Ini Surat dari Guru Pelosok Samarinda kepada Menteri Pendidikan Baru

Ingin fasilitas dilengkapi dan diperhatikan kesejahteraannya

Samarinda, IDN Times - Gelak tawa dan suara riuh terdengar dari murid-murid SD Filial 004 di Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara saat jam istirahat tiba.

Sekolah itu merupakan bagian dari SD 004, Jalan Padat Karya. Jaraknya dari sekolah utama 13 kilometer. Siswa-siswi berkumpul di halaman sekolah saat istirahat. Karena jumlah murid hanya 17 orang mereka begitu akrab. Tak ada batasan kelas I hingga VI.

Ada yang duduk sambil berkisah, adapula siswa saling kejar-mengejar. Sebagian besar siswa di SD ini tak memakai sepatu, hanya sandal. Bahkan ada yang tanpa alas kaki.

SD filial ini berada di perbatasan Samarinda dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. "Sekolah ini rencananya mau masuk wilayah Tenggarong (Kutai Kartanegara). Tapi kami maunya di Samarinda saja," ujar Bertha Bua'dera, guru honorer di SD Filial 004.

1. Bekerja sepuluh tahun hanya digaji Rp800 ribu

Ini Surat dari Guru Pelosok Samarinda kepada Menteri Pendidikan BaruBertha saat mengajar murid-muridnya di SD Filial 004. Letaknya di tengah hutan pinggiran Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Saat IDNTimes berkunjung ke sekolah ini. Bertha tak sendiri, ada Herpina, rekannya yang juga mengajar sebagai guru honorer di sekolah tersebut. Bertha adalah yang paling senior, dia mengajar sejak 2009 atau 10 tahun. Sementara Herpina, baru mengajar lima tahun di SD Filial 004 ini.  Guru di SD ini hanya mereka berdua, yang berbagi tugas masing-masing mengajar tiga kelas.

Untuk pengajar senior seperti Bertha, ia hanya menerima Rp800 ribu, sedangkan Herpina Rp700 ribu. Gaji keduanya memang jauh dari upah minimum kota Samarinda 2019 yang dari Rp2,8 juta pada tahun 2020 naik menjadi Rp3,1 juta. Upah bulanan duo guru honorer itu tentu tak cukup.

"Ya, kami berharap bisa mendapatkan gaji yang layak," terangnya.

Baca Juga: SD di Samarinda Ini di Tengah Hutan dan Dihimpit Tambang Batu Bara

2. Surat kepada Menteri Pendidikan

Ini Surat dari Guru Pelosok Samarinda kepada Menteri Pendidikan BaruSurat dari guru-guru honorer di pinggiran Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi penerus. Pemerintahan era Joko 'Jokowi' Widodo masuk periode kedua berpasangan dengan Ma'ruf Amin.

Menteri-menteri dalam kabinet kerja jilid 2 juga dihiasi sejumlah wajah baru. Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Jokowi memilih pengusaha ternama Nadiem Anwar Makarim yang juga penggawa ojek online, Go-Jek.

Kepada menteri pendidikan yang baru, Bertha dan Herpina menuliskan surat yang tertulis demikian:

"Penyampaian kami dari guru honorer yang ada di pelosok kepada bapak menteri yang baru, supaya fasilitas-fasilitas kami itu diperhatikan, karena pekerjaan yang kami lakukan setiap hari, sama (juga dengan) pekerjaan yang dilakukan oleh guru PNS. Jadi kami minta supaya yang sudah terjun ke lapangan mohon diperhatikan jerih payah kami yang sudah puluhan tahun mengajar, namun sampai hari ini belum ada titik terangnya, bahkan ada yang belum terjun (di) lapangan malah terangkat PNS. Sekian permintaan dari kami guru honorer di pelosok."

 

3. Hanya minta diperhatikan sebab statusnya sama dengan guru lainnya

Ini Surat dari Guru Pelosok Samarinda kepada Menteri Pendidikan BaruRuangan kelas SD Filial 004 yang berada di pinggiran Samarinda di tengah hutan (IDN Time/Samarinda)

Keinginan keduanya tak muluk-muluk sebagai tenaga pendidik. Hanya minta diperhatikan sebab statusnya sama dengan guru pada umumnya.

Dalam buku Education Indicators: An International Perspective (1996) Marianne Perie dan kawan-kawan menyebut gaji guru adalah standar hidup guru. Lalu, menurut Mark Brundrett dan Peter Silcock dalam bukunya berjudul Achieving Competence, Success and Excellence in Teaching (2002), profesionalisme guru dipengaruhi oleh regulasi, ruang kelas, komunitas sekolah, dan proses pembelajaran di fakultas keguruan.

Namun faktanya SD Filial 004 jauh dari standar dasar kelayakan mulai dari tenaga pendidik, fasilitas penunjang dan ruang kelas. Itulah sebabnya, besar harapan Bertha dan Herpina untuk mendapat perhatian.

"Mohon kami diperhatikan karena pekerjaan kami juga enggak jauh beda dengan guru lainnya," timpal Herpina menutup perbincangan.

Baca Juga: Sepuluh Tahun Mengajar di Tengah Hutan, Guru Ini Digaji Rp800 ribu

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya