Viral! Buaya Jumbo Dievakuasi di Kalteng, Ini Penjelasan BKSDA

Buaya jenis supit yang hidup di beberapa negara saja

Balikpapan, IDN Times - Warganet dihebohkan dengan video 5 orang bapak-bapak yang tengah menarik seekor buaya berukuran jumbo ke daratan. Terlihat buaya tersebut hanya diam saja ketika ditarik.

Rupanya, dalam keterangan video disebutkan buaya besar itu sudah dalam kondisi mati dan sedang dilakukan evakuasi.

Diketahui, evakuasi buaya dengan panjang sekitar 6 meter itu berada di Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga Kota Waringin Timur Kalimantan Tengah (Kalteng).

IDN Times pun mengonfirmasi kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Kalteng Nur Patria Kurniawan yang membenarkan video evakuasi tersebut.

“Iya benar, buayanya dievakuasi pada tanggal 13 Januari 2022 dalam kondisi sudah mati dan dikubur oleh tim kami bersama masyarakat di sana. Buaya itu namanya neneng,” terangnya, saat dihubungi melalui sambungan telepon sore tadi, Selasa (18/1/2021).

1. Diduga sakit dan tak mau makan

Viral! Buaya Jumbo Dievakuasi di Kalteng, Ini Penjelasan BKSDABuaya Neneng berenang di kolam di Desan Jeramas (dok. BKSDA Pos Sampit)

Nur Patria menjelaskan, bahwa pihaknya sempat mengunjungi Desa Jemaras pada akhir Desember 2021 lalu. Saat itu, warga menyampaikan jika buaya neneng terlihat lemas dan tak nafsu makan. Meski diberi makan, reptil berukuran besar ini hanya diam dan tak menyentuhnya.

Diduga buaya neneng sudah dalam kondisi sakit sejak saat itu.

“Jadi biasanya tim kami sering patroli jika memang di situ ada satwa untuk memastikan tak mengganggu warga di sana,” jelasnya.

Pada tanggal 14 Januari kemarin, pihaknya pun datang ke sana untuk melakukan pengecekan serta melakukan penguburan bersama warga setempat di dekat kolam, tempat buaya tersebut selama ini hidup.

“Buayanya dikubur di sana, dan dibungkus dengan menggunakan kain kuning, sesuai adat kepercayaan masyarakat. Karena kalau di sini kan kuning itu dikeramatkan,” tuturnya.

Baca Juga: Duel Kalteng Putra Vs PSBS Biak Diwarnai Adu Jotos Pemain

2. Sudah hidup lebih dari 40 tahun

Viral! Buaya Jumbo Dievakuasi di Kalteng, Ini Penjelasan BKSDAIlustrasi buaya muara di pulau Sumatra. (IDN Times/Andri NH)

Terkait umur, Nur Patri memperkirakan jika usia buaya betina itu berkisar antara 40 sampai 42 tahun. Sebab enam tahun yang lalu saat timnya berkunjung, berdasarkan cerita dari warga, buaya Neneng ini sudah ada di desa itu sejak tahun 1980-an.

Ketika itu saja neneng sudah berukuran sekitar 1 meter. Hewan itu sudah dijaga secara turun temurun oleh seorang warga bernama Amad di sana dan akhirnya warga juga terbiasa dengan kehadiran neneng.

Sebenarnya neneng sudah sempat dipindahkan ke sungai yang ada di sekitar desa itu juga. Namun karena sudah terbiasa di kolam, buaya dengan berat kisaran 1.000 kilogram lebih ini pun kembali lagi.

“Mungkin juga karena dia sudah terbiasa di sana, juga sulit mencari makan dengan kondisi cacat di rahangnya akhirnya dia kembali. Tapi sama warga dirawat dan diberi makan,” kata dia.

3. Jenis buaya supit

Viral! Buaya Jumbo Dievakuasi di Kalteng, Ini Penjelasan BKSDAIlustrasi (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Berdasarkan identifikasi tim BKSDA, jika buaya jumbo di Desa Jemaras itu merupakan buaya supit atau buaya kodok. Buaya jenis ini sempat menarik perhatian peneliti Australia untuk dilakukan penelitian.

Berbeda dengan jenis buaya lainnya, satwa yang hidup di air tawar, di mana hewan dengan nama latin tomistoma schlegelii ini hanya dapat ditemukan di beberapa negara saja, yakni Thailand, Kamboja, dan Malaysia.

Bahkan buaya ini pun hanya dapat ditemui di penangkaran saja. Tetapi berbeda di Kalimantan, buaya ini justru hidup di alam liar. Meski begitu, Nur Patria mengatakan, jika buaya supit memiliki kebiasaan bersembunyi atau justru menghindari tempat-tempat yang dirasa mengganggunya.

4. Konflik manusia dengan buaya

Viral! Buaya Jumbo Dievakuasi di Kalteng, Ini Penjelasan BKSDAAyat S. Karokaro via mongabay.com

Hewan reptil ini tentunya masuk sebagai hewan yang cukup berbahaya. Beberapa kali kabar mengenai konflik buaya menyerang manusia ini terdengar. Berdasarkan data yang dihimpun tim BKSDA Kalteng, di awal tahun ini saja sudah ada kejadian buaya menewaskan seorang warga bernama Samsul (17) yang kebetulan sedang mencari kayu di Sungai Sebangau, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng.

Sementara di tahun 2021, laporan mengenai konflik buaya dengan manusia sebanyak 19 kasus. Namun yang menjadi korban sebanyak 3 orang, dengan rincian 1 orang meninggal dan 2 orang alami luka parah.

“Kami sudah pasangkan plang peringatan di banyak titik di Kalteng jika kawasan itu ada buayanya, karena itu juga berdasarkan laporan dari masyarakat juga,” kata dia.

Dirinya meneruskan, agar persoalan konflik buaya dengan manusia ini tak menyalahkan satwa liar itu. Karena seperti hewan pada umumnya yang merasa terancam, pasti akan menyerang. Terlebih dengan adanya tanda peringatan, artinya masyarakat harus memahami dan lebih waspada saat melintas di kawasan tersebut.

“Karena memang itu kan habitatnya, tempat dia. Kita gak bisa menyalahkan buayanya,” tutupnya.

Baca Juga: Vaksinasi Anak, Kapolda Kaltim Tinjau SDN di Sepaku PPU 

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya