Abdoel Moeis, Nama Pahlawan Kaltim Jadi Rumah Sakit di Samarinda

Gubernur di Kaltim masa kemerdekaan

Samarinda, IDN Times - Abdoel Moeis Hassan, lahir di Samarinda pada 2 Juni 1924, dikenal sebagai seorang tokoh pahlawan pergerakan kebangsaan di Samarinda selama periode 1940-1945. Ia juga merupakan pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) dari tahun 1945 hingga 1949.

Peran serta dan dedikasinya sangatlah berharga bagi bangsa dan negara. Untuk lebih mengenal sosoknya, berikut profil singkat tentang Abdoel Moeis Hassan.

1. Biodata umum

Abdoel Moeis, Nama Pahlawan Kaltim Jadi Rumah Sakit di SamarindaPelantikan Moeis Hassan sebagai Gubernur Kaltim pada 10 Agustus 1962 (Wikimedia.org)

Abdoel Moeis Hassan adalah seorang yang berasal dari Suku Banjar. Ia merupakan putra kelima dari Mohammad Hassan, seorang tokoh Syarikat Islam Samarinda pada masa perjuangan kemerdekaan.

Ayahnya, Mohammad Saleh, berasal dari Amuntai. Sedangkan, kakek dan nenek dari pihak ibunya adalah warga Banjarmasin.

Meisje School merupakan sekolah pertamanya ketika usianya 5 tahun. Setelah itu, ia berhasil lulus dan memperoleh ijazah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dari Institut Het Zonnig Land.

Abdoel Moeis Hassan juga memiliki ijazah Boekhouding A dan B serta menyelesaikan pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sungai Pinang, Samarinda. Pendidikan politiknya diperoleh melalui pembelajaran dari A.M. Sangadji dan H. Agus Salim pada masa penjajahan Belanda.

Baca Juga: Fakta Menarik tentang Kutai Kartanegara Dulunya Adalah Kerajaan Besar 

2. Organisasi

Abdoel Moeis, Nama Pahlawan Kaltim Jadi Rumah Sakit di SamarindaMuseum Mulawarman (IDN Times/Wibisono)

Lima tahun sebelum kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1940, Abdoel Moeis Hassan mendirikan Roepindo, singkatan dari Roekoen Pemoeda Indonesia, dan menjabat sebagai ketua. Selain itu, bersama A.M. Sangadji, ia mendirikan lembaga pendidikan yang bernama Balai Pengadjaran dan Pendidikan Ra'jat pada tahun 1942.

Keterlibatannya dalam berbagai organisasi sangat mencerminkan jiwa kepemimpinannya. Ini terbukti saat ia bergabung dalam Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia untuk mewujudkan Proklamasi Negara Indonesia di Samarinda pada tahun 1945.

Tidak hanya aktif dalam dunia organisasi, Abdoel Moeis Hassan juga terlibat dalam politik. Pada tahun 1960, ia menjabat sebagai Ketua Komisi Gabungan di DPR Gotong Royong yang bertugas menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah dan Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria.

Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Gubernur Kaltim yang kedua. Selama masa jabatannya, ia mencegah upaya pembakaran keraton Kutai oleh massa dan tentara suruhan Panglima Kodam IX Mulawarman.

Setelah pensiun sebagai pegawai negeri pada tahun 1977, Abdoel Moeis Hassan mendirikan Yayasan Bina Ruhui Rahayu. Yayasan ini menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan memberikan beasiswa bagi pelajar, serta merupakan bagian dari kegiatan sosial yang dilakukannya.

Ia juga menjabat sebagai Ketua K3 (Kerukunan Keluarga Kalimantan) di ibu kota. Paguyuban warga Kalimantan di ibu kota negara ini diurus oleh mantan Ketua PBNU Idham Chalid dan mantan Ketua MUI Hasan Basri.

3. Diusulkan sebagai seorang pahlawan

Abdoel Moeis, Nama Pahlawan Kaltim Jadi Rumah Sakit di SamarindaTaman Makam Pahlawan Nasional Utama di Kalibata, Jakarta (IDN Times/Sunariyah)

Pada 19 November 2005, Moeis Hassan bersama istrinya menghadiri acara halalbihalal masyarakat Kaltim di Gedung Serbaguna Deplu Jakarta. Saat mengalami kesulitan buang air kecil, ia meminta putranya, Taufik Siradjuddin, untuk membawanya pulang.

Taufik membawa Moeis ke Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, di mana di instalasi gawat darurat, Taufik melakukan tindakan medis sehingga Moeis bisa buang air kecil. Namun, penyakitnya kambuh pada 21 November 2005.

Meski Taufik melakukan tindakan medis lagi dan Moeis merasa lebih baik, namun saat tengah malam, Taufik ditelepon adik perempuannya bahwa Moeis tidak sadarkan diri setelah jatuh di kamar mandi, dan ketika Taufik tiba, sang ayah telah meninggal.

Dalam Seminar Nasional Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan, Pemerintah Kota Samarinda didukung oleh Bank Indonesia, Bankaltimtara, dan Lasaloka-KSB. Tiga sejarawan akademis dan satu pejabat Kementerian Sosial RI yang dihadirkan untuk menyatakan kelayakan gelar Pahlawan Nasional yang akan diberikan kepada Abdoel Moeis.

Pengusul diminta untuk memenuhi persyaratan administrasi untuk diteruskan ke pemerintah pusat pada tahun 2020. Nama Abdoel Moeis Hassan juga diusulkan sebagai pengganti nama Jembatan di Samarinda, yang disetujui oleh Wali Kota Samarinda.

Demikianlah profil dan sedikit kisah tentang Abdul Moeis. Perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan layak diapresiasi dan menyandang gelar pahlawan nasional.

Baca Juga: Mantan Gubernur Kaltim Diabadikan Namanya sebagai Bandara Samarinda

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya