Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mau Pelihara Burung Hantu? Siap-Siap Trauma Tiap Hari!

ilustrasi burung hantu (pexels.com/DSD)
ilustrasi burung hantu (pexels.com/DSD)

 

Samarinda, IDN Times - Burung hantu tuh punya pesona yang gak main-main. Matanya besar, wajahnya ekspresif, dan penampilannya sering dibilang gemesin gara-gara film atau konten viral di medsos.

Tapi, jangan cuma karena kelihatan lucu terus langsung pengin pelihara, ya. Faktanya, burung hantu tuh jauh dari kata “hewan peliharaan lucu yang gampang dirawat”. Niat doang gak cukup, bro/sis. Ada banyak hal yang harus kamu siapin—dan itu gak main-main.

Burung hantu juga bukan kayak kucing, anjing, atau lovebird yang bisa kamu ajak bonding manis tiap hari. Mereka punya naluri liar, pola makan ekstrem, dan bahkan regulasi hukum yang ketat banget. Yuk, simak dulu enam alasan kenapa kamu harus mikir dua kali sebelum mutusin buat pelihara burung hantu.

1. Burung hantu cuma makan daging segar

ilustrasi mangsa burung hantu (pexels.com/David Atkins)
ilustrasi mangsa burung hantu (pexels.com/David Atkins)

Burung hantu itu karnivora sejati. Mereka gak bisa dikasih nasi, pelet, atau buah-buahan manis. Menu favorit mereka? Tikus, anak ayam, atau marmut utuh. Iya, utuh—lengkap dengan bulu, darah, dan jeritannya (kalau masih hidup).

Dan cara makannya... brutal. Mereka akan mencabik-cabik mangsa sebelum ditelan. Kalau kamu jijik sama darah, bau amis, atau gak rela lihat freezer di rumah jadi tempat nyimpen bangkai tikus, fix ini bukan peliharaan buat kamu.

2. Butuh kandang super luas, bukan sangkar biasa

ilustrasi kandang burung (pexels.com/Paul Volkmer)
ilustrasi kandang burung (pexels.com/Paul Volkmer)

Burung hantu butuh ruang yang luas buat terbang bebas. Idealnya, mereka tinggal di aviary outdoor gede, bukan di kandang mini yang cuma muat buat gerak sedikit.

Kalau kamu lepasin di dalam rumah, siap-siap perabotan jadi korban. Cakar mereka tajam banget dan bisa bikin sofa sampai gorden jadi kayak habis diserang makhluk astral. Selain itu, mereka juga butuh tempat mandi besar buat jaga kebersihan bulu—karena bulu kotor bisa bikin mereka gagal terbang senyap saat berburu.

3. Perlu izin dan pelatihan khusus

ilustrasi burung hantu (pexels.com/Skyler Ewing)
ilustrasi burung hantu (pexels.com/Skyler Ewing)

Di banyak negara, termasuk AS dan Indonesia, burung hantu adalah satwa liar yang dilindungi. Tanpa izin resmi, kamu bisa kena masalah hukum serius.

Di Indonesia, beli burung hantu dari pasar gelap sama aja kayak dukung perburuan liar. Kamu bisa dipidana kalau ketahuan. Jadi, jangan sampai “cinta satwa” kamu malah jadi bumerang yang nyakitin mereka.

4. Aktif di malam hari, bukan siang

ilustrasi burung hantu (pexels.com/Erik Karits)
ilustrasi burung hantu (pexels.com/Erik Karits)

Burung hantu aktifnya justru saat malam. Mereka bisa bersuara keras dan berisik waktu kamu lagi pengin tidur nyenyak. Apalagi kalau musim kawin, suara “hoo-hoo”-nya bisa marathon semalam suntuk.

Kalau tinggal di kompleks yang padat, siap-siap ditegur tetangga karena bikin polusi suara. Ini bukan burung hias buat pajangan lucu di ruang tamu, ya.

5. Sulit dititipkan saat kamu pergi

ilustrasi burung hantu (pexels.com/Sean P. Twomey)
ilustrasi burung hantu (pexels.com/Sean P. Twomey)

Kamu tipe orang yang sering dinas atau liburan dadakan? Mending skip pelihara burung hantu.

Soalnya, gak sembarang orang bisa rawat mereka. Siapa juga yang siap nyuapin tikus beku ke burung galak yang bisa nyakar? Bahkan menitipkannya ke tempat penitipan hewan pun hampir mustahil karena gak banyak yang siap handle burung sekompleks ini.

6. Super jorok dan berantakan

ilustrasi burung hantu (pexels.com/Erik Karits)
ilustrasi burung hantu (pexels.com/Erik Karits)

Selain buang kotoran yang bau, burung hantu juga rutin memuntahkan pelet—gumpalan berisi tulang dan bulu mangsa sebelumnya. Bayangin harus bersihin muntahan kayak gitu hampir setiap hari?

Dan kalau gak ditangani dengan benar, burung hantu bisa nyakar dan bikin cedera serius. Mereka gak bisa dilatih kayak anjing atau kucing. Menurut para ahli, kayak Steve Malowski dari Cincinnati Zoo, burung hantu sebaiknya ditangani profesional aja.

Kalau kamu beneran cinta sama burung hantu, ada cara lain buat menunjukkannya tanpa harus pelihara langsung. Kamu bisa berdonasi ke pusat konservasi atau rehabilitasi. Bahkan beberapa tempat kasih opsi adopsi simbolis, di mana kamu bantu biaya perawatan burung hantu tapi burungnya tetap hidup bebas di alam atau pusat penangkaran.

Burung hantu memang keren dan misterius, tapi di balik penampilannya yang estetik, ada tanggung jawab berat dan risiko besar. Mulai dari izin rumit, kebutuhan kandang besar, sampai pola makan yang ekstrem—semua itu gak cocok buat sembarang orang.

Jadi, sebelum kamu keburu beli karena terinspirasi dari TikTok, pikir lagi baik-baik. Jangan sampai niat baik malah nyakitin makhluk hidup lain. Pilihan paling bijak? Dukung konservasi—biar burung hantu tetap jadi bagian dari alam, bukan jadi korban tren.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us