Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekspor Kaltim Terancam Imbas Tarif Trump ke Negara Dunia

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Samarinda, IDN Times - Ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan Cina, kini mulai menunjukkan dampaknya ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Kalimantan Timur, kekhawatiran kian terasa seiring potensi terganggunya stabilitas ekonomi akibat imbas perang dagang tersebut.

Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif impor membuat harga produk ekspor Indonesia melonjak di pasar internasional, terutama di AS, sehingga daya saing pun menurun. Situasi ini dinilai berisiko terhadap kinerja ekspor nasional serta bisa menggerus cadangan devisa negara.

Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Bayuadi Hardiayanto, ekspor selama ini merupakan salah satu pilar utama yang menopang cadangan devisa. Jika terganggu, maka pasar valuta asing bisa terguncang dan menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

1. Eskpor sumber cadangan devisa

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Bayuadi Hardiayanto, menjelaskan bahwa ekspor selama ini menjadi salah satu sumber utama cadangan devisa Indonesia. Jika arus devisa terganggu, maka nilai tukar Rupiah dapat tertekan akibat ketidakseimbangan di pasar valuta asing.

Di Kaltim dampak perang dagang ini juga mulai dirasakan, meskipun tidak secara langsung. Sebagai salah satu provinsi penyuplai utama komoditas alam seperti batu bara dan kelapa sawit, Kaltim sangat bergantung pada permintaan dari negara mitra dagang.

“Ketika industri di negara mitra dagang kita ikut terganggu, maka permintaan domestik mereka terhadap komoditas seperti batu bara dari Kaltim juga akan ikut menurun,” ungkapnya seperti dikutip dari laman resmi Pemprov Kaltim.

2. Produk Cina akan banjiri Indonesia

Ilustrasi produk China. (Dok. Istimewa)

Batu bara Kaltim selama ini menjadi sumber energi pembangkit listrik di berbagai negara. Namun, jika perang dagang menyebabkan perlambatan ekonomi global, maka permintaan energi pun akan berkurang—yang berimbas pada penurunan permintaan batu bara dari Kaltim.

Selain itu, kebijakan Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor tinggi hingga 145 persen terhadap produk Cina juga berpotensi memicu limpahan produk Cina ke negara lain, termasuk Indonesia. Produk-produk yang sebelumnya ditujukan untuk pasar AS kini mencari pasar alternatif, dan Indonesia menjadi salah satu target potensial.

"Indonesia termasuk negara yang akan kelimpahan produk-produk dari Cina," lanjutnya

3. Momentum Kaltim perluas ekspor

ilustrasi batu bara (IDN Times/Aditya Pratama)

Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat pada awal April ini juga secara tidak langsung menahan mitra dagang Kaltim lainnya, seperti Tiongkok, India, dan Filipina, untuk melakukan ekspor ke Amerika.

Meski demikian, Bayuadi menyebut kondisi ini bisa menjadi momentum bagi Kaltim untuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional. Komoditas utama seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) dapat mulai dipasarkan ke negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika, yang memiliki potensi besar meski saat ini masih berada di bawah Tiongkok dan India dalam hal volume perdagangan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us