Kasus COVID-19 Meroket, Ini Sikap IDI dan DKK Balikpapan

Ada dugaan varian delta sudah masuk Balikpapan

Balikpapan, IDN Times - Kasus COVID-19 di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) meroket selama sepekan terakhir ini. Satuan Tugas (Satgas) Kaltim melaporkan pasien terpapar virus di Balikpapan sudah mencapai 1.265 kasus atau naik 25 persen dibanding sehari sebelumnya tercatat 1.008 kasus. 

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan pun menggelar rapat stageholder kesehatan mengingat kasus terpapar COVID-19 menembus angka 100 kasus per hari, Senin (28/6/2021). 

Stakeholder ini antara lain Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan para direktur rumah sakit se Balikpapan. IDAI turut dilibatkan mengingat sebagian kasus COVID-19 menimpa anak-anak Balikpapan.

Pada dasarnya, organisasi dokter sepakat agar Balikpapan kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun hal ini belum dapat dipastikan karena Pemerintah Kota Balikpapan belum menyetujui. 

"Intinya kami Dari IDI dan IDAI mengusulkan ke Pak Sekda untuk PSBB tapi memang nanti ada pengaruh ke ekonomi, makanya belum disetujui," kata Ketua IDI Balikpapan, Drajat Wicaksono usai rapat di Aula Pemkot Balikpapan.

1. Organisasi dokter sarankan kembali PSBB, menduga varian delta sudah masuk Balikpapan

Kasus COVID-19 Meroket, Ini Sikap IDI dan DKK BalikpapanKetua IDI Balikpapan, Drajat Wicaksono. (IDN Times/ Fatmawati)

Drajat juga mengakui, nantinya jika dilaksanakan PSBB, pastinya ada penolakan dari pelaku usaha. Sehingga pihaknya pun juga tak masalah jika saran PSBB tak diterima.

"Ya kan dari Pak Sekda mengatakan kita udah PPKM mikro. Ya sudah," katanya. 

Kondisi sekarang, tenaga kesehatan (nakes) memang sudah seluruhnya mendapatkan vaksin. Namun memang masih ada saja yang terpapar. Kendati ia bersyukur, tak ada lagi nakes meninggal dunia. 

"Peningkatan kasus ini membuat kita butuh tambahan tenaga kesehatan. Sebenarnya cukup banyak dokter di Balikpapan. Cuma dalam menghadapi COVID-19 ini bukan bidangnya," terangnya.

Saat ini untuk dokter spesialis hanya tiga orang. Meskipun sejauh ini cukup, namun dikhawatirkan ada kelelahan. Terlebih jika terjadi lonjakan. "Bukan dokter saja, semuanya. Termasuk perawat," katanya.

Melihat lonjakan kasus COVID-19 di Balikpapan ini, ia berharap penanganan di sektor hulu maupun hilir. Maksudnya, seperti memperketat protokol kesehatan dan PPKM mikro. 

"Kami berharap kedisiplinan protokol kesehatan ditegakkan. Meski katanya belum ada varian delta di Balikpapan, saya melihatnya kemungkinan sudah. Karena melihat penyebarannya cepat sekali," ungkap Drajat.

Pihaknya pun mengusulkan agar mulai diterapkan penggunaan masker double. Yaitu menggunakan masker medis dan dilapis masker kain. 

Terkait varian delta ini sudah terdeteksi di Samarinda. Meski di Balikpapan belum terdeteksi, namun memang selama ini hasilnya harus dikirim ke Jakarta dulu baru diketahui.

"Ini yang jadi masalah," tandasnya.

Baca Juga: BNNK Balikpapan Waspadai Narkoba Jenis Baru, Ganja Sintetis 

2. Rumah Sakit siap tingkatkan kapasitas

Kasus COVID-19 Meroket, Ini Sikap IDI dan DKK BalikpapanKepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty. (IDN Times/ Fatmawati)

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan para direktur rumah sakit. Mereka menyampaikan bahwa kondisi tiga rumah sakit utama, yakni RS Pertamina, RSUD Beriman Balikpapan, dan RSUD Kanujoso Djatiwibowo sudah penuh. 

Pertemuan pihaknya ini juga meminta tanggapan rumah sakit terkait edaran menteri kesehatan. Kendati semua rumah sakit sudah mempersiapkan tempat tidur tambahan untuk antisipasi lonjakan kasus.

"Jadi semua rumah sakit diminta untuk mempersiapkan peningkatan kapasitas. Rupanya semua sudah siap. RS Kanujoso 160 tempat tidur dan bertambah 16 ICU. Lalu Pertamina sudah menambah jadi 140 tempat tidur, ICU 14," sebutnya Dio, sapaan Andi Sri Juliarty. 

Selain itu beberapa rumah sakit lain juga melakukan penambahan tempat tidur, yakni RS Tentara juga sudah menambahkan dari 40 persen ke 55 persen. Juga Bhayangkara.

"Jadi semua rumah sakit memang sudah merespons arahan menteri kesehatan ini," katanya. 

Nantinya, jika kasus terus meningkat, maka mereka akan membahas dengan Dokter Penanggungjawab Pasien (DTJP). Biasanya pasien dirawat selama 14 hari, jika kondisinya stabil DTJP yang berwenang. 

"Kami ingin jika pasien kondisinya sudah stabil bisa berpindah ke isolasi mandiri. Ini kita akan coba tapi belum hari ini. Kita lihat terus, sambil besok kami akan dibuka kembali embarkasi haji," sebutnya. 

Menurutnya embarkasi haji secara bertahap terus disiapkan. Ini mengadopsi konsep di DKI Jakarta. "Karena di sana sudah ada yang stabil pada hari ke-7. Meskipun tidak pulang ke rumahnya tapi tetap isolasi mandiri. Dan ini juga dijaga tim medis," ungkapnya. 

Namun, berkenaan dengan ini keputusan kembali pada DTJP. Bahkan direktur rumah sakit juga tidak bisa memutuskan. Selain itu lama waktu perawatan juga tidak bisa ditentukan pihaknya, semua kembali pada pasien, gejala, dan penyakit bawaannya.

3. Pertimbangkan tambah RS rujukan, kebutuhan nakes pun meningkat

Kasus COVID-19 Meroket, Ini Sikap IDI dan DKK BalikpapanRSUD Kanujoso Djatiwibowo (IDN Times/Surya Aditya)

Persiapan untuk penambahan kamar juga dilengkapi dengan ventilator dan alat lain. Kendati begitu diakuinya yang jadi masalah sekarang adalah tenaga kesehatan. Bagaimana menambah ICU jika tenaga kesehatan tidak ditambah. 

"Makanya tidak mudah untuk menambah ICU. Karena ini berkaitan juga dengan alat maupun nakes. Terlebih belakangan ini ada saja nakes yang mulai terpapar kembali," terangnya. 

Ia membeberkan, di RS Kanujoso ada sekitar lima nakes yang sedang diistirahatkan karena terpapar COVID-19. Sementara di RSUD beriman ada dua orang. 

"Jadi alangkah lebih baik jika kita bekerja di hulu agar tidak masuk di rumah sakit. Tapi Pak Edi selaku Ketua Persi (persatuan rumah sakit) se Kaltim mengatakan, juga akan tetap melayani meskipun rumah sakit kian penuh.

"Karena mereka yang diberikan amanah. Dan mereka sebagai penjaga gawang terakhir. Sejauh ini bahkan pihak rumah sakit mau tak mau mempersiapkan aula atau ruang lain di RS untuk antisipasi lonjakan kasus jika sampai yak terkendali," katanya.

Ia pun mengakui beberapa Rumah Sakit sempat penuh, seperti RS Pertamina dan RS Kanujoso. Tapi itu adalah kondisi malam. Paginya, pasien sudah dipindahkan dari ICU. Setelah pasien tersebut dipindahkan, sudah ada pasien yang mengantre masuk. 

"Kami dari dinas kesehatan juga bertugas mengatur rujukan. Jadi jika suatu rumah sakit penuh menelpon ke kami, untuk dicarikan rumah sakit lain. Karena dipastikan pihak rumah sakit akan sangat sibuk jika harus mengurus terima telepon juga. Makanya diambil alih dinas kesehatan," katanya.

Untuk rencana penambahan rumah sakit rujukan, imbuhnya, sebenarnya sudah dibahas. Namun perlu SK. Sementara embarkasi hanya bisa berstatus tempat isolasi, bukan rumah sakit rujukan. 

"SK ini kami minta ke gubernur. Karena untuk memberikan bantuan untuk rumah sakit juga harus ditetapkan dahulu. Sulit untuk embarkasi haji mengajukan bantuan ventilator. Karena statusnya tempat isolasi," jelas Dio. 

Meskipun semua hal itu juga harusnya diikuti dengan tercukupinya tenaga kesehatan. Bukan hanya bangunan saja, tapi juga penting untuk melakukan penambahan tenaga kesehatan. 

"RSUD beriman diberi kesempatan untuk rekrut 12 perawat dari APBD. dari BTB. Juga tenaga untuk embarkasi haji. Karena tenaga sebelumnya sudah pindah ke hotel isolasi. Makanya rekrutmen baru," katanya.

Baca Juga: 250 Anak Positif Terinfeksi COVID-19 di Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya