Ketua MUI Samarinda Tak Sepakat Relaksasi Aturan COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19 di Samarinda perlahan-lahan berakhir. Dari 43 pasien positif, 35 orang dinyatakan sembuh dan tersisa 7 pasien dirawat. Meski demikian, warga diminta waspada sebab masih ada 108 sampel swab yang menanti pemeriksaan.
“Itu sebab jangan tergesa-gesa (membuat aturan relaksasi). Ini persoalan serius,” ucap KH Zaini Naim, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda saat dikonfirmasi IDN Times pada Selasa (2/6).
1. Saat berhadapan dengan wabah, lebih mendahulukan jiwa kemudian agama
Zaini Naim pun menjelaskan, dalam Islam setidaknya ada lima kebutuhan harus dijaga bila dikaitkan dengan pandemik atau wabah. Pertama, menjaga jiwa atau nyawa, lalu kedua ialah agama, ketiga akal, setelah itu keturunan dan yang kelima atau terakhir ialah harta atau ekonomi.
“Kalau jiwa tak terjaga, kemudian sakit lalu meninggal lantas siapa yang memelihara agama. Makanya lebih didahulukan nyawa daripada agama jika dikaitkan dengan pandemik,” tegasnya.
2. Selama pembatasan sosial, masjid di Samarinda tak pernah tutup
Hal lain yang ditanyakan oleh Zaini Naim ialah aturan dari pemerintah yang menyebut rumah ibadah dibuka kembali saat masuk fase relaksasi. Ia heran dengan pernyataan tersebut sebab MUI Samarinda tak pernah menyebut menutup rumah ibadah selama pandemik virus corona. Masjid tetap buka untuk salat satu hingga tiga orang. Utamanya bagi takmir masjid.
“Yang jadi soal itu adalah berkumpul kemudian memicu penularan virus. Makanya lebih baik salat di rumah karena Tuhan itu ada di mana saja, bukan hanya di tempat ibadah. Di rumah juga demikian, tak ada Tuhan kah?” terangnya.
Baca Juga: Bukan Latah New Normal, Diskes Samarinda Sebut Angka R0 Penuhi Syarat
3. Ketua MUI Samarinda tak sependapat dengan relaksasi di ibu kota Kaltim
Itu sebab dirinya tak sependapat dengan relaksasi di Samarinda. Sebab selama pembatasan sosial saja tak disiplin, kebijakan kembali berubah dengan nama relaksasi. Tak lain tujuannya ialah urusan ekonomi padahal jiwa lebih penting.
“Nabi Muhammad pernah bersabda agar kita tak membahayakan diri sendiri dan orang lain,” pungkasnya.
Baca Juga: Pelaksanaan Fase Pertama Relaksasi di Samarinda, Warga Diminta Waspada