Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya 

Tak semua murid bisa mengikuti pembelajaran online

Kutai Kartanegara, IDN Times - Sejak virus corona atau COVID-19 menghantam Indonesia, siswa sekolah terpaksa belajar dari rumah. Namun sayangnya, belajar online bagi sebagian orang merupakan suatu kemewahan. 

Uang untuk membeli makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari pun pas-pasan, tak ada lagi tersisa untuk beli kuota apalagi beli HP android. Para murid yang tak mampu mengikuti pembelajaran secara online ini terancam tak belajar sama sekali selama masa pandemik virus corona.

Jeritan hati orangtua dan siswa ini menggerakkan hati Nanang Nuryanto (36) guru kelas V di SDN 021 Marangkayu, yang ada di Jalan Poros Samarinda Bontang KM 24, Desa Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara. 

Tak putus asa, di tengah wabah virus corona, Nanang rela mendatangi satu per satu rumah muridnya untuk mengajar langsung di rumah mereka secara bergantian. Simak kisah inspiratifnya di sini. 

1. Penghasilan orangtua pas-pasan, anak tak bisa belajar online

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Curahan hati salah satu orangtua murid yang keberatan membeli kuota untuk anaknya belajar online (Dok. pribadi Nanang N.)

Sudah sebulan ini sekolah tempat Nanang mengajar menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Learn from home digalakkan menggunakan aplikasi WhatsApp, YouTube, dan berbagai aplikasi serta media sosial lainnya. 

Sayangnya, tak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran online ini. Sejak awal ditetapkannya belajar dari rumah, Nanang telah mengajak para orangtua murid berdiskusi mengenai pelaksanaan pembelajaran.

"Setelah rapat di paguyuban kelas, dari 22 siswa yang tidak bisa mengikuti online itu 10 siswa. Itu terbentur karena tidak punya HP android, tidak bisa beli kuota, juga punya HP tapi HP biasa," kata Nanang melalui telepon pada Rabu (22/4).

Melihat situasi ini, guru yang sudah 18 tahun mengajar ini memutuskan membuat pola pembelajaran online dan offline. Menurutnya, sangat penting anak yang tak mampu mengikuti pelajaran secara online untuk tetap mendapatkan pelajaran.

"Pembelajaran saya bagi dua, yaitu online dan offline. Ada 12 anak murid yang orangtuanya bersedia pembelajaran online. Yang jadi masalah itu yang offline. Terlebih dahulu kami datang ke rumah masing -masing untuk berdiskusi dengan orangtuanya," ujarnya. 

Baca Juga: Siswa PPU Belajar Online: Bahan Pelajaran di Siaran TVRI Terlalu Umum

2. Orangtua murid rata-rata bekerja sebagai petani

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Nanang saat menyerahkan modul ke orangtua murid yang tidak dapat belajar online (Dok.Nanang Nuryanto)

Menurut Nanang, rata-rata orangtua para murid bekerja sebagai petani, baik di kebun maupun sebagai pencari pakis di hutan dengan penghasilan yang sangat minim.

"Penghasilan hari ini untuk hari ini," katanya.

Ia berkisah, murid-muridnya sebagian bahkan ada yang tinggal di rumah panggung dari kayu, dimana satu rumah bisa ditinggali oleh tiga sampai empat kepala keluarga.

Dari hasil diskusi dengan orangtua murid, Nanang menemukan bahwa ada orangtua yang bisa mendampingi anaknya belajar, dan ada yang sama sekali tidak bisa.

"Sebagian orangtua murid sanggup mendidik anaknya sendiri. Jika orangtua kesulitan, maka saya akan menjelaskan melalui telepon atau datang ke rumah anak tersebut. Kemampuan orangtua kan juga terbatas untuk masing- masing mata pelajaran," ujarnya.

Sementara, bagi murid yang orangtuanya tidak sanggup mendampingi anaknya belajar sama sekali, Nanang akan mendatangi mereka secara bergiliran. Diantara anak murid Nanang ini ada pula anak berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian lebih.

3. Tak gentar mengajar meski di tengah pandemik virus corona

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Nanang Nuryanto saat mengajar di rumah muridnya (Dok.pribadi)

Meskipun di tengah pandemik virus corona atau COVID - 19, Nanang tak gentar dan tetap mengajar tatap muka dengan mengunjungi murid - muridnya satu per satu.

"Saya pakai masker dan cuci tangan itu saja. Alhamdulillah tempat kami kan tidak terlalu terdampak COVID-19 karena kami ada di desa. Penyebarannya tidak membahayakan seperti di zona merah," katanya.

Ia yakin bahwa Tuhan akan melindungi jika kita punya niat baik. Meskipun demikian tentunya ia tetap memperhatikan faktor keamanan dan kesehatan di tempat murid yang dikunjunginya tersebut.

"Kalau kita punya niat yang ikhlas untuk memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain Tuhan akan melindungi kita," katanya.

4. Orangtua murid bersyukur anaknya diperhatikan dan tidak dianaktirikan

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Contoh modul pembelajaran offline yang dibuat Nanang untuk para muridnya di SDN 021 Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Dok.Nanang Nuryanto)

Nanang menjelaskan, tidak ada perbedaan bahan ajar yang diberikan untuk murid online dan offline

"Jadi mereka yang belajar offline itu saya buatkan modul dulu. Modul yang saya buat itu sama dengan untuk pembelajaran online. Sehingga pembelajarannya merata dan tidak ada kecemburuan sosial," katanya. 

Ia menceritakan, kedatangannya ke rumah para murid juga disambut gembira oleh orangtua dan muridnya. Mereka merasa diperhatikan dan berterima kasih atas kemauan dan kerelaannya mengajar langsung ke rumah murid.

"Mereka kalau saya datangi ke rumahnya, bahagia sekali. Orangtuanya itu welcome banget untuk kegiatan ini. Bahkan, saya sendiri pulang sering dibawakan sayur, dan buah karena mereka merasa diperhatikan dan anaknya tidak dianaktirikan," ujar Nanang.

5. Siaran TVRI tidak bisa ditangkap di desanya

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Nanang Nuryanto, guru di Kutai Kartanegara mengunjungi rumah para siswa untuk tetap bisa belajar di tengah wabah virus corona (Dok.Nanang Nuryanto)

Dalam sehari, Nanang bisa mengunjungi hingga dua orang murid, dengan durasi belajar sekitar satu sampai dua jam. Hal ini tergantung pada daya tangkap masing-masing anak. Ada 8 anak yang ia kunjungi untuk belajar di rumah.

"Saya datangi bergilir, misalnya hari ini saya fokus ke satu anak, kemudian ke anak yang lain," katanya. 

Jika selama ini digaungkan belajar melalui TVRI, ternyata hal ini tidak bisa dilakukan karena siaran TVRI tidak dapat diterima di kawasannya. Jadi murid-murid pun tak dapat belajar melalui televisi.

6. Pembelajaran online tidak seefektif tatap muka

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Contoh tugas dalam modul belajar offline (Dok. Nanang Nuryanto)

Sementara, untuk pembelajaran online, Nanang mengatakan metode yang dilakukannya cukup sederhana. Ia meminta para murid untuk menyaksikan video kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan penugasan. 

"Saat saya mengajar online saya kasih sebuah video kemudian diskusi melalui WhatsApp. Ada video yang saya buat sendiri, ada yang dari YouTube. Setelah menonton anak-anak saya tanya, paham tidak. Jika tidak paham di bagian mana yang tidak dipahami," katanya.

Ia mengaku tak menggunakan video call ataupun Zoom, dan aplikasi lainnya karena tidak semua orangtua dan anak memahami cara penggunaannya.

"Di tempat kami menggunakan Zoom dan video call, anak-anak dan orangtuanya belum paham. WA saja mereka baru punya," ujar Nanang.

Dari segi efektivitas, menurutnya pembelajaran online tidak seefektif belajar dengan pertemuan tatap muka. 

"Pembelajaran online sebenarnya tergantung guru menjelaskan kepada murid. Kalau hanya lewat WA atau Zoom belum tentu anak itu paham. Artinya kita harus mengadakan kunjungan untuk mengetahui kemampuan dari anak tersebut. Kurang efektif tanpa pertemuan," katanya.

Baca Juga: Pandemik Virus Corona Ancam Rehabilitasi Orangutan Kalimantan

7. Pengeluaran pribadi meningkat karena pembelajaran online dan kunjungan ke rumah siswa

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Pembelajaran tematik menyambut Hari Kartini, murid Nanang Nuryanto menunjukkan hasil memasak bersama ibu (Dok.Nanang Nuryanto)

Nanang mengaku sudah empat minggu ini melakukan pembelajaran online dan offline. Tak ada tambahan dana dari pihak sekolah, baik untuk pembuatan modul dan transportasinya ke rumah para murid.

"Ada penambahan kuota, saya mengeluarkan uang pribadi. Untuk pembuatan modul, dan perjalanan ke rumah peserta yang saya kunjungi juga dengan dana sendiri," katanya.

Meskipun demikian, ia tetap ikhlas mengajar para muridnya. Ia mengaku di sekitarnya, baru ia sendiri yang mengajar dengan mendatangi para murid yang tak mampu mengikuti pelajaran online.

Memang memerlukan pengorbanan waktu dan dana untuk mendatangi rumah-rumah murid, membuat modul, dan video pembelajaran namun ia meyakini bahwa hal itu akan membawa kebaikan bagi sesama.

8. Pemerintah agar memperhatikan para murid yang tak dapat belajar secara online

Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya Contoh tugas yang dikirimkan oleh murid yang mengikuti pembelajaran online melalui WA (Dok. Nanang Nuryanto)

Ia berharap pemerintah memperhatikan dan memberikan solusi bagi para murid yang tak dapat mengikuti pembelajaran online. agar mereka tetap bisa mendapatkan pelajaran secara adil dan merata.

Ia juga ingin memberikan inspirasi bagi para guru lainnya untuk memperhatikan para murid yang karena keterbatasan tak bisa mengikuti pembelajaran online

"Para guru jangan patah semangat untuk memberikan pembelajaran kepada anak-anak baik online dan offline. Pembelajaran ini akan terus berlangsung sampai batas waktu yang belum ditentukan. Semoga bisa memberikan pelajaran secara merata," kata Nanang.

Baca Juga: Curhat Ibu soal Belajar Online, Tak Efektif hingga Harus Ekstra Sabar

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya