Melihat Ponpes Mu'Inul Islam Kalbar, Berkonsep 'Surgawi Tanpa Gadget'

Ponpes Mu’Inul Islam punya sejumlah kegiatan kemandirian

Pontianak, IDN Times - Perkembangan teknologi saat ini dapat mempermudah segala urusan, salah satunya juga mempermudah bidang pembelajaran, salah satunya menggunakan internet. Ternyata, di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar), ada pondok pesantren (ponpes) yang masih menggeluti pola pembelajaran tradisional atau tanpa teknologi digital.

Salah satu pondok pesantren yang masih menggunakan pola pembelajaran tradisional adalah Pondok Pesanten Mu’Inul Islam. Lokasinya ada di Jalan Primer Jeruju Darat, Jeruju Besar, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.

Pimpinan Pondok Pesanten Mu’Inul Islam, Ustad Abdul Muis menceritakan, saat ini ponpesnya masih menggeluti pola pembelajaran tradisional atau klasikal yang diwariskan oleh leluhur. Namun secara bertahap, kata Muis, ponpes ini juga akan beradaptasi dengan pola pembelajaran digital.

“Sementara ini kita masih pakai sistem klasikal yang diwariskan oleh kita, kedepan akan kita kolaborasikan, klasikal ini tidak bisa tinggalkan di dunia pesantren. Tapi kedepannya kita akan ada wadah lembaga pelatihan santri dengan pembelajaran digital,” ungkap Musi, Sabtu (21/10/2023).

1. Konsep 'Surgawi'

Melihat Ponpes Mu'Inul Islam Kalbar, Berkonsep 'Surgawi Tanpa Gadget'Pimpinan Pondok Pesanten Mu’Inul Islam, Ustad Abdul Muis memperlihatkan kambing peliharaan yang ada di pondok. (IDN Times/Teri).

Walau belum menerapkan metode pembalajaran digital dan melarang santri membawa alat komunikasi, tapi di ponpes ini, Muis menyajikan suasana dengan konsep 'surgawi'.

Surgawi yang dimaksud yakni, tanah seluas 2 hektare tersebut disulap Muis bak surga. Ada sungai yang mengalir, pepohonan yang rimbun, membudidayakan ikan arwana, menanam anggur, memelihara kambing etawa, hingga pengembangan madu kelulut.

“Pesantren kita ini dalam rangka mewujudkan konsep pesantren 'Surgawi', mudah-mudahan dengan konsep ini siapapun orangnya, ketika masuk ke sini bisa betah,” ungkap Muis.

Berbagai macam program pengembangan tersebut dibuat agar para santri dapat lebih produktif tanpa gadget. Lebih menikmati dan bersyukur atas limpahan karunia yang sudah diberikan. Program kemandirian tersebut dibuat juga salah satu upaya untuk mencukupi stok dapur santri yang ada di sana.

“Kita membangkitkan kreativitas santri dari sektor pertanian, perkebunan. Kita ada anggur, untuk pupuknya juga kita buat sendiri. Kemudian kita juga ternak lebah, nama terkenalnya kelulud dan dalam 1 bulan kita bisa panen 10 kilogram,” ucap Muis.

“Kita juga beternak arwana sudah ke-4 kali arwana kita menetas, kemudian kita juga beternak kambing perah etawa, baru belajar insyaallah kedepannya kita mau buat lebih luas supaya bisa mensubsidi dapur santri dari sumber daya alam yang ada,” lanjutnya.

Kedepannya, kata Muis, akan ada produksi penyulingan minyak wangi. Melihat berbagai macam jenis kayu di Kalbar cukup banyak, Muis akan memanfaatkan itu untuk menghasilkan produk minyak wangi.

“Sementara ini hasilnya kita jual, sudah ada distributor yang minta produk kita tapi karena kita terbatas bahkan kadang kurang untuk jual kepada tamu yang datang ke ponpes,” paparnya.

2. Ponpes Mu’Inul Islam terapkan kurikulum Diniyah dan Muadalah

Melihat Ponpes Mu'Inul Islam Kalbar, Berkonsep 'Surgawi Tanpa Gadget'Para santri sedang membersihkan halaman pondok pesantren. (IDN Times/Teri).

Pondok pesantren yang diresmikan sejak tahun 2016 ini memiliki sebanyak 223 orang santri, 103 di antaranya santriwati. Muis menyebutkan ponpes tersebut selalu membuka pendaftaran bagi calon santri yang akan belajar di sana.

“Kita setiap saat ada pembukaan jadi kapanpun dari calon santri yang mu daftar kita terima, umurnya dia tamat SD, SMP, SMA dan yang tamat kuliah juga ada,” ungkapnya.

Sementara itu, untuk kurikulum di pondok pesantren tersebut yakni masih dalam program Diniyah dan Muadalah, serta program Tahfidz Quran.

“Di sini masih program Diniyah, Muadalah, dan kita masih bekerja sama dengan (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) PKBM untuk ujian paket, dan insyaallah berjalan nanti ada tsanawiyahnya SD, SMP, SMA masih mempersiapkan lokasi tempat belajar dan SDM-nya terutama para pengajar,” kata Muis.

Baca Juga: Kurir Narkoba di Pontianak Selundupkan Sabu 1 Ons di Lubang Anus

3. Kirim santri ke Yaman untuk belajar perkembangan digital

Melihat Ponpes Mu'Inul Islam Kalbar, Berkonsep 'Surgawi Tanpa Gadget'Salah satu santri sedang memperlihatkan kebun anggur. (IDN Times/Teri).

Sampai saat ini, pembelajaran dengan sistem digital belum masuk ke ponpes tersebut. Termasuk juga soal perizinan santri membawa alat elektronik. Hal tersebut adalah salah satu upaya untuk menjaga para santri agar tetap fokus untuk belajar dan menerapkan ilmu agamanya.

“Sementara ini belum ada teknologi digital, karena anak-anak santri kita tidak memperbolehkan mereka membawa HP, kedepan kita akan lakukan seperti itu jika santri kita sudah menyelesaikan hafalan Alqurannya. Kita juga mau buat kelas yang digital,” jelas Muis.

Sementara itu, Muis menceritakan bahwa ada sejumlah santri dari ponpes ini sedang dikirim untuk belajar digital lebih mendalam ke luar negeri, salah satunya ke Yaman.

“Kita masih transfer, santri kita kirim untuk belajar ke jawa belajar digital, ada yang kita kirim ke luar negeri juga ke Yaman, ada yang belajar khusus bahasa, seni, metode Alquran. Kita bagi dalam satu tahun ini kita kirim ada sekitar 20 orang, tahun depan insyaallah sudah pulang semua,” paparnya.

Walaupun tanpa perkembangan teknologi digital, para santri masih dapat belajar atau menghafal Alquran dengan baik. Mereka memanfaatkan sejumlah fasilitas seperti gazebo, pinggir sungai, pinggir kolam, taman, aula, dan lain sebagainya untuk belajar.

“Sejauh ini memang efektif dengan kondisi alam seperti ini, tidak diganggu HP. Kalau sistem klasik ini Alhamdulillah anak-anak ini pendidikan akhlak, adabnya diajarkan dan tidak terkontaminasi, kita arahkan dia lah. Beginilah pendidikan zaman dahulu ulama-ulama yang tidak bisa kita tinggalkan,” terangnya.

4. Alasan orang tua santri sekolahkan anaknya di pondok pesantren

Melihat Ponpes Mu'Inul Islam Kalbar, Berkonsep 'Surgawi Tanpa Gadget'Salah satu orang tua santri menjenguk anaknya. (IDN Times/Teri).

Salah satu orang tua santri di Pondok Pesantren Mu’Inul Islam, Fajri mengatakan, dia ingin anaknya mendalami ilmu agama dengan baik dan menerapkannya secara sempurna.

“Di sini anak tertata, jauh dari pergaulan bebas, di sini bukan hanya mengenal ilmu agama tapi juga mengajarkan bagaimana memperbaiki ahlak untuk anak-anak secara komplit dalam segi agama, kemudian diajarkan berdakwah,” kata Fajri.

Fajri adalah warga Kabupaten Bengkayang, yang sengaja memilih ponpes tersebut untuk menyekolahkan anaknya. Menurutnya, semakin jauh tempat belajarnya, maka akan semakin baik ilmu agamanya.

“Ini salah satu pilihan, yang mirip dengan ponpes ini banyak, bahkan dekat tempat saya ada, tapi saya pilih yang jauh karena jauh dari tempat tinggal agamanya juga semakin bagus,” sebutnya.

Karena belum mampu membekali anak-anaknya dengan ilmu agama yang sempurna, Fajri memilih menyekolahkan anaknya di ponpes tersebut. Dalam satu bulan, biasanya dia harus membayar Rp1 juta untuk kebutuhan belajar, serta kehidupan sehari-hari.

“Di sini juga tidak dibolehkan membawa alat komunikasi karena menurut saya akan mengganggu belajar, jadi anak-anak diajarkan secara natural dan berinteraksi dengan teman-temannya tanpa HP. Teknologi ini tidak ada hubungannya dengan agama, dia hanya sarana pembantu saja,” jelas Fajri.

Sementara itu, salah satu santri bernama Farhan yang baru beberapa bulan masuk pondok pesantren tersebut merasa senang karena memiliki banyak teman-teman. Walaupun awalnya dia ingin sekolah di tempat lain, namun karena arahan dari orang tua, pilihan ini ternyata membuatnya betah dalam belajar ilmu agama.

“Baru belajar 3 bulan di sini, lumayan seru juga banyak teman-teman. Kemarin itu ingin sekolah di luar, tapi karena arahan orang tua di sini juga enak belajarnya, gak ada kendala,” tukasnya.

Baca Juga: Gadis Remaja di Pontianak yang Bakar Bendera Diduga Gangguan Jiwa

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya