TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

JPU Hadirkan Saksi Pelapor Kasus Penggelapan Mantan Bos Jawa Pos

Kuasa hukum anggap sebagai saksi testimonium de auditu

Persidangan mantan bos Jawa Pos Zainal Muttaqin di Pengadilan Negeri Balikpapan Kalimantan Timur, Selasa (3/10/2023). (IDN Times/Sri Wibisono)

Balikpapan, IDN Times - Persidangan kasus penggelapan menjerat mantan Direktur Utama PT Jawa Pos Jaringan Media Nusantara  Zainal Muttaqin (Zam) di Pengadilan Negeri Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) masuk babak pemeriksaan saksi, Selasa (3/10/2023).  

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Asrina Marina dan Afriyanto menghadirkan saksi pelapor sekaligus Pengacara PT Duta Manuntung Andi Syarifuddin (55) di muka persidangan. Ia yang melaporkan kasus dugaan penggelapan ini ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri hingga kasusnya bergulir ke Pengadilan Negeri Balikpapan. 

"Saya diberikan kuasa untuk melaporkan penggunaan uang perusahaan untuk pembelian aset pribadi," kata Andi dalam persidangan. 

Baca Juga: Mantan Bos Jawa Pos Surati Jokowi dan Mahfud MD untuk Minta Keadilan

1. Saksi melaporkan tuduhan penggelapan 6 objek sertifikat tanah

Persidangan mantan bos Jawa Pos Zainal Muttaqin di Pengadilan Negeri Balikpapan Kalimantan Timur, Selasa (3/10/2023). (IDN Times/Sri Wibisono)

Andi mempersoalkan enam objek sertifikat tanah atas nama Zainal Muttaqin dan Dahlan Iskan. Ia mengklaim, pembelian tanah tersebut menggunakan uang milik perusahaan, yakni PT Duta Manuntung (Kaltim Pos). Meskipun akhirnya, ia menambahkan satu objek sertifikat tanah lagi yang turut dipersengketakan. 

Titik lokasi tanah tersebut seluruhnya berada di Balikpapan, yakni Kelurahan Batu Ampar dan Gunung Samarinda. "Lima sertifikat tanah dikuasai terdakwa, ada pula sertifikat tanah dalam proses penjaminan di perbankan," paparnya. PT Duta Manuntung menguasai tiga lokasi secara fisik yang di atasnya sudah dibangun kompleks perkantoran perusahaan.  

Dalam operasional bisnis perusahaan, menurut Andi, PT Duta Manuntung menggunakan rekening pribadi atas nama Zainal Muttaqin. Pendapatan dari perusahaan ini yang kemudian diklaim disalahgunakan terdakwa dalam pembelian aset pribadi. 

"Rekening pribadi atas nama terdakwa sekaligus juga rekening perusahaan. Itu terlihat dari arus masuk pendapatan iklan perusahaan," papar Andi. 

"Soal rekening tersebut atas nama Pak Zainal sehingga secara yuridis berarti milik Pak Zainal," kata Kuasa Hukum Terdakwa Sugeng Teguh Santo sesuai persidangan membantah keterangan saksi ini. 

2. Kuasa hukum terdakwa sangsi dengan kesaksian saksi

Kuasa Hukum Sugeng Teguh Santoso, Senin (18/9/2023). (IDN Times/Sri Wibisono)

Selama pemeriksaan saksi ini, Sugeng menyangsikan kebenaran pernyataan saksi Andi Syarifuddin. Apalagi advokat dari Jakarta ini bukanlah pihak yang menyaksikan secara langsung seluruh proses kejadian atau istilahnya saksi testimonium de auditu.

Menurutnya, saksi ini sekadar mendengar keterangan dari pihak lain dan dianggap tidak memenuhi syarat sebagai saksi utama persidangan.  

"Apakah Anda mendengar sendiri atau menyaksikan sendiri seluruh peristiwa tersebut?" tanyanya. 

Menjawab pertanyaan kuasa hukum, Andi mengaku memperoleh cerita kasus penggelapan tersebut dari kliennya yakni Direktur Utama PT Duta Manuntung Ivan Firdaus. Lebih lanjut, ia lantas melakukan analisa berdasarkan alat-alat bukti dokumen dari kliennya ini. 

"Saya menerima cerita persoalan hukum dari klien berikut dokumen alat bukti," paparnya kepada kuasa hukum terdakwa.

Lebih lanjut, Sugeng lantas menyoal profesionalisme advokat ini yang dianggapnya tidak membuat pendapat hukum secara tertulis. Sehingga pendapat hukumnya tidak secara komprehensif serta mengabaikan status kasusnya, dari semestinya perdata menjadi pidana.

"Tidak diusulkan dilakukan gugatan perdata, meskipun tahu sertifikat tanah seluruhnya atas nama Pak Zainal Muttaqin," paparnya. 

Sugeng juga menganggap saksi pelapor ini juga mengabaikan status terdakwa sebagai acquit et de charge atau memperoleh pelepasan tanggung jawab direksi dari tugasnya selama memimpin PT Duta Manuntung. Status ini diperoleh terdakwa dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Duta Manuntung pada 2016 silam. 

Baca Juga: Konflik dengan Jawa Pos, Zam Tetap Dukung Karyawan Laporkan DI

Berita Terkini Lainnya