TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berikut Ini Serba-serbi Penyaluran KIP Kuliah di Banjarmasin

Kampus Uniska selektif menerima calon mahasiswa KIP

Mahasiswa baru Uniska Banjarmasin.

Banjarmasin, IDN Times - Belakangan ini, kekhawatiran mengenai efektivitas Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah sebagai alat bantuan kuliah telah mencuat. Banyak yang menyoroti bahwa bantuan ini tidak tepat sasaran atau bahkan dimanfaatkan oleh oknum-oknum di lingkungan kampus.

Namun, seberapa besar pengaruh KIP Kuliah ini terhadap kehidupan para mahasiswa penerima manfaatnya setelah menyelesaikan perkuliahan?

1. Mahsiswi KIP jualan online untuk biaya hidup

Tri Maulina, seorang mahasiswi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), berbagi pengalamannya dalam mengikuti Program KIP Kuliah yang meskipun menantang, berhasil ia lewati.

Sebagai mahasiswi semester akhir, berasal dari Kabupaten Tapin, Kalsel, Tri baru saja menyelesaikan skripsinya dengan biaya kuliah yang selama ini ditanggung oleh KIP.

Terkait program ini, ia menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti kewajiban untuk lulus tepat waktu. Lebih dari 4 tahun kuliah akan menyebabkan biaya kuliah tidak lagi ditanggung oleh KIP. Selain itu, mahasiswa penerima manfaat KIP juga tidak diperbolehkan bekerja selama menjalani studi. Bagi Tri, kondisi ini terasa sulit, terutama karena ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Meskipun biaya kuliah terjamin, namun sebagai mahasiswa merantau di Banjarmasin, biaya hidup di kos-kosan tidak sepenuhnya ditanggung oleh KIP.

Untuk mengatasi hal ini, Tri mencari pekerjaan sampingan yang tidak bertentangan dengan ketentuan KIP, seperti menjual parfum secara online dan offline. Selain itu, ia juga terlibat dalam usaha konveksi bersama rekan-rekannya. Dari hasil berdagang ini, ia dapat membiayai kebutuhan hidupnya selama menempuh kuliah di Banjarmasin.

"Sebagai mahasiswa penerima KIP, saya harus memastikan lulus tepat waktu, tidak menikah, dan tidak bekerja. Namun, saya juga harus mencari sumber pendapatan tambahan untuk biaya hidup, dengan menjalankan bisnis online dan bisnis konveksi. Alhamdulillah, saya berhasil menyelesaikan kuliah tahun ini berkat bantuan dari KIP," ungkapnya.

Baca Juga: Cerita Mahasiswa Dapat Beasiswa demi Bisa Menamatkan Kuliah 

2. Uniska seleksi ketat mahasiswa KIP Kuliah

Muttaqin, Wakil Rektor III Universitas Islam Kalimantan (Uniska), mengungkapkan bahwa setiap tahun Uniska mendapatkan rekomendasi KIP Kuliah dari Kopertis. Namun, jumlahnya tidak selalu konsisten; misalnya, tahun lalu Uniska mendapat 150 kuota KIP Kuliah, sementara untuk tahun ini, pihak kampus masih menunggu surat keputusan resmi dari Kopertis.

Ketika ditanya mengenai masalah serius yang berkaitan dengan penyalahgunaan KIP di lingkungan kampus, Muttaqin menegaskan bahwa Uniska, sebagai salah satu kampus swasta terbesar di Kalimantan, menerapkan proses seleksi yang ketat terhadap penerima KIP. Calon penerima KIP Kuliah harus melampirkan empat berkas penting, salah satunya adalah keterangan miskin dari pemerintah daerah tempat mahasiswa tersebut berasal, serta data-data dari Kementerian Sosial dan sumber lainnya.

Selain itu, Uniska juga melakukan survei lapangan untuk memverifikasi kondisi ekonomi keluarga mahasiswa penerima KIP.

"Ada suatu ketika saat ada calon mahasiswa penerima KIP mendaftar, kami menolak karena mereka enggan menunjukkan alamat rumah asal mereka. Ada juga kasus di mana rumah yang ditunjukkan bukanlah rumah keluarga, misalnya rumah pamannya," ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya