Abdoel Moeis, Pahlawan Kaltim yang Namanya Dijadikan Rumah Sakit

Samarinda, IDN Times - Abdoel Moeis Hassan lahir di Samarinda pada tanggal 2 Juni tahun 1924. Ia adalah seorang tokoh pahlawan pergerakan kebangsaan di Samarinda pada tahun 1940-1945 dan merupakan pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) pada tahun 1945-1949.
Perjuangannya sangatlah berharga bagi bangsa dan negara. Untuk mengingat kembali perjuangannya, simak profil mengenai Abdoel Moeis Hassan.
1. Biodata umum
Abdoel Moeis Hassan adalah seorang yang bersuku Banjar. Ia merupakan putra kelima dari seorang tokoh Syarikat Islam Samarinda pada masa perjuangan kemerdekaan yaitu Mohammad Hassan.
H. Mohammad Saleh adalah kakek dari pihak ayahnya yang berasal dari Amuntai. Sedangkan, kakek dan nenek dari pihak ibunya merupakan warga Banjarmasin.
Meisje School adalah sekolah pertamanya saat ia berusia 5 tahun. Ia pun lulus dan memperoleh ijazah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dari Instituut Het Zonnig Land.
Di samping itu juga, ia memiliki ijazah Boekhouding A dan B serta menamatkan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sungai Pinang, Samarinda. Pendidikan politiknya diperoleh dari A.M. Sangadji dan H. Agus Salim pada masa penjajahan Belanda.
Baca Juga: Fakta Menarik tentang Kutai Kartanegara Dulunya Adalah Kerajaan Besar
2. Organisasi
5 tahun sebelum kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1940 ia mendirikan Roepindo yang merupakan singkatan dari Roekoen Pemoeda Indonesia dan ia menjabat sebagai ketua. Tak hanya itu, ia mendirikan lembaga pendidikan bernama Balai Pengadjaran dan Pendidikan Ra'jat pada tahun 1942 bersama A.M. Sangadji,.
Jiwa aktif berorganisasi sangat tercermin dalam dirinya. Itu terbukti ketika ia bergabung dalam Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia untuk mewujudkan Proklamasi Negara Indonesia di Samarinda tahun 1945.
Tak hanya aktif berorganisasi, Abdoel Moeis Hassan juga aktif berpolitik. Pada tahun 1960, ia menjadi Ketua Komisi Gabungan di DPR Gotong Royong yang bertugas menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah dan Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria.
2 tahun kemudian, ia menjadi Gubernur Kaltim yang kedua. Setelahnya, ia mencegah usaha pembakaran keraton Kutai oleh massa dan tentara suruhan Panglima Kodam IX Mulawarman.
Setelah pensiun sebagai pegawai negeri pada 1977, Abdoel Moeis Hassan mendirikan Yayasan Bina Ruhui Rahayu. Yayasan ini mengadakan pendidikan dan pelatihan serta memberikan beasiswa bagi pelajar dan merupakan bagian dari kegiatan sosial yang dilakukan Moeis.
Ia juga menjadi Ketua K3 (Kerukunan Keluarga Kalimantan) di ibu kota. Paguyuban warga Kalimantan di ibu kota negara ini diurus oleh mantan Ketua PBNU Idham Chalid dan mantan Ketua MUI Hasan Basri.
3. Diusulkan sebagai seorang pahlawan
Pada 19 November 2005, Moeis Hassan bersama istrinya menghadiri halalbihalal masyarakat Kaltim yang tinggal di Jakarta yang diadakan di Gedung Serbaguna Deplu. Ia kesulitan buang air kecil dan meminta Taufik Siradjuddin yang merupakan putranya untuk segera membawanya pulang.
Taufik membawa ayahnya ke Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan di instalasi gawat darurat, Taufik melakukan tindakan medis sehingga Moeis Hassan kembali bisa buang air kecil. Namun, penyakit tersebut kambuh pada lagi 21 November 2005.
Taufik melakukan tindakan kecil dan Moeis Hassan merasa lebih baik. Taufik pun pulang ke rumahnya dan saat tengah malam, Taufik ditelepon adik perempuannya yang tinggal di rumah Gudang Peluru. Kabarnya, Moeis tidak sadarkan diri setelah jatuh di kamar mandi dan ketika Taufik tiba, sang ayah sudah tidak bernapas lagi.
Dalam event Seminar Nasional Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan, Pemerintah Kota Samarinda didukung Bank Indonesia, Bankaltimtara, dan Lasaloka-KSB. Tiga sejarawan akademis dan satu pejabat Kementerian Sosial RI yang dihadirkan untuk menyatakan kelayakan gelar Pahlawan Nasional yang akan diberikan kepada Abdoel Moeis.
Pengusul dimintai persyaratan administrasi untuk diteruskan ke pemerintah pusat pada tahun 2020. Selain itu, Nama Abdoel Moeis Hassan juga diusulkan sebagai pengganti nama Jembatan di Samarinda dan disetujui oleh Wali kota Samarinda menyetujui usulan ini.
Itulah profil dan sedikit kisah mengenai Abdul Moeis. Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan memang layak diapresiasi dan menyandang gelar pahlawan nasional.
Baca Juga: Mantan Gubernur Kaltim Diabadikan Namanya sebagai Bandara Samarinda