5 Manajer Top Sepak Bola di Eropa, Terbukti Mampu Mengangkat Timnya

Nama pertama yang muncul adalah legenda Bayern Munich, "Kaisar" Franz Beckenbauer. Sempat membawa tim nasional Jerman meraih gelar juara Piala Dunia di Jerman pada tahun 1974 saat masih aktif bermain. 

Setelah pensiun dan menjadi manajer tim nasional Jerman membawa "Tim Panser" meraih gelar juara Piala unia 1990 dengan mengalahkan tim kandidat juara Argentina. 

Franz Beckenbauer disebut-sebut mampu membangun timnas Jerman menjadi sebuah tim yang kuat. Dengan menerapkan sistem permainan sepak bola kolektif modern dengan mengandalkan kekompakan tim. 

Timnas Jerman mengalahkan Argentina yang lebih difavoritkan menjadi juara dengan pemain terbaiknya, Diego Armando Maradona.  

Semua berkat manajer asal Jerman ini. 

Publik Spanyol pantas berterima kasih kepada sosok Vicente Del Bosque. Lewat tangan dingin pelatih asal Spanyol ini, "Tim Matador" meraih titel juara  Piala Dunia untuk kali pertama tahun 2010 saat turnamen empat tahunan ini digelar di Afrika Selatan. 

Teknik permainan tiki taka benar-benar menggemparkan dunia di saat itu. Permainan dengan memonopoli penguasaan bola dengan umpan pendek nan akurat membawa mereka menjuarai turnamen Piala Eropa tahun 2012. 

Permainan Xavi Hernandez cs memesona pencinta sepak bola seluruh dunia. Suka tidak suka, semua berkat kepiawaian Vicente Del Bosque dalam mengangkat permainan timnas Spanyol ke tingkat level dunia. 

Manajer klub Chelsea ini sudah masuk dalam jajaran pelatih top Eropa. Thomas Tuchel adalah mantan pemain sepak bola profesional asal Jerman yang bisa menyulap "The Blues" naik satu level dalam peta kompetisi English Premier League (EPL).

Di bawah tangan dinginnya, Chelsea langsung memenangi kompetisi Liga Champion 2020 dengan mengalahkan Manchester City yang digdaya.

Skema permainan 3-4-3 terkenal kuat dalam bertahan dan mematikan saat di depan gawang lawan. Tim ini juga memiliki kemampuan penguasaan bola yang tinggi hingga membuat tim lawan menjadi frustrasi. 

Klub-klub besar Eropa antre hanya sekadar memperoleh tanda tangan Thomac Tuchel untuk menangani tim mereka.  

Klub Liverpool sungguh beruntung Jurgen Klop sudi berlabuh ke publik Anfield. Padahal saat itu, "The Reds" selama 30 tahun terakhir menjadi sebuah tim medioker, minim gelar dan prestasi. 

Di masa dulu, sejarah panjang Liverpool mengukir gemilang di masa-masa Ray Clemence, Alan Hansen, hingga Ian Rush mendominasi perburuan gelar Liga Inggris dan Liga Champion. Tetapi setelah itu, Liverpool seperti terlelap dalam mimpi panjangnya. 

Semua berubah setelah Jurgen Klop datang. Manajer kebangsaan Jerman ini secara bertahap mampu menyulap Liverpool menjadi sebuah tim yang menakutkan. Strategi gegenpressing berkembang terus dan makin mematikan. 

Skema permainan 3-4-3 bisa berkembang tergantung lawan yang dihadapinya. 

Tanpa perlu jor-joran dengan membeli pemain bintang yang mahal. Nama-nama Mo Salah, Sadio Mane, hingga terbaru Luis Diaz bukti kecakapannya dalam membaca talenta pemain. 

Persis sama dilakukannya saat masih membesut tim asal Jerman, Dormund yang mampu mengalahkan dominasi Bayer Munich di kompetisi Bundesliga. 

Pep Guardiola merupakan rival berat Jurgen Klop. Sulit membandingkan, siapa di antara keduanya yang terbaik. 

Tetapi publik pencinta sepak bola pasti akan mengakui kepintaran Pep Guardiola dalam meracik skema timnya. Terbukti saat masih melatih Barcelona, Bayer Munich, dan sekarang ini Manchester City. 

Strategi permainan tiki taka sudah sangat berkembang saat Pep menangani tim yang bermain di La Liga, Bundesliga, dan EPL. 

Semuanya hampir sama, penguasaan bola, operan pendek cepat, hingga mematikan di depan gawang lawan. Jangan bicara soal tropy juara, semuanya sudah tersimpan di rak lemari pelatih sepak bola kebangsaan Spanyol ini.