Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB Balikpapan

Ade Putri yakin, ABK miliki potensi dan bisa mandiri

Balikpapan, IDN Times - Sosok RA Kartini di masa lalu membawa perubahan besar untuk kaum perempuan Indonesia. Mendapatkan pendidikan layak yang setara dengan laki-laki, bahkan menjadi pendidik yang kemudian mencerdaskan anak-anak bangsa. 

Ade Putri Sarwendah, berusia 31 tahun, seorang guru. Tapi bukan guru biasa, ia mengajar anak-anak luar biasa. Dalam kesehariannya, perempuan berhijab ini seorang guru SLB Negeri Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim). 

Sudah 11 tahun ia aktif mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK), bahkan sebelum pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa-nya di Universitas Negeri Yogyakarta selesai. Ya, Ade Putri memang mencintai profesi dan anak-anak luar biasa itu. 

Secara total ia memberikan pengabdian pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sejak 2010, ia sudah menekuni jadi tenaga bantu di salah satu lembaga pendidikan luar biasa di Yogyakarta. 

1. Makin cinta dunia pendidikan luar biasa sejak baca buku Torey Hayden

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanSiswa SLB Negeri Balikpapan belajar secara daring selama Pandemik COVID-19. (Dok. IDN Times/ Istimewa)

Tak tahu apa alasannya, ia memilih terjun di dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus karena passion. Rasa cintanya pada pendidikan ini makin kuat kala ia membaca sebuah buku karya Torey Hayden, berjudul Sheila

Ia merasa ketertarikannya pada pendidikan ini lantaran pernah membaca buku tentang penulisnya yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus. "Saya merasa challenging mengajar anak-anak spesial ini," ungkapnya.

Buku itu menceritakan seorang guru pendidikan khusus. Sosok Torey Hayden yang mengajar di sekolah khusus dengan isi di dalam kelasnya ada berbagai murid. Sheila adalah salah seorang ABK dengan kemampuan uniknya. 

Menarik bagi Torey Hayden untuk menemukan bakat dan mencari tahu masalah si anak hingga membentuk karakternya. "Bahwa di balik keterbatasan anak-anak ini ada potensi yang bisa dikembangkan," ujarnya. 

Jangan hanya fokus pada ketidakmampuan. Tapi juga harus yakin dan percaya, anak-anak ini punya kemampuan. Tiap dari mereka punya kemampuan yang berbeda-beda. 

Jurusan itu pun ia pilih lantaran menganggap, jadi guru SLB akan sangat menantang. Masih diingatnya, dahulu, lulus SMA ia mulai mencari informasi tentang jurusan Pendidikan Luar Biasa. Karena memang tak banyak jurusan serupa, saat itu hanya ada di tujuh universitas.

"Ketika saya tahu ada di Jogja, saya langsung saja. Jadi tidak usah menunggu penerimaan seleksi yang besar," ungkapnya. Ia mengikuti ujian tulis yang pertama dengan mantap.

Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan

2. Raih banyak prestasi, termasuk di tingkat nasional

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanJadi terbaik kedua tingkat nasional, sebagai guru sekolah berdedikasi dan dan berinovasi. (Dok. IDN Times/ Istimewa)

Menjalani profesinya dengan total, menjadikan Ade Putri berprestasi. Sejumlah penghargaan ia terima. Seperti di tahun 2018 ia mengikuti kegiatan simposium nasional. Yang mana jadi kesempatan menunjukkan karya ilmiah pesertanya. 

"Itu diikuti guru SLB se Indonesia. Alhamdulillah saya masuk terbaik kedua tingkat nasional," sebut perempuan kelahiran 14 Oktober ini. 

Penghargaan lain, pada 2020 ia mengikuti kegiatan guru dedikasi dan inovasi. "Alhamdulillah kembali memperoleh predikat terbaik kedua tingkat nasional jenjang guru SLB," lanjutnya. 

Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Kaltim Education Award di Samarinda. Selain itu ia pun terpilih sebagai Duta Rumah Belajar Provinsi Kaltim. 

"Di tahun 2021 saya memperoleh penghargaan dari Wali Kota Balikpapan. Sebagai warga yang berprestasi di bidang pendidikan," sebutnya.

3. Berkesempatan ikut short course di Korsel dan Malaysia

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanAde Putri saat mengikuti short course di Seoul, Korea Selatan. (Dok. IDN Times/ Fatmawati)

Untuk mendalami ilmu pendidikan luar biasa, Ade Putri tak hanya mengambil S1 Pendidikan Luar Biasa saja. Ia juga mengambil S2 Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Wijaya Putra Surabaya. 

Pada tahun 2019 lalu, ia berkesempatan mengikuti short course di Korea Selatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SLB terkait pembekalan anak-anak dengan hambatan pendengaran. 

"Jadi saya diberikan materi pelatihan yang relate dengan bagaimana mengajar ABK, khususnya membangun komunikasi," terangnya. 

Lalu di 2020 sebelum Pandemik COVID-19, di Februari ia memperoleh kesempatan belajar di Melaka, Malaysia. Yakni belajar lebih dalam mengenai menangani ABK yang sudah masuk masa pubertas. 

"Jadi saya mengikuti short course tentang human sexuality education di Melaka, Malaysia. Itu Alhamdulillah semua menunjang sekali untuk meningkatkan kapasitas melayani peserta didik di sekolah," katanya.

Banyak kegiatan yang ia ikuti untuk terus mengembangkan keilmuannya di bidang ini. Saat ini pun ia tengah mengikuti kegiatan Kemendikbud. Yakni penyusunan video micro learning untuk pendidikan inklusif. 

4. Menghadapi anak berkebutuhan khusus lebih menantang

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanAde Putri Sarwendah bersama murid-murid SLB Negeri Balikpapan. (Dok. IDN Times/ Istimewa)

Diakuinya, menghadapi ABK sangat menantang untuk Ade Putri. Karena banyak hal yang mesti dipersiapkan. Seperti strategi mengajar dan persiapan bahan ajar. Karena dalam satu kelas, kemampuan anak-anak ini heterogen. 

"Mereka pun berbeda-beda. Tentu penanganannya juga berbeda-beda. Ini jadi tantangannya. Bagaimana bisa mengakomodasi itu semua," ujar Ade Putri. 

Dalam pengajaran ABK, orangtua si anak juga menjadi partner guru. Guru tak hanya memberi tugas, tapi juga mesti bisa memberi contoh bagaimana mengajar. Komunikasi menjadi sangat penting. 

"Suport orangtua, dari realita yang berkembang menunjukkan banyak orang tua ABK bisa lebih perduli membangun relasi atau komunitas untuk saling dukung," katanya. 

Dapat dilihat dari banyaknya komunitas orangtua ABK. Mereka saling berbagi dan saling menguatkan. Makin ke sini makin banyak orang tua mulai terdidik lebih dini anaknya memiliki hambatan.

"Secepat mungkin si orangtua mencari informasi dan saling berbagi," katanya ibu satu orang anak ini. 

Fasilitas bagi ABK dari pemerintah sejauh ini juga cukup menunjang aksesibilitas bagi anak-anak tersebut. Seperti ketersediaan sarana dan prasarana, juga bahan mengajar.

"Alhamdulillah kami terbantu dengan fasilitas yang sudah diberikan. Ini sangat membantu untuk pelayanan maksimal bagi peserta didik. Semoga ke depan makin banyak fasilitas dan Kesempatan untuk anak-anak ini," harapnya. 

Seperti kesempatan siswa mengaktualisasikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat. 

5. Dedikasikan semua untuk orangtua

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanMenerima penghargaan dari Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi. (Dok. IDN Times/

Menjalani profesi ini, ia pun mengaku didukung penuh keluarga. "Kalau tidak didukung, saya mungkin tidak bisa belajar sejauh itu," katanya. 

Keluarga menjadi pendukung terbaik untuk Ade Putri. Sejak awal, saat memutuskan berkuliah orangtuanya sangat mendukung pilihannya. "Makanya ketika saya ada di posisi ini adalah dedikasi bagi kedua orangtua saya," ujarnya.

Menghadapi ABK tidaklah mudah. Saat ini Ade Putri banyak terfokus pada anak-anak dengan hambatan pendengaran. Mereka tak mampu mengakses informasi dari suara. Maka minim sekali pengalaman mendengarnya.

"Padahal kemampuan anak berbicara berawal dari kemampuan anak mendengar. Dia bisa menirukan. Maka kesulitan yang kerap dialami guru adalah minimnya kosakata dan terhambat dalam komunikasi," sebutnya.

Karena itu, sebagai guru pendidikan khusus, bagai mana mengembangkan kemampuan komunikasi anak. Bagaimana mengembangkan keterampilan berbahasa dan kosakata. "Supaya mereka mampu komunikasi," katanya.

6. Ingin anak berkebutuhan khusus lebih mandiri dan tampil di masyarakat

Sosok Kartini Milenial yang Bercita-cita Jadi Guru di SLB BalikpapanAde Putri yakini tiap anak punya potensi. (Dok. IDN Times/ Istimewa)

Dalam pengajarannya, ia dan rekan-rekannya di SLB mengembangkan komunikasi total. Anak-anak dengan gangguan pendengaran ini diajari berkomunikasi secara isyarat dan tetap mengembangkan kemampuan lisan mereka. 

Memang bukan perkara gampang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus, butuh kesabaran dan usaha extra. Salah sedikit saja penanganan membuat mereka menjadi ngambek hingga tantrum, suatu kondisi di mana anak meluapkan emosinya tanpa kendali. 

"Biasanya mereka marah karena keinginan tidak terpenuhi. Maka biarkan saja, dengan catatan tetap diawasi. Marahnya jangan sampai menyakiti orang lain dan diri sendiri," ujarnya

Nantinya jika mereka sudah kehabisan energi untuk marah. Lalu guru atau orangtua menghampiri secara perlahan. Jangan marah-marah. Karena jika kita berbicara dengan nada tinggi, anak bisa makin tantrum. 

Dia saat ini mengajar di kelas 1 untuk semua mata pelajaran. Ia berharap anak-anak ini jadi anak-anak yang taat agama, Patuh pada orangtua dan mandiri. "Bisa bertanggungjawab atas diri mereka sendiri juga bergabung dengan lingkungan masyarakat. Menunjukkan bahwa mereka anak-anak yang bisa," tandasnya. 

Baca Juga: Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Layani Tes GeNose Mulai Hari Ini

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya