Ancaman Nyata COVID-19, Pengamat: Bisa Memicu Kemiskinan Kolektif 

Semua provinsi di Indonesia sebaiknya terapkan PSBB

Balikpapan, IDN Times - Virus corona atau COVID-19 itu nyata, pun demikian dampaknya. Semua sektor dilibas termasuk ekonomi. Kaltim pun tak bisa menghindar. Benua Etam bakal terdampak secara makro dan mikro. Ancaman paling serius adalah kemiskinan. 

Pengamat ekonomi Kaltim, Aji Sofyan Effendy sepakat dengan ancaman itu. Dan bakal kejadian bila tak bisa ditangani dengan baik. Demi mencegah hal tersebut, setidaknya pemerintah melakukan tiga langkah mitigasi. 

"Yang pertama mitigasi COVID-nya, kedua persoalan sosialnya dan ketiga baru mitigasi ekonomi dan finansial," ujarnya saat dihubungi IDN Times lewat sambungan telepon pada Kamis (30/4). 

1. Prediksi pertumbuhan ekonomi Kaltim turun sekitar 2,5 persen pada akhir 2020

Ancaman Nyata COVID-19, Pengamat: Bisa Memicu Kemiskinan Kolektif Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut dia menerangkan, secara makro, pertumbuhan ekonomi Kaltim terkoreksi sekitar 0,8 persen dari target awal wabah COVID-19. Bila pandemik ini tak cepat terkendali, maka pertumbuhan ekonomi Kaltim semakin melorot.

"Sebelumnya (pertumbuhan ekonomi Kaltim diperkirakan) 4,7 persen itu kan kalau terkoreksi 0,8 (persen), masih ada 3,9 (persen). Namun karena situasi ini (virus corona) saya meyakini pertumbuhan ekonomi Kaltim tetap positif tapi angkanya (menurun) bisa berkisar antara 2,5 sampai 3 persen paling tinggi (pada akhir 2020)," katanya.  

2. Warga mesti mematuhi anjuran pemerintah agar virus corona tak semakin menyebar

Ancaman Nyata COVID-19, Pengamat: Bisa Memicu Kemiskinan Kolektif Dr. Aji Sofyan Effendi, Pengamat Ekonomi (Dok.IDN Times/Istimewa)

Menurut dia, langkah mitigasi pertama mengenai penanganan COVID-19 sudah diterapkan pemerintah saat ini. Misalnya saja, social distancing, physical distancing, stay at home, WFH (work from home). Kebijakan itu harus dipatuhi ketat.

"Jujur kita akui disiplin ketat ini tidak muncul di Kota Samarinda ataupun kota lain di Provinsi Kaltim. Jalanan masih tetap ramai juga, seperti tak ada COVID," kata pria yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman Samarinda ini.

Dia melanjutkan, masyarakat yang tidak disiplin physical distancing dan tidak patuh dengan anjuran pemerintah dapat memperbanyak jumlah kasus virus corona di Kaltim. 

3. Masyarakat kehilangan pendapatan berpotensi memicu kemiskinan kolektif

Ancaman Nyata COVID-19, Pengamat: Bisa Memicu Kemiskinan Kolektif Ilustrasi Bansos Sembako (Dok. Kemensos)

Sementara untuk mitigasi sosial menurut Aji, dapat dilakukan dengan bansos dan bantuan langsung tunai (BLT). Hal ini secara sosial dipandang efektif dan efisien. Karena banyak di antara para pekerja yang kena PHK atau kehilangan pekerjaannya adalah tulang punggung keluarga. Sayangnya dari kaca mata ekonomi hal itu tak dapat dilakukan terus menerus.

"Kemiskinan ini di depan mata kita. kalau tidak ada treatment yang betul-betul jitu," kata Aji.

Dia berpendapat, banyaknya angka pengangguran berbanding lurus dengan penurunan pendapatan alias income per kapita masyarakat. Nah, jika income per kapita turun sangat drastis, maka masyarakat akan berada pada tingkat atau level yang paling parah yaitu tenggelam ke dalam kemiskinan.

"Kemiskinan di sini bukan kemiskinan individu tapi kolektif masyarakat," tegasnya.

Di sisi lain, ia membandingkan dengan Tiongkok di mana dana untuk Kota Wuhan saja pemerintah Tiongkok menggelontorkan sampai triliunan rupiah. Sementara di Indonesia, dana APBN, dan APBD provinsi/kabupaten/kota jumlahnya terbatas untuk membiayai penanganan COVID-19, pemberian sembako dan BLT kepada masyarakat.

4. Sebaiknya PSBB dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia

Ancaman Nyata COVID-19, Pengamat: Bisa Memicu Kemiskinan Kolektif Pengetatan sosial dilaksanakan dengan penutupan 7 ruas jalan utama di Balikpapan mulai 31 Maret 2020 (IDN Times/Hilmansyah)

Menurut Aji, seluruh provinsi di Indonesia sebaiknya menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) secara merata. Hal ini untuk memutus penyebaran COVID-19 dengan lebih efektif.

"Dampak ekonominya sudah terjadi sekarang meskipun tanpa PSBB. Jadi lebih baik kita memotong rantai mitigasi COVID-19 ini (dengan PSBB). Otomatis, kedua (mitigasi sosial) dan ketiga (mitigasi ekonomi) akan bergerak pesat," tutup Aji. 

Baca Juga: Tinggal Sebatang Kara, Warga Balikpapan Ditemukan Tewas Terpanggang

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya