TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Viral! Rektor ITK Diduga Rasis, Sebut Penutup Kepala ala Manusia Gurun

Budi : Ada yang memotong dan memberi pengantar diskriminasi

Unggahan Rektor kampus ITK soal mahasiswi menutup kepala ala manusia gurun viral di media sosial (istimewa)

Balikpapan, IDN Times - Rektor kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Budi Santosa Purwokartiko membuat heboh dengan sebuah kalimat panjang di unggahan media sosialnya. Unggahan itu diduga mengandung unsur rasisme.

Budi menulis "menutup kepala ala manusia gurun". Pernyataan itu mendapatkan banyak reaksi dari warganet. Sebab pernyataan itu dinilai diskriminatif atau rasis.

Terkait hal ini, Budi Sanosa Purwokartiko, akhirnya buka suara. Saat dihubungi, Budi menerangkan, bahwa dirinya tak ada maksud mendiskriminasi ataupun merendahkan pihak yang menggunakan kerudung. 

"Itu hanya opini saya pribadi, saya hanya bercerita betapa terkejutnya saya setelah mewawancarai mahasiswi, yang semuanya (perempuan) tidak ada yang mengenakan kerudung. Itu saja," tutur dia, Sabtu (30/4/2022). 

Baca Juga: 98 Persen Anak di Samarinda Sudah Punya Akta Kelahiran

1. Klarifikasi soal unggahan media sosial

mhpbooks.com

Ia menjelaskan, awal mula ia membuat utas tersebut sehabis mewawancarai 14 mahasiswa yang menjadi calon peserta student mobility.

Saat itu, ia cukup terkejut, karena dari 14 mahasiswa itu, ada 12 perempuan yang hadir dan tanpa mengenakan penutup kepala. Sementara dua orang lainnya adalah laki-laki.

"Karena mahasiswi saya rata-rata berkerudung, tapi surprise saja justru tak ada yang berkerudung dalam wawancara itu," terangnya. 

Sebab itulah, lanjutnya, ia menulis status tersebut tak bermaksud menjelekkan penggunaan kerudung atau mendiskriminasi nilai lewat hal tersebut. 

2. Merasa ada yang memotong maknanya

Unggahan Rektor kampus ITK soal mahasiswi menutup kepala ala manusia gurun viral di media sosial (istimewa)

Justru, Budi menilai balik, bahwa orang-orang yang menyebarkan postingan medsosnya itu tidak memahami dan seakan memotong makna dari tulisan tersebut. Dengan memberikan pengantar seolah-olah dirinya melakukan SARA. 

"Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau gak. Karena poin yang dinilai bukan itu. Bahkan pertanyaan mengenai agama saja gak ada," ujarnya. 

Sementara itu dirinya meminta agar permasalahan ini tak disangkutpautkan ke kampus ITK. Sebab itu merupakan urusan pribadinya. 

Baca Juga: Sidak Lebaran di Balikpapan, dari Makanan Kedaluwarsa hingga Miras

Berita Terkini Lainnya