Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanaman Pembersih Alam yang Bisa Usir Racun dari Tanah dan Air

ilustrasi kangkung (pexels.com/mark)
ilustrasi kangkung (pexels.com/mark)

Balikpapan, IDN Times - Pernah dengar soal fitoremediasi? Istilah ini mungkin terdengar asing, tapi manfaatnya keren banget! Fitoremediasi adalah cara alami yang pakai kekuatan tanaman buat menyerap, menguraikan, atau menetralisir racun dari tanah, air, bahkan udara. Biasanya, metode ini digunakan di lokasi-lokasi tercemar seperti bekas tambang, kawasan industri, atau tempat pembuangan limbah.

Menariknya, ada beberapa tanaman yang mungkin sering kamu lihat di sekitar rumah, tapi diam-diam punya kemampuan super dalam menyerap racun. Sayangnya, karena mereka bisa menyerap zat berbahaya seperti logam berat, tanaman ini gak disarankan untuk dikonsumsi jika tumbuh di tempat tercemar. Yuk, kenalan sama lima tanaman “pahlawan lingkungan” ini!

1. Kangkung air

ilustrasi tanaman kangkung (freepik.com/eyeem)
ilustrasi tanaman kangkung (freepik.com/eyeem)

Kangkung air memang terkenal di meja makan, tapi siapa sangka, dia juga jago menyerap logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dari air tercemar. Gak heran kalau tanaman ini sering dijadikan solusi alami buat bersihin saluran air atau kolam limbah.

Tapi, catat baik-baik: jangan konsumsi kangkung air dari habitat yang terkontaminasi. Logam berat yang terserap bisa berpindah ke tubuh kita dan bikin masalah kesehatan serius.

2. Enceng gondok

ilustrasi enceng gondok (freepik.com/eyeem)
ilustrasi enceng gondok (freepik.com/eyeem)

Banyak yang anggap eceng gondok cuma gulma pengganggu, padahal dia punya peran penting dalam menjaga lingkungan. Tanaman ini bisa menyerap logam berat seperti merkuri (Hg), arsenik (As), dan nikel (Ni). Bahkan bisa bantu menyaring limbah rumah tangga!

Tapi hati-hati, eceng gondok yang sudah menyerap zat berbahaya gak boleh dijadikan pakan ternak atau pupuk tanpa proses pengolahan. Bisa-bisa racunnya malah masuk ke rantai makanan.

3. Bayam liar

ilustrasi bayam (pexels.com/monicore)
ilustrasi bayam (pexels.com/monicore)

Sekilas mirip bayam konsumsi, tapi bayam liar punya misi berbeda. Tanaman ini bisa menyerap zat berbahaya dari tanah seperti timbal dan kromium (Cr), jadi sering dipakai buat rehabilitasi tanah di bekas tambang.

Tapi, ingat! Jangan salah tanam atau salah makan, ya. Meski bentuknya mirip sayuran, bayam liar ini lebih cocok jadi “dokter tanah” ketimbang isi piringmu.

4. Pakis cakar ayam

ilustrasi pakis  (freepik.com/eyeem)
ilustrasi pakis (freepik.com/eyeem)

Namanya mungkin lucu, tapi kemampuan pakis cakar ayam luar biasa. Tanaman ini punya spesialisasi dalam menyerap arsenik, salah satu racun paling berbahaya di tanah.

Biasanya digunakan di lahan bekas pakai pestisida atau pembuangan limbah beracun. Tapi karena bisa menyimpan kadar arsenik tinggi, pakis ini harus dikelola dengan ekstra hati-hati setelah dipanen. Jangan sampai malah mencemari lingkungan lagi.

5. Jarak pagar

ilustrasi tanaman jarak (freepik.com/eyeem)
ilustrasi tanaman jarak (freepik.com/eyeem)

Selain dipakai buat biodiesel, tanaman jarak pagar juga jago menyerap timbal, zinc (Zn), dan kadmium dari tanah. Keunggulan lainnya, tanaman ini gak dikonsumsi manusia, jadi relatif aman ditanam di lahan tercemar tanpa risiko racun masuk ke tubuh.

Makanya, jarak pagar jadi favorit buat proyek penghijauan atau rehabilitasi lahan rusak. Tanam, biarkan bekerja, dan nikmati hasilnya—tanpa khawatir masuk ke rantai makanan.

Fitoremediasi jadi solusi ramah lingkungan yang makin dilirik buat atasi pencemaran tanah dan air. Tapi penting juga buat kamu tahu: gak semua tanaman hijau itu aman buat dimakan, apalagi kalau tumbuh di area tercemar.

Yuk, lebih bijak dalam memanfaatkan tanaman. Kenali fungsinya, tanam dengan tepat, dan lindungi lingkungan tanpa bikin masalah baru!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us