TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Muara Badak Keluhkan Jargas, Tagihan Melonjak Rp400 Ribu/Bulan

Tagihan normal warga kisaran Rp17 ribu hingga Rp20 ribu

ISTIMEWA : Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah saat mencoba jaringan gas di salah satu rumah warga di Kecamatan Marang Kayu tahun 2019 silam

Kukar, IDN Times - Persoalan tagihan jaringan gas (jargas) di Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) viral di media sosial. Seorang ibu rumah tangga setempat marah-marah ketika menerima besaran tagihan jargasnya yang mencapai Rp400 ribu per bulan. 

Sambungan jargas sendiri disebut-sebut lebih murah dibandingkan harga gas elpiji subsidi 3 kilogram sebesar Rp35 ribu per tabungnya. Sedangkan tagihan jargas sendiri kisaran Rp20 ribu per bulannya. 

“Kaget saya, pas tagihan saya mencapai Rp 400 Ribuan. Padahal Jargas ini jarang kami pakai di rumah,” cerita Rutin salah satu warga yang berdomisili di Desa Muara Badak Ilir, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga: Kejati Kaltim Tahan Dua Tersangka Korupsi Proyek Jalan di Kukar

1. Klem Pegawai Jargas tentang kesalahan input

ISTIMEWA : Putugas jargas yang melakukan uji coba jargas di salah satu rumah warga di Kecamatan Muara Badak.

Penggunaan jargas sama persis dengan layanan PLN. Sistem tagihan yang dilakukan pun berpatok pada kilometer yang dipasang di setiap rumah warga.

Satuan tagihan pembayaran menggunakan perhitungan kubik. 

Rutin mengatakan, konsumen dibebankan pembayaran Rp4.250 per kubiknya di mana keluarga biasa biasanya hanya mengonsumsi gas sebesar 4 kubik per bulannya. Sehingga tagihan suatu keluarga biasanya berkisar Rp17 ribu per bulan. 

Namun saat ini, tagihan yang dibayarkan melebihi jumlah penggunaan yang ada.

“Kemarin petugas lapangannya bilang, ada kesalahan input. Alasan mereka karena proses pendataan itu manual, dan masing-masing pegawai itu pegang 1.500 rumah. Ya jelas aja petugasnya keteteran. Akhirnya berdampak salah input. Ujung-ujungnya, kami yang jadi korban,” keluhnya pada IDN Times, Rabu (14/6/2023).

2. Warga memilih berhenti berlangganan.

ISTIMEWA : Kilometer Jargas di salah satu rumah warga di Kecamatan Muara Badak

Persoalan ini akhirnya membuat sebagian warga berhenti langganan layanan jargas. Hasil pantauan IDN Times di lapangan, mayoritas warga di Muara Badak memutuskan sambungan layanan jargas ke rumah-rumah warga. 

Persoalan inkonsistensi tagihan  tersebut belum ditangani dengan maksimal dari program subsidi rumah tangga kerja sama Pertamina dan Pemkab Kukar.  

Seperti pengakuan Rutin yang tagihan jargasnya fluktuatif berkisar Rp60 ribu, Rp80 ribu, hingga Rp300 ribu per bulan. 

“Bulan pertama masih biasa sekitar Rp60 ribu, kadang Rp80 ribu per bulan. Saya mulai heran makin naik ini. Saya tanya ke tetangga saya dan saudara, mereka ada yang Rp20 ribu sampai Rp40 ribu. Saya awalnya mikir mungkin karena saya pakai masak banyak. Tapi sama aja kok, saya masak hari-hari sama aja. Tibat-tiba tahun berikutnya naik Rp 300 ribu. Jadi saya putus aja,” jelasnya.

3. Pegawai jargas dituding tak profesional

Ilustrasi : Petugas jargas melakukan pengecekan (2020)

Rutin menceritakan, dirinya sering mengeluhkan soal tagihan. Namun ditanggapi "dingin" pihak perusahaan jargas di Kecamatan Muara Badak Desa Badak Baru Dusun Perintis Kukar. 

“Saya pergi urus ke kantor jargas dengan masukkan keluhan, eh sama adminnya saya malah disuruh nyicil bayaran. Itu aja yang dia sampaikan. Cobalah mereka itu bilang, nanti dicek, apakah ada yang salah. Ini gak. Tetap minta dibayar. Akhirnya saya minta keringanan nyicil 5x ditambah bayaran tiap bulan jadi Rp120 ribu, Rp135 ribu, hingga Rp200 ribu," ungkapnya. 

Pihak jargas sendiri hingga kini memang belum memberikan tanggapan secara detail tentang keluhan yang terjadi di masyarakat ini. 

Baca Juga: Tersesat di Hutan Kukar selama Tiga Hari, Lansia Ditemukan Selamat 

Berita Terkini Lainnya