Arsitektur Unik ala Benteng, Rumah Bumi Suku Hakka Fujian Tulou
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Xiamen, IDN Times - Provinsi Fujian, Republik Rakyat Tiongkok menyimpan keunikan arsitektur yang telah berusia ribuan tahun dan masih bertahan hingga sekarang yang dikenal dengan Fujian Tulou.
Buat kamu penggemar film 'Mulan' yang bakal dirilis pada 2020, kamu bisa melihat sekilas Fujian Tulou ini di teaser film yang sudah dirilis oleh Disney.
Fujian Tulou atau rumah bumi dibangun oleh suku Hakka dan menjadi seperti benteng pertahanan bahkan tak ubahnya kota kecil bagi penghuninya. Fujian Tulou dibangun antara abad 12 hingga 20 Masehi. Rata-rata setiap tulou dapat menampung hingga 800 orang.
Keunggulan bangunan Fujian Tulou ini adalah tahan gempa bumi, tahan angin, siklus udara, air, dan pencahayaan yang baik. Karena keunikannya, Fujian Tulou bahkan telah tercatat sebagai World Heritage Site oleh Unesco.
Yuk kita lihat seperti apa keunikan Fujian Tulou ini.
1. Biasanya berbentuk bulat, persegi, atau persegi panjang
Fujian Tulou umumnya berbentuk bulat atau persegi. Bangunan Fujian Tulou yang dikunjungi IDN Times bernama Er Yi Lou atau Er Yi Building yang berada di Desa Dacun, Xiandu Town, Hua'an County, Kota Zhangzhou.
Dari Xiamen, ibu kota Provinsi Fujian, perlu sekitar 2 jam perjalanan darat menuju ke tempat ini.
2. Er Yi Lou dibangun selama 30 tahun
Rumah bumi Er Yi dibangun oleh marga Jiang. Sebuah tulou berbentuk bulat dengan rumah-rumah yang menghadap ke tengah halaman. Terdiri dari 213 kamar dan dihuni oleh 220 orang atau 36 kepala keluarga.
Biasanya satu bangunan rumah bumi ini dihuni oleh satu marga atau satu keluarga besar. Ruangan bagi masing-masing keluarga dipisahkan secara vertikal.
Menurut pemandu wisata, Jiang Xiao Min dan Thomas, rumah bumi ini didirikan tahun tahun 1740 dan baru selesai pada 1770.
Baca Juga: Pagoda Leifeng, Penjara Cinta Legenda Siluman Ular Putih
3. Pintu gerbang hanya satu namun sangat kokoh
Tiap tulou hanya memiliki satu pintu gerbang yang sangat kokoh. Pintu gerbang ini biasanya terbuat dari kayu tebal dan diberi lapisan besi sehingga tak mudah ditembus oleh musuh.
Meskipun memiliki satu pintu gerbang saja, ada jalan tersembunyi di bawah tanah yang dapat dipergunakan oleh warga melarikan diri jika terjadi serangan bandit.
4. Tempat tinggal ada di lantai tiga
Er Yi Lou ini terdiri dari tiga lantai dengan diameter mencapai 73 meter. Pada daerah lain, ada pula tulou yang dibangun hingga lima lantai.
Lantai satu rumah bumi berfungsi sebagai dapur. Tidak ada jendela ke arah luar di lantai satu untuk mengurangi kemungkinan serangan dari luar.
Sementara pada lantai dua dimanfaatkan sebagai gudang atau tempat penyimpanan.
Tempat tinggal masing-masing keluarga terletak pada lantai tiga. Itulah mengapa jendela biasanya juga dibuat di lantai tiga. Jendela-jendela ini dibuat menyempit di bagian luar untuk alasan keamanan.
Selain itu, pada banyak tulou terdapat pula lubang-lubang di atas rumah untuk mengarahkan senjata keluar guna menghadapi serangan musuh.
5. Pondasi yang sangat kuat dan lubang untuk mengantarkan suara
Seperti namanya, Fujian Tulou yang bermakna harfiah rumah bumi Fujian, bangunan ini terbuat dari bahan-bahan alam yakni tanah yaitu tanah liat dan pasir, bambu, batu, dan kayu.
Pada lantai satu memang tidak ada jendela, namun ada lubang-lubang yang berfungsi untuk mengantarkan suara ke dalam tulou. Lubang ini penting untuk mengantarkan pesan kepada warga di dalam tulou, maklum saja, ketebalan dinding Er Yi Building ini mencapai 2,53 meter!
Untuk pertahanan, struktur pondasi dibuat dengan ketebalan 3 meter di bawah tanah. Ini mencegah para penjahat masuk dengan menggali atau menghancurkan bangunan dari bawah.
6. Sumur dengan perbedaan suhu air
Pada bagian tengah Er Yi Lou terdapat halaman bersama untuk seluruh warga. Selain itu pada salah satu sisi tulou terdapat tempat sembahyang untuk leluhur.
Pada tulou ini terdapat dua buah sumur. Bentuk rumah yang bulat dengan dua buah sumur ibaratnya menggambarkan warna putih dan hitam dalam simbol yin dan yang. Uniknya, meskipun berdekatan suhu air di dua sumur ini selalu berbeda satu derajat.
Putih menggambarkan siang, suhu air lebih hangat 1 derajat, dibandingkan sumur hitam yang menggambarkan malam yang dingin.
7. Sebanyak 46 tulou dinobatkan menjadi Situs Warisan Dunia Unesco
Setelah dari Er Yi Building, IDN Times berjalan kaki menuju ke Nanyang Building yang juga berada di Desa Dacun, Hua'an County. Jaraknya hanya sekitar 500 meter. Nanyang Building ini berbentuk bulat namun berukuran lebih kecil dibandingkan Er Yi Building.
Tak jauh dari Nanyang Building, ada pula Dongyang Building, sebuah tulou yang tidak berbentuk bulat melainkan persegi panjang.
Di Provinsi Fujian ini, masih ada tiga ribu lebih bangunan tulou. Sebanyak 46 diantaranya terpilih menjadi Situs Warisan Dunia Unesco.
8. Suku Hakka melarikan diri ke Fujian karena perang
Menurut sejarah, pada tahun 304-312 Masehi saat Perang Yongjia masyarakat Hakka yang tadinya tinggal di kawasan Tiongkok tengah menyelamatkan diri dan pindah ke lembah pegunungan di Tiongkok Tenggara, antara lain di Provinsi Fujian.
Situasi perang membuat suku Hakka merasa perlu membuat rumah yang aman. Bahkan warga tulou ini mengolah makanan dan sayuran yang bisa diawetkan. Menurut Jiang Xiao Min, warga tulou bisa tidak keluar sampai 6 bulan dan bertahan di dalam tulou jika terjadi perang.
9. Fujian tulou tidak hanya menjadi benteng pertahanan dan menunjukkan keharmonisan hidup komunitas
Masyarakat suku Hakka kemudian membangun rumah-rumah tulou karena dianggap mampu melindungi mereka dari serangan musuh. Tidak hanya perang, tetapi pada saat itu ancaman juga datang dari para bajak laut Jepang yang menjarah kawasan itu, serta serangan binatang buas.
10. Warga berjualan suvenir dan teh di dalam tulou
Fujian Tulou menjadi objek wisata menarik di Provinsi Fujian, tak heran turis terus mengalir ke rumah-rumah bumi ini. Warga tulou memanfaatkan dengan berjualan teh, makanan, dan berbagai suvenir khas.
11. Pada tulou berbentuk persegi panjang atau persegi, bangunan di belakang lebih tinggi
Pada tulou yang berbentuk persegi panjang seperti Dongyang Building ini, struktur bangunan kurang lebih sama. Rumah-rumah menghadap ke bagian dalam, serta terdapat halaman bersama. Dapur terletak di bagian samping rumah.
Di sini bangunan belakang terlihat lebih tinggi dan biasanya dihuni oleh orang yang lebih tua atau dihormati. Selain itu, bangunan belakang yang lebih tinggi juga menjadi simbol rejeki yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
12. Dongyang Building dibangun pada tahun 1817
Dongyang Lou ini dibangun pada tahun 1817 dan berbentuk persegi panjang. Luasnya 2200 meter persegi. Nanyang dan Dongyang Lou juga dibangun oleh keluarga bermarga Jiang, yang merupakan cucu dari pendiri Er Yi Building.
Bangunan tulou juga tangguh menghadapi cuaca dingin dan panas karena temboknya yang tebal. Selain itu juga tahan gempa bumi dan terpaan angin kencang, tetap kokoh berdiri seperti gunung.
13. Tulou dihuni oleh satu keluarga besar yang terdiri dari satu leluhur atau satu marga
Jiang Xiao Min, pemandu wisata IDN Times dan rombongan jurnalis menuturkan ia sendiri merupakan keturunan ke-24 keluarga Jiang yang tinggal di salah satu tulou di desa ini. Tulou dihuni oleh satu keluarga besar yang terdiri dari satu leluhur yang sama, atau masih satu marga
14. Tianluokeng Tulou Cluster, kompleks tulou berbentuk seperti 4 piring dan 1 mangkok sup
Salah satu kompleks tulou yang terkenal adalah Tianluokeng Tulou Cluster yang berada di Desa Dadi, Nanjing County, Kota Zhangzhou, Provinsi Fujian.
Dari atas seolah seperti empat piring dan satu mangkok sup. Selain disebut tampak seperti sajian makanan, kadang tulou ini disebut terlihat seperti UFO.
15. Ditemukan pertama kali oleh militer Amerika
Uniknya, penemu Fujian Tulou hingga populer ke seluruh dunia ini adalah militer Amerika yang melihat bangunan tulou yang unik dari satelit dan sempat mengira rumah-rumah bumi suku Hakka ini adalah landasan peluru kendali.
16. Bertemu dengan orang Tionghoa asal Indonesia, seorang penjual jeruk bali
Saat IDN Times berbincang dengan rombongan wartawan menggunakan bahasa Indonesia, mendadak seorang laki-laki paruh baya menyapa. "Dari Indonesia, ya?"
Terkejut semua kami, karena tak banyak orang Tionghoa yang bisa berbicara bahasa Indonesia di Tiongkok, apalagi di desa seperti kawasan wisata Fujian Tulou ini.
Ternyata laki-laki sepuh penjual jeruk ini bernama Jiang Ming Ye, dilahirkan di Indonesia 68 tahun yang lalu. Jiang Ming Ye dan orangtuanya dulu tinggal di Cikarang, Jawa Barat.
Ia dan keluarganya merupakan salah satu warga negara Tiongkok yang saat gejolak politik di era Presiden Soekarno melalui ketetapan PP nomor 10 tahun 1959 terpaksa pulang ke Tiongkok.
"Owe (saya) pindah umur delapan tahun dari Indonesia. Kampung saya di (Provinsi) Xinjiang," katanya.
Ia menikah dengan perempuan Tionghoa asal Karawang Jawa Barat yang kini telah meninggal dunia. Sayangnya, anak-anak mereka tidak bisa berbahasa Indonesia.
Jiang mengaku sangat gembira bisa berjumpa orang Indonesia. Dengan mata berkaca-kaca ia menyajikan dua jeruk bali dagangannya untuk kami. "Ini gratis, jangan dibayar. Owe senang sekali ketemu orang Indonesia," katanya.
Itulah sejumlah keunikan rumah bumi Fujian Tulou yang diakui menjadi salah satu peninggalan arsitektur penting Tiongkok yang diakui dunia.
Selain menunjukkan kokohnya pertahanan ala benteng, Fujian Tulou juga menunjukkan keharmonisan hidup dalam komunitas, keunikan budaya, dan perencanaan arsitektur yang kuat dan unik.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: Wisata ke Pulau Gulangyu, Kota Tua yang Instagramable