Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi 

Kabar kemerdekaan sampai di Balikpapan tiga bulan kemudian

Balikpapan, IDN Times - Bangsa Indonesia sedang bersuka ria merayakan hari ulang tahun kemerdekaan ke 76 pada Selasa 17 Agustus 2021. Lain ceritanya dibanding masa-masa penjajahan saat itu di mana kekuasaan dipegang secara otoriter penjajah Jepang. 

Saat itu, pejuang kemerdekaan di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) bahkan mengetahui kabar kemerdekaan tiga bulan sejak pembacaan proklamasi Soekarno - Hatta di Jakarta, tepatnya 13 November 1945.

"Balikpapan baru mendengar bahwa di Jakarta Bung Karno dan Bung Hatta mengatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, jadi kita baru mendengar itupun dari radio Australia," kata seorang veteran perang di Balikpapan Prayitno Djaya Dwiharjo dalam perayaan HUT RI di Balikpapan, Selasa (17/8/2021). 

1. Alat komunikasi dirampas tentara Jepang

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Dok Berita Bali

Prayitno akrab disapa Mbah Koesman mengatakan, masyarakat Balikpapan mayoritas tidak mengetahui para pemimpin Indonesia sudah mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Di masa itu, tentara Jepang merampas seluruh peralatan komunikasi termasuk radio milik masyarakat. 

Kabar kemerdekaan Indonesia, kata Koesman baru sampai ke telinga mereka tanggal 13 November 1945 atau tiga bulan sejak diumumkan. Kabar ini pun mereka dengar dari pegawai N.V.Bataafsche Petroleum Maatschappiji (BPM) atau Pertamina lewat radio siaran Australia. 

Pegawai migas ini memang baru saja berlayar dari Pulau Jawa. 

"Balikpapan baru mendengar bahwa di Jakarta Bung Karno dan Bung Hatta mengatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, jadi kita baru mendengar itu pun dari radio Australia," ungkapnya.

2. Warga Balikpapan langsung menyatakan bergabung dalam RI

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Tugu Proklamasi yang berada di Taman Proklamasi, Jakarta Pusat (IDN Times/Uni Lubis)

Tanpa menunggu lama, Koesman menyebutkan, kekuatan pemuda-pemudi di Balikpapan langsung mengibarkan bendera merah putih di Bumi Etam. Saat itu, ada seorang pemuda bernama Abdul Moethalib yang mendirikan Komite Indonesia Merdeka (KIM) mendorong masyarakat Balikpapan menyatakan dukungan dan bergabung dalam Republik Indonesia. 

Kemudian, setelah KIM oleh Abdul Moethalib dibentuk, lantas pemuda-pemuda yang ada di Balikpapan maupun yang pendatang itu mendorong Abdul Moethalib supaya menyatakan dukungan kepada Republik Indonesia yang baru di Jakarta.

"Dan masyarakat Balikpapan dalam singkatnya mendukung kemerdekaan Republik Indonesia dan bergabung menjadi 1 sebagai warga Republik Indonesia," kata veteran kelahiran Balikpapan 17 September 1931.

3. Pemimpin pemuda di Balikpapan ditangkap tentara Belanda

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi ilustrasi penjajahan Belanda di Indonesia (nos.nl)

Di saat usia Koesman menginjak 14 tahun saat itu, mengikuti rapat umum di Kampung Karang Anyar Balikpapan untuk menyatakan dukungan kemerdekaan Indonesia dengan mengibarkan bendera merah putih. Saat itu Koesman bertugas sebagai pengantar surat untuk para pejuang.

Akan tetapi di Balikpapan saat itu sudah ada Pemerintahan Sipil Hindia Belanda NICA (Nederlandsch Indische Civiele Administratie).

Menurutnya, pasca kekalahan Jepang, NICA sudah masuk di Balikpapan bersama dengan tentara sekutu yang mengusir Jepang di Balikpapan pada saat itu.

"Jadi pas mengadakan rapat itu, tentara Belanda sudah ada dan polisi Belanda sudah ada maka Abdul Moethalib saat pidato di podium ditangkap oleh Belanda. Ditangkap bahwa pernyataan kemerdekaan kita itu tidak berlangsung," ingatnya.

Baca Juga: Sektor Ekspor Nonmigas di Kaltim Ternyata Peringkat 3 Nasional

4. Belanda melarang pengibaran bendera merah putih

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Sejarahri.com

Singkat cerita, kala itu masyarakat Kota Balikpapan tidak diperbolehkan mengibarkan bendera merah putih setelah informasi yang didapat 13 November tersebut. Akan tetapi, di kampung-kampung orang sudah menaikkan bendera merah putih.

"Karena Belanda itu lebih kuat yang naikin bendera ditangkap. bahkan waktu itu ada seorang pria yang buta huruf ngecat rumahnya warna putih dan jendelanya merah langsung ditangkap dipenjara 3 bulan," ujarnya.

Selama penangkapan ini, Abdul Moethalib meminta NICA meninggalkan Balikpapan dan mengembalikan uang rampasan Jepang yang hasil sitaan dari bangsa Indonesia. Tentara Belanda tidak mengindahkan permintaan dari pejuang di Balikpapan ini. 

5. Aktif melakukan perlawanan pada Belanda

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Facebook.com/Frederick Mtl Tambunan

Setelah bebas, Abdul Mutalib mengumpulkan rekan-rekan pendukung agar melakukan perlawanan bersenjata. Lalu di Balikpapan dibagi dalam berbagai kelompok, yakni di Gunung Samarinda yang dipimpin oleh Kasmani, Misran Hadi Prajitno, hingga Anang Acil bersama Jhony yang merupakan mantan desersi polisi Belanda. 

Mereka mengumpulkan kelompok pejuang untuk mengusir keberadaan Belanda di Balikpapan. Mereka bermodalkan semangat saja dengan senjata seadanya.

Mereka bahkan bertekad melakukan serangan umum menghancurkan pusat tenaga listrik NICA di Asrama Bukit Balikpapan. Para pemberontak ingin merusak pasokan listrik guna menganggu penerangan di Balikpapan. 

Sayangnya, aksi sabotase ini gagal berujung Belanda melakukan operasi pemburuan terhadap pemberontak di Belanda. Tokoh-tokoh seperti Abdul Moethalib, Soegito, dan Fakhir Muhammad melarikan diri ke luar Balikpapan. 

Tiga tokoh pejuang Balikpapan ini tidak diketahui keberadaannya hingga kini. 

6. Melakukan serangan umum melawan Belanda

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Ilustrasi "Bamboo Camp" Mariso, salah satu kamp tawanan perang milik tentara Jepang di Makassar, Sulawesi Selatan, selama Perang Dunia II. (COFEPOW.org.uk)

Meskipun begitu, pejuang lain terus melakukan perlawanan menyerang club malam tempat berkumpul tentara NICA di Rapak. Gempuran Belanda pun tidak kalah sengit menyerbu basis pertahanan pejuang. 

Kekuatan antara pejuang sangat tidak seimbang melawan tentara NICA yang ikut berperang dalam perang dunia II melawan Jepang dan Jerman. Sedangkan para pejuang bermodalkan tekad berasal dari pejuang, polisi eks polisi Belanda, eks tentara Belanda, mantan Kaigun Heiho (tentara bentukan Jepang). 

Berjalannya waktu, pejuang berganti nama menjadi Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (PBRI). Kemudian kelompok-kelompok ini tetap yang masih hidup dan markas tetap. Saya di sini tetap membantu mereka dan satu rumah dengan pak Kasmani.

Kemudian dia dapat surat untuk semua bergabung dan dipimpin oleh R Sukasno dan kawan-kawan untuk melakukan pemberontakan secara besar-besaran di Kaltim.

7. Kalah persenjataan dari Belanda

Kisah Pejuang Balikpapan untuk Mendengar Pidato Proklamasi Para veteran memperoleh bantuan sembako dari Pemkot Balikpapan Kaltim. Foto istimewa

Lebih lanjut, Koesman meminta generasi muda di Indonesia mampu menjaga warisan kemerdekaan sudah diperjuangkan para pahlawan. Mereka merebut kemerdekaan dengan pengorbanan darah dan air mata melawan penjajahan Jepang dan Belanda. 

“Saya serahkan kepada penerus yang ada di Negeri ini, jangan disia-siakan para pejuang yang telah tiada. Kemudian NKRI jaga seutuhnya, NKRI adalah harga mati,” pungkasnya.

Dia mengatakan, saat berjuang dulu hanya mempunyai bekal keberanian tekad dan mohon perlindungan Allah. Maka dari itu kepada generasi penerus bangsa, di HUT Kemerdekaan RI ke-76 dia mengimbau supaya apa yang telah dilakukan oleh pejuang dulu, baik dalam penderitaan maupun senang. 

Jangan membuat suatu perbuatan yang kurang baik atau melanggar undang-undang.

“Terutama generasi muda, dan hindarkan jauh-jauh dari bahaya narkoba. Pejuang dulu hanya ada 2 pilihan, merdeka atau mati,” tandasnya.

Baca Juga: Apel Kehormatan dan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Kaltim 

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya