Komplotan Peretas Instagram Raup Rp500 Juta dari Ratusan Korban

Balikpapan, IDN Times - Sub Direktorat Siber Ditreskrimsus Polda Kaltim berhasil meringkus empat orang pelaku peretasan akun Instagram dengan modus pishing. Keempat tersangka yang berinisial AL (27), MDI (24), AP (19), dan MFA (24) di tangkap saat berada di sebuah hotel di Balikpapan pada Selasa (25/2/2025) kemarin.
Kepada polisi, keempat tersangka yang merupakan warga Pinrang, Sulawesi Selatan ini mengaku sudah menjalankan aksinya selama tujuh bulan terakhir. Selama itu, mereka sudah meretas 323 akun Instagram dan meraup ratusan juta rupiah dari para korbannya.
1. Peran masing-masing tersangka

Kasubdit Siber Ditreskrimsus Polda Kaltim Kompol Ariansyah mengatakan, keempat ersangka punya peran masing-masing dalam tindak pidana siber ini. Tugas mencari "mangsa" biasa dilakukan oleh AP. Dalam sehari, AP biasanya akan mengumpulkan 50 akun Instagram untuk diretas. Akun yang dipilih juga bukan sembarangan, biasanya AP akan memilih akun Instagram dengan jumlah followers di atas 5.000.
Setelah menemukan sasaran, tugas mengirim tautan pishing lewat DM ke akun Instagram target akan dilakukan oleh MDI dan MFA.
Melalui tautan tersebut, pelaku menjanjikan centang biru gratis kepada korban, yang kemudian diminta untuk memasukkan username dan password akun mereka.
Ketika korban sudah mengklik tautan dan mengisi form yang disiapkan, maka tersangka AL akan mulai meretas akun Instagram korban. "Dia akan masuk ke akun Instagram korban, mengganti email, password, nomor handphone dan informasi yang ada di akun Instagram korban," ujar Ariansyah, Selasa (4/3/2025).
Tugas dan Peran dari AL bukan hanya untuk mengambil alih akun Instagram tersebut, namun juga membuat postingan yang berisikan penipuan pada akun Instagram yang sudah berhasil diambil alih tersebut.
"Tugas dan peran dari AP selain mencari dan menyurvei calon korban, adalah juga menjadi admin Whatsapp yang bertugas untuk membalas chat dari korban baik berupa permintaan tebusan pengembalian akun Instagram, maupun terkait postingan penipuan yang dibuat oleh AL," terang Ariansyah.
2. Raup Rp500 juta selama beraksi

Kompol Ariansyah meneruskan, keempat tersangka diperkirakan sudah meraup Rp400-500 juta sejak kali pertama beraksi. Duit ratusan juta itu diperoleh dari para korban yang membayar tebusan agar akun Instagram bisa kembali.
"Biasanya mereka minta Rp1 juta hingga Rp5 juta. Nominalnya tergantung jumlah followers, semakin banyak semakin tinggi. Tapi ada juga yang membayar tebusan Rp500 ribu," kata Ariansyah.
Hasil kejahatan ini, sebut Ariansyah digunakan empat tersangka untuk kebutuhan sehari-hari, jalan-jalan hingga judi online.
Selain menyasar pemilik akun, komplotan ini juga menyasar followers akun-akun Instagram yang mereka retas. Salah satu korban adalah seorang dokter di Jakarta.
Ia menjadi korban setelah melakukan transaksi pembelian HP melalui akun sebuah kedai kopi langganannya. Namun, setelah membayar senilai Rp5 juta, barang yang dijanjikan tak kunjung datang.
Merasa jadi korban penipuan, korban akhirnya mendatangi kedai kopi tersebut untuk menanyakan. "Di situ baru korban tahu bahwa akun kedai kopi tersebut sudah diretas oleh para tersangka," ujar Ariansyah.
Korban lalu melaporkan kejadian ini kepada Polsek Pondok Aren, Polres Tangerang Selatan, Polda Metro Jaya, pada 24 Februari 2025 kemarin.
3. Tersangka juga retas akun KPU Metro Lampung

Tak hanya akun coffe shop alias kedai kopi, tersangka juga sempat meretas akun milik KPU Metro Lampung.
"Iya benar, salah satu yang diretas para tersangka adalah akun Instagram KPU Metro Lampung. Tiga minggu yang lalu mereka buat laporan," kata Ariansyah.
Adapun sejumlah akun Instagram yang pernah diretas para tersangka antara lain kedai kopi, EO pernikahan, make up, klinik kecantikan, toko servis HP, makanan dan minuman, properti, sekolah dan ponpes, media, rental kendaraan, hingga info lowongan pekerjaan.
Di Kaltim, keempat tersangka juga diketahui sudah melakukan sejumlah peretasan akun Instagram. "Kami monitor di Kaltim ada korban peretasan di Kutim dan Bontang, serta dua korban di Balikpapan. Namun mereka (korban) belum melaporkan ke polisi," ungkap dia.