TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Tan Kah Kee, Pahlawan Pendidikan Legendaris asal Tiongkok

Tan Kah Kee jadi nama stasiun MRT di Singapura

Jimei Schools yang dibangun Tan Kah Kee pada tahun 1918 di Kota Xiamen, Provinsi Fujian, Tiongkok (IDN Times/Mela Hapsari)

Xiamen, IDN Times - Tak jadi kacang lupa pada kulitnya, seorang perantau asal kota  Xiamen, Provinsi Fujian, Tiongkok menunjukkan setelah sukses dan kaya raya di perantauan ia tak ragu membangun kampung halamannya.

Adalah Tan Kah Kee, yang dijuluki Raja Karet Asia karena kesuksesan membangun kerajaan bisnisnya di Singapura. Ia mendirikan puluhan sekolah dan universitas di Provinsi Fujian, Tiongkok dan Singapura. Tan Kah Kee  yang dikenal pula dengan nama Chen Jiageng ini berjiwa dermawan dan amat berjasa pada dunia pendidikan. 

Berikut IDN Times sajikan kisah tentang Tan Kah Kee dan jejak peninggalannya yang kini menjadi tempat wisata populer di Kota Xiamen.

Baca Juga: Pagoda Leifeng, Penjara Cinta Legenda Siluman Ular Putih 

1. Pendidikanlah yang bisa mengangkat derajat sosial manusia

Patung Tan Kah Kee yang ada di Guilai Garden. Sang Raja Karet Asia yang berjasa bagi pendidikan di Provinsi Fujian (IDN Times/Mela Hapsari)

Tan Kah Kee dilahirkan di Xiamen pada tahun 1874, kemudian pada tahun 1890 dia pindah ke Singapura untuk membantu ayahnya berdagang beras. Setelah usaha ayahnya bangkrut, pada tahun 1903 Tan Kah Kee mulai membangun kerajaan bisnisnya.

Keuletan ditambah nasibnya yang beruntung membuat Tan Kah Kee meraih sukses berlimpah. Perusahaannya memiliki banyak lini bisnis, antara lain perkebunan karet, ekspor impor, transportasi laut, perdagangan beras, dan beberapa jenis usaha lainnya.

Kesuksesannya ternyata tak membuat ia lupa akan kampung halamannya. Ia mendedikasikan donasinya untuk dunia pendidikan di Provinsi Fujian karena menurutnya pendidikanlah yang bisa mengangkat derajat sosial manusia.

2. Sumbangannya untuk dunia pendidikan mencapai USD100 juta

Jimei Schools yang dibangun Tan Kah Kee pada tahun 1918 di Kota Xiamen, Provinsi Fujian, Tiongkok (IDN Times/Mela Hapsari)

Pengusaha dan filantropis ini membangun 72 lembaga pendidikan, baik sekolah, institut, akademi, hingga universitas yang tersebar di kota Xiamen dan kota-kota lainnya di Provinsi Fujian. Begitu pula  di negara tempatnya merantau, Tan Kah Kee juga membangun dan berdonasi untuk sekolah-sekolah di Singapura.

Menurut Thomas, guide IDN Times saat berkunjung ke Xiamen mengatakan, sumbangan untuk pembangunan sekolah dari tahun 1912 -1961 dari Tan Kah Kee pun bernilai fantastis, yakni mencapai sekitar 100 juta dolar Amerika.   

Salah satu sekolah yang dibangunnya adalah Jimei Schools, yang terletak di depan Danau Bintang Tujuh. Tan Kah Kee sendiri, dilahirkan di Desa Jimei, Distrik Tung An. Ia kemudian membangun kompleks sekolah di tanah kelahirannya ini.

Baca Juga: Pasukan Terracotta: Pelindung Kaisar Dinasti Qin di Akhirat

3. Taman Kura-kura, kompleks makam yang indah untuk mengenang jasa Tan Kah Kee

Taman Kura-kura, kompleks makam Tan Kah Kee di Xiamen (IDN Times/Mela Hapsari)

Taman Kura-kura Jimei (Jimee Aoyuan) merupakan kompleks makam Tan Kah Kee yang meninggal pada tahun 1961 pada umur 86 tahun. Pusara makam Tan Kah Kee sendiri juga berbentuk kura-kura yang melambangkan kedamaian, ketenangan, bahagia, dan umur panjang. 

Taman Kura-kura dibangun untuk mengenang jasa Tan Kah Kee. Selain itu, taman di pinggir laut ini juga memiliki beberapa paviliun yang memiliki bentuk arsitektur menarik. 

Disebut Taman Kura-kura karena bentuknya dari angkasa menyerupai kura-kura yang dari laut menuju ke daratan, dan dari sisi lain tampak pula kura-kura yang menuju ke laut.

Pada Taman Kura-kura juga terdapat tugu Peringatan Pembebasan Jimei setinggi 28 meter. Di sekeliling tugu terdapat ukiran-ukiran yang terpahat dengan indah di sepanjang dinding yang menggambarkan kehidupan Tan Kah Kee. 

4. Taman Kembali

Taman Kembali atau Guilai Garden didirikan untuk mengenang pendirian 70 tahun Jimei Schools oleh Tan Kah Kee. Kini menjadi lokasi wisata populer di Xiamen (IDN Times/Mela Hapsari)

Salah satu taman lain yang dibangun untuk mengenang Tan Kah Kee adalah Guilai Garden atau bermakna Taman Kembali. Guilai Garden dibangun pada tahun1983 untuk memperingati 70 tahun berdirinya Jimei Schools. 

Taman Kembali menggambarkan perantau yang setelah sukses tak lupa pada tanah airnya. Tan Kah Kee bahkan mendapatkan gelar dari Mao Zedong sebagai Bendera Perantau Tionghoa dan Kebanggaan Bangsa. 

5. Rumah tinggal Tan Kah Kee semasa hidupnya

Rumah Tan Kah Kee semasa hidupnya di Xiamen, Tiongkok (IDN Times/Mela Hapsari)

Masih satu kompleks dengan Guilai Garden, rumah Tan Kah Kee semasa hidupnya juga tak kalah menarik untuk dikunjungi. Rumah pengusaha yang disebut sebagai 'Henry Ford dari Malaya' ini terlihat memiliki detail pintu berbentuk kubah, yang terpengaruh dengan gaya arsitektur Melayu Singapura. 

Di rumah megah ini masih terdapat barang-barang peninggalan Tan Kah Kee seperti perabotan antik, foto-foto, serta kisah sejarah Tan Kah Kee dan keluarganya.

6. Universitas Xiamen

Universitas Xiamen (IDN Times/Mela Hapsari)

Salah satu peninggalan Tan Kah Kee adalah Xiamen University. Dulu bernama Amoy (nama lama Xiamen) University yang didirikan pada tahun 1921. Universitas ini kemudian diserahkan kepada pemerintah Tiongkok pada tahun 1937

Universitas Xiamen memiliki luas 2.600.000 meter persegi. Sekitar 40 ribu mahasiswa menuntut ilmu di sini, dengan bimbingan lebih dari 2.000 orang dosen. Universitas Xiamen juga dikenal sebagai salah satu universitas paling indah di Tiongkok.

7. Ia juga berjasa bagi Singapura dalam perang melawan Jepang

Tan Kah Kee (tkkfoundation.org.sg)

Tan Kah Kee juga merupakan sosok penting di Singapura. Dikutip dari historia.id, Tan Kah Kee memimpin sukarelawan Tionghoa di Singapura untuk menghadapi serbuan tentara Jepang. Tan Kah Kee menjadi buruan Jepang dan kepalanya bahkan dihargai 1 juta gulden oleh pihak Jepang.

Tan Kah Kee sempat melarikan diri ke Indonesia, melalui jalur laut ia menuju ke Palembang, Sumatera. Namun ternyata tentara Jepang telah sampai ke Palembang. Ia pun memutuskan berbelok arah ke Pulau Jawa dan memutuskan tinggal sementara di Malang sampai tentara Jepang terusir dari Indonesia dan Singapura.  

Karena jasanya, nama Tan Kah Kee diabadikan menjadi salah satu nama stasiun MRT di Singapura. Selain itu, untuk mengenang sang filantropis, salah satu program beasiswa diberi nama Tan Kah Kee Scholarship Fund, yang kemudian berganti nama menjadi Tan Kah Kee Foundation

Baca Juga: Wisata ke Pulau Gulangyu, Kota Tua yang Instagramable

Berita Terkini Lainnya