Wabah Virus Corona Ancam Konservasi Bekantan di Kalimantan Selatan
Ruang gerak keeper terbatas sejak pandemi COVID-19 merebak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banjarmasin, IDN Times - Pandemi virus corona atau COVID-19 tak hanya mengancam manusia tetapi juga satwa liar. Perawatan satwa yang dipersiapkan untuk dilepasliarkan ke alam jadi terhambat karena keterbatasan gerak para keeper selama merawat mereka di pusat konservasi.
Hal ini dialami oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang mengalami kendala dalam pengelolaan rescue center untuk perawatan bekantan (Nasalis larvatus) dan satwa liar lainnya.
Dikutip dari Antara, Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amalia Rezeki mengatakan, "Sejak merebaknya pandemi COVID-19 dan kebijakan pemerintah terkait social distancing, membuat ruang gerak kita terbatas," ujarnya pada Jumat (10/4).
Baca Juga: Sensasi Bermalam di Sungai Sekonyer, Bercanda dengan Bekantan di Kalimantan Tengah
1. Pemasukan dana operasional untuk penyelamatan bekantan berkurang
Permasalahan yang dihadapi antara lain keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) dan pakan bekantan yang mulai berkurang di pasaran. Kru SBI pun terpaksa mengenakan APD seadanya karena kelangkaan APD di pasaran.
Selain itu dana operasional SBI untuk operasi penyelamatan monyet besar berhidung mancung itu juga terancam karena selama ini kegiatan mereka dibiayai oleh kegiatan wisata minat khusus ke Stasiun Riset Bekantan di kawasan Pulau Curiak. Serta dari para relawan berbayar dan donasi dari berbagai pihak.
Amalia berharap agar pandemi ini cepat berlalu, pihaknya pun berkoordinasi dengan pihak terkait agar upaya penyelamatan bekantan dapat terus berlanjut.
"Kami koordinasikan dengan pihak terkait, khususnya BKSDA Kalsel dalam rangka mencari solusi terbaik bagi upaya penyelamatan bekantan yang saat ini berada di tempat rehabilitasi sementara," katanya.
Baca Juga: Bekantan: Monyet Unik Hidung Besar Satwa Endemik Kalimantan