Cikal Bakal Berdirinya Kota Banjarmasin Dimulai dari Sini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banjarmasin, IDN Times - Majunya kembangnya kota tak lepas dari sejarah dan peninggalan masa lalu. Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan (Kalsel) pun memiliki sejarah cikal bakal modernisasi kota Seribu Sungai ini.
Kalau bicara soal modernisasi, kota Banjarmasin ini dimulai dari Tatas berada di kawasan Masjid Raya Sabilah Muhtadin.
Dosen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) Vera D Damayanti menyebutkan, bangunan bersejarah di Banjarmasin sudah banyak yang hilang "dimakan" zaman.
Meskipun begitu, seni tata ruang pusat kota dan jaringan jalan, kanal dari masa lalu masih dapat dirasakan keberadaannya. Menjadi elemen sejarah kota sebagai dasar perkembangan Banjarmasin.
"Berpijak dari konsep tersebut, maka pengembangan area Tatas dan sekitarnya diharapkan dapat memanfaatkan nilai kesejarahan setempat," katanya
1. Kota Banjarmasin dinilai lambat berkembang
Vera mengatakan, perkembangan pembangunan Banjarmasin tergolong lambat di zaman kolonial pemerintah Hindia Belanda. Sebagaimana tersirat dalam notulens rapat-rapat Dewan Kota (stadsgemeenteraad) Banjarmasin kala itu.
Kondisi ini disebabkan lingkungan rawa dan pasang surut yang memerlukan teknik khusus dalam konstruksi sehingga menyebabkan biaya pembangunan kota menjadi sangat mahal. Sementara itu sumber pendanaan yang bergantung pada anggaran dan subsidi dari pemerintah pusat di Batavia sangat terbatas.
Baca Juga: Sosialisasi Pemadanan NIK dan NPWP di Banjarmasin
2. Tahun 1898 dimulainya pembangunan jalan di Banjarmasin
Sementara itu, dosen sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur menyebutkan, Banjarmasin mulai berkembang menjadi pusat ekonomi di Kalimantan pada tahun 1898.
Seperti pembangunan jalan di nol kilometer Benteng Tatas Banjarmasin sebagai pusat pertahanan tentara Hindia Belanda di Kalimantan. Di mana sekarang lokasinya berada di Jalan Jenderal Sudirman depan Masjid Sabilal Muhtadin (Masjid Raya) Banjarmasin. Masyarakat Banjarmasin bertransisi dari budaya pemanfaatan jalur transportasi sungai menjadi daratan.
Sejak zaman dahulu, Suku Banjar memang punya kebiasaan menjalankan seluruh aktivitasnya di sungai, dari mandi, masak transaksi jual beli, berdagang, dan lainnya.
"Tahun 1898 Banjarmasin baru mulai dibangun jalan oleh kolonial Belanda. Itu awal awal ada jalan darat yang dibangun di nol kilometer hingga Lambung Mangkurat dan kota madya," katanya.
3. Mobil dan bangunan ala Eropa pada tahun 1920
Budaya Eropa semakin berkembang dan pada tahun 1920 itu seiring panjangnya pembangunan jalan darat, mobil sudah mulai diperkenalkan di pusat Kota Banjarmasin. Mobil mulanya digunakan untuk operasional para pejabat Hindia Belanda di Banjarmasin.
Kemudian dibangun perumahan bangunan Eropa di wilayah Jalan Lambung Mangkurat, khusus untuk perkampungan orang-orang Belanda.
"Seiring itu juga masuk mobil, telepon, listrik di perkampungan orang Belanda di daerah Lambung Mangkurat. Selanjutnya lagi, di daerah kantor wali kota sekarang, di sana dibangun pelabuhan sebagai pusat ekonomi Kota Banjarmasin, bebernya.
Hingga memasuki tahun 1938, Hindia Belanda menetapkan Kota Banjarmasin sebagai Ibu Kota Provinsi Kalsel atau Pemerintahan Residen Borneo Barat dan Selatan.
Baca Juga: Banjarmasin Menggelar Perekaman Identitas Kependudukan Digital