Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HP

Diitimidasi guru dan dirundung teman sekolahnya

Samarinda, IDN Times - Sejak pembelajaran jarak jauh (PJJ) diberlakukan saat pandemik COVID-19, anak-anak pun mulai diharuskan menggunakan alat elektronik seperti handphone (HP) maupun laptop untuk belajar. Namun kondisi ekonomi setiap orang berbeda-beda. Gak semua anak memiliki dua alat itu untuk belajar.

Seperti yang terjadi pada Musdalifah, anak berusia 10 tahun asal Samarinda Seberang, Kalimantan Timur (Kaltim) yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 002 Samarinda. Dia terpaksa tidak bisa mengikuti sekolah selama lebih kurang 6 bulan karena tak memiliki gawai yang mumpuni. 

Kondisi inilah yang membuat Musda, sapaan akrabnya, mengalami ketertinggalan pelajaran hingga terancam tidak naik kelas.

1. Kronologis Musdalifah tak bisa bersekolah

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPGoogle

Diketahui, Musda bersama adiknya yang bernama Merlin (9) tinggal bersama bibinya, Siti Manuwarah di Jalan Pangeran Bendahara, Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang. 

Ibu Musda sudah lama meninggal sejak usianya 3 tahun. Sedangkan ayahnya tak bisa berbuat banyak karena kondisi lumpuh tangan kanan yang dialaminya. 

Kepada IDN Times, Siti Manuwarah bercerita, saat Musda duduk di kelas 3 SD, proses sekolah masuk dalam tahap pembelajaran online (Daring).

Musda sempat mengikuti proses pembelajaran beberapa kali dengan menggunakan handphone bermerek Samsung J3 yang dibeli bekas pakai. Tentu tak banyak yang diharapkan dari handphone itu.

Ada sedikit kisah pelik di balik gawai bekas itu. Sang ayah yang awalnya mendapat bantuan uang untuk beli obat pun mengalihkan uang itu membeli HP bekas seharga Rp300 ribu. 

Musda harus bertahan dengan kondisi gawai yang sering error dan kerap terinstal ulang sendiri, yang mengakibatkan semua berkas hilang dan terhapus. 

"Jadinya dia (Musda) sering tertinggal pelajaran online. Itu pun dia pakai untuk ujian kenaikan kelas 4, tapi kurang maksimal," tutur wanita berusia 37 tahun itu.

Baca Juga: KPU Penajam Ajukan Anggaran Pilkada Sebesar Rp31 Miliar

2. Sempat hubungi sekolah

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPIlustrasi Sekolah dari Rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Sampai akhirnya handphone Musda tak lagi bisa digunakan. Padahal alat itu satu--satunya harapan Musda dan adiknya agar bisa mengikuti pembelajaran.

Siti mulai memutar otak. Mencari cara agar Musda tak semakin tak tertinggal jauh dari pelajarannya, yakni dengan menggunakan telepon genggam miliknya. Meski sebenarnya tak mudah membagi waktu lima anak sekolah di rumahnya memakai satu handphone untuk sekolah. Ya, tiga anak lagi merupakan anak kandung Siti.

Siti pun mencoba menghubungi pihak sekolah Musda agar nomornya bisa bergabung dalam grup kelas Musda dengan mengirim pesan melalui WhatsApp. Tetapi upaya itu tak membuahkan hasil sebab pihak sekolah belum merespons WhatsApp tersebut.

"Saya WA, saya telepon wali kelasnya, tidak diangkat, itu saya lakukan lagi setelah beberapa hari. Berharap nomor saya ini bisa dimasukkan ke grup sekolah untuk mengetahui tahapan belajar di Musda," kata Siti.

Rupanya, ada kendala lain juga dirasakan Musda. Yakni tak memiliki seragam lengkap, tas, dan buku. Jangankan seragam, bahkan untuk baju sehari-hari Musda saja sudah kekecilan.

Saat itu, Siti berterus terang kepada Musda bahwa dirinya belum mampu membelikan perlengkapan sekolah untuk Musda karena tak memiliki uang. Belum lagi untuk tiga anak lainnya, yang pasti memerlukan hal yang sama.

Cara lainnya agar anak-anaknya bisa mendapat seragam, Siti terpaksa harus meminta kepada tetangga jika memiliki seragam bekas.

"Saya juga minta ke tetangga siapa tahu ada baju bekas sekolah anak mereka. Tapi Musda ini kan badannya besar, jadi jarang ada baju SD temannya yang muat," terangnya.

3. Kondisi tak memungkinkan untuk temui pihak sekolah

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPMusdalifah bersama adik-adiknya saat relawan datang memberikan bantuan (istimewa)

Kesulitan yang dialami bibi Musda tak hanya soal itu saja. Sampai saat ini Siti belum bisa menyambangi sekolah Musda karena terkendala banyak hal. Merawat ibu dan ayahnya yang sedang sakit, serta anaknya yang masih bayi.

Tak berapa lama, suasana duka menyelimuti keluarga ini. Satu persatu ayah dan ibu, yakni kakek dan nenek Musda, tutup usia. Siti tentu tak kuasa menahan kesedihannya. Dirinya dilanda kebingungan, di satu sisi dirinya masih berduka, di sisi lain ada tiga anak yang harus dipastikan status sekolahnya.

Dirinya tak mungkin mengharapkan suaminya, sedang suaminya harus bekerja menafkahi sembilan orang dalam satu rumah tersebut. Itu pun sang suami hanya bekerja serabutan di salah satu jasa transportasi di Samarinda dengan penghasilan minim.

"Saya bingung, sampai bang Mamat dari Relawan Rumah Makan Gratis datang untuk menawarkan bantuan," ucapnya.

Dari sini ada secercah harapan yang muncul di hati dan pikiran Siti. Ia menerima bantuan Mamat dan berpesan kepadanya agar bisa membantu memastikan status Musdalifah dan dua adiknya di sekolahnya masing-masing karena sudah 6 bulan tak ikut pembelajaran.

Setelah uang dari para donatur terkumpul, tanggal 30 Mei 2022, Mamat membawa Siti dan tiga keponakannya itu ke pasar untuk membeli perlengkapan sekolah. 

Baca Juga: Stok dan Harga Daging Sapi di Penajam Masih Stabil

4. Diusir dan dibully teman-temannya

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPKondisi Musdalifah setelah didapat relawan menangis di pinggir jalan depan sekolah (istimewa)

Tanggal 31 Mei 2022, Musda pun akhirnya kembali ke sekolah didampingi oleh Mamat. Sebelum itu, Mamat mengantar Musda ke ruang guru untuk menghadap dan meminta izin masuk kelas.

"Saya datang ke ruang guru, yang sambut saya adalah guru lain. kemudian guru di sana mempersilakan Musda naik ke lantai dua untuk ikut ujian," terang Mamat.

Musda melangkahkan kakinya ke ruang kelas dan duduk di bangkunya. Tak berselang lama, wali kelas Musda masuk. Salah seorang murid di sana kemudian berteriak, menyampaikan kepada gurunya bahwa Musda sudah turun ke sekolah.

Sontak guru itu dengan nada tinggi meminta Musda keluar dari kelas dan memerintahkan Musda untuk memanggil orang tuanya terlebih dahulu.

"Bu guru bilang, Oh turun sekolah kah kamu Musda? Turun kamu panggil dulu orang tuamu ke sekolah. Itu bilang Bu guru marah sama aku," cerita Musda.

Guru perempuan itu kembali meninggalkan ruang kelas. Diikuti Musda yang turut berdiri dari kursinya dan hendak pulang. Namun saat itu Musda mendapat cibiran dari teman-teman sekelasnya dengan disoraki dan dilempar kertas dan buku oleh beberapa siswa lainnya.

"Aku dilempar kertas, baru diteriaki, huuu Musda diusir. Aku nangis sudah itu, mau pulang tapi takut juga," terangnya merunduk.

5. Musda sempat ikuti ujian

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPilustrasi ujian (pixabay.com/F1Digitals)

Sementara itu Mamat mendapati Musda menangis di pinggir jalan. Mamat berusaha membawa Musda kembali ke sekolah, setelah sebelumnya ia mendapat laporan jika Musda dikeluarkan dari kelasnya.

"Saat saya ke sana tiba-tiba saya lihat Musda sudah menangis meraung-raung di pinggir jalan depan sekolahnya sambil peluk tasnya. Sakit hati saya melihatnya," tutur Mamat.

Mamat masuk ke sekolah dan membawa Musda untuk meminta klarifikasi pihak sekolah. Niatnya, ia mau langsung bertemu dengan Kepala Sekolah, tetapi Kepala sekolah tak berada di tempat. Namun justru hanya bertemu wali kelas Musda saja.

"Saya bilang ini anak mau sekolah. Biar dulu bu dia belajar. Wali kelasnya bilang, iya bisa. Tapi Musda tidak naik kelas. Itu wali kelasnya bilang," jelasnya.

"Saat itu saya tanyalah Musda, maukah dek sekolah tapi tidak naik kelas? Anak ini jawab mau kok," tambahnya.

Kedua kalinya Mamat meninggalkan Musda di sekolah. Sepeninggalan Mamat, Musda ditarik dengan kasar oleh guru laki-laki bernama Taufik untuk mengikuti ujian.

Sampai dikelas, lagi-lagi cibiran terlontar dari mulut wali kelas. 

"Tanganku ditarik di bawa ke atas (lantai dua), pas aku duduk guruku (wali kelas) bilang aku geram sama Musda sambil kepal tangannya," ungkap dia.

6. TRCPPA turun tangan bantu tangani masalah

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPKegaduhan relawan dan oknum guru atas peristiwa pengusiran Musda dari sekolah (istimewa)

Mendengar kisah pilu yang dihadapi Musda, Ketua TRCPPA Rina Zainun bersama timnya pun mendatangi sekolah Musda. Kedatangannya bersama awak media kala itu mendapat respon kurang mengenakkan dari pihak sekolah.

Meski begitu pihak sekolah tetap mempersilakan Rina dan timnya masuk dan menjelaskan maksud dan tujuan mereka. 

Saat menerakan, pihak guru dan wali kelas Musda mengelak disebut mengusir Musda dari ruangan. Kondisi mediasi sempat memanas, sebab salah satu guru di ruangan guru tersebut menyebut Musda merekayasa cerita.

"Pembohong anak itu," celetuk guru itu dan didengar jelas oleh awak media.

Karena tak menemukan hasil yang baik dari mediasi ini, tim TRCPPA pun menunggu Kepala Sekolah. Tak lama Kepala Sekolah yang sampai di sana terkejut karena melihat kerumunan orang di sana.

Orang nomor satu di sekolah itu mengarahkan tim TRC PPA untuk masuk ke dalam ruangannya. Di sana ia pun dijelaskan terkait peristiwa yang terjadi.

"Saya baru tahu ada kasus ini, wali kelas dan wali murid sama-sama belum pernah menghubungi saya," terang Sabran, Kepala Sekolah SDN 002.

7. Dapat intimidasi

Kisah Musdalifah di Samarida, Terusir dari Sekolah karena Gak Punya HPKegaduhan relawan dan oknum guru atas peristiwa pengusiran Musda dari sekolah (istimewa)

Kericuhan kembali terjadi saat tim TRCPPA masih berdialog dengan Kepala Sekolah. Seorang guru dengan gelagat kurang sopan datang dan nada membentak bertanya kepada Kepala Sekolah.

"Ada apa ini pak Sabran?," cetus Hamzah dengan nada tinggi. Namun celetukan Hamzah tak digubris oleh Sabran. 

Sementara di sisi luar, Siti dan Musda mendapat intimidasi oleh oknum guru itu. Dengan kasar tangannya menepuk pundak Musda. 

Saat itulah semakin banyak yang tak terima. Mamat yang turut emosi dan tak terima, sehingga kondisi pun kembali alot. Beruntung perdebatan Mamat dan guru itu dapat dilerai.

Hingga saat ini, semua pihak tengah berupaya untuk menyelesaikan persoalan itu. Tentu harapannya agar Musda dapat kembali belajar dengan tenang di sekolahnya.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Bengkel Mobil Berkualitas di Samarinda

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya