinya serta aman dikonsumsi. Kami juga berikan pengetahuan tentang menghitung protein, lemak dan karbohidrat, agar sasaran balita stunting bisa cepat teratasi apabila persoalannya memang kekurangan gizi. Tetapi jika akibat (gangguan) kesehatan maka menjadi penanganan Dinas Kesehatan," pungkas Surito.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Nelayan Penajam Paser Utara Waspadai Angin Kencang