Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mahasiswa Mengkritik Debat Kandidat Pilkada PPU yang Dianggap Monoton

Ilustrasi aktivis GMNI dalam suarakan pendapat politiknya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Penajam, IDN Times - Debat kandidat calon bupati dan wakil bupati Penajam Paser Utara (PPU) 2024 mendapat kritik tajam dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang menilai kualitas debat ini kurang memadai.

Aktivis GMNI PPU Maha Sakti Esa Jaya mengaku kecewa Debat Publik Perdana yang dianggap kurang memenuhi harapan masyarakat, terutama generasi muda. Menurutnya, debat seharusnya menjadi ajang bagi keempat kandidat untuk menunjukkan pemahaman terhadap isu strategis di PPU dan menawarkan solusi konkret.

“Kandidat tampak normatif dan minim riset. Ketidakberanian membuka data terkait isu PPU menunjukkan kurangnya penguasaan masalah, sehingga debat hanya berisi visi dan misi yang normatif,” paparnya dalam keterangan tertulis, Jumat (1/11/2024).

1. Pentingnya debat berbasis data dan kajian ilmiah

Ketua Cabang GMNI Balikpapan, Maha Sakti Esa Jaya (Dok. Maha Sakti)

Maha menegaskan pentingnya debat berbasis data dan kajian ilmiah agar masyarakat bisa menilai kandidat secara objektif. “Debat harus jadi ruang tukar gagasan kritis, bukan sekadar penyampaian retoris. Para pemuda perlu lebih kritis menilai gagasan calon pemimpin,” tambahnya.

GMNI berharap debat berikutnya lebih konstruktif dengan kandidat yang berani menyajikan argumen berbasis data lapangan. Menurutnya, hal ini penting agar pemilih, khususnya kaum muda, dapat melihat kecakapan para calon dalam menghadapi tantangan di PPU secara terukur.

Pilkada PPU 2024 diharapkan menjadi momentum demokrasi yang membangun, dengan kandidat yang tidak hanya normatif tetapi juga relevan dan berbasis data.

2. Debat kandidat paslon PPU minim pertarungan gagasan dan normatif

Pernyataan sikap Pilkada PPU damai oleh empat perwakilan Tim Sukses Calon Bupati dan Wabup PPU (IDN Times/Ervan)

Sebaliknya, Maha menilai debat kandidat pasangan calon pilkada PPU sebagai ruang yang minim pertarungan gagasan dan terlalu normatif.

"Debat tadi malam hanya membahas visi-misi kandidat secara tekstual, tanpa eksplorasi mendalam terhadap isu-isu PPU," tuturnya. 

Menurutnya, keempat pasangan calon-Mudyat Noor-Abdul Waris Muin, Desmon Hariman Sormin-Naspi Arsyad, Hamdan Pongrewa-Ahmad Basir, dan Andi Harahap-Dayang Donna Faroek,  hanya menyampaikan pesan-pesan normatif tanpa data dan riset yang mendalam, sehingga masyarakat dan pemuda mempertanyakan makna debat tersebut.

3. Paslon dianggap memiliki visi dan misi menarik

Ratusan mahasiswa di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), menggelar aksi menolak revisi Undang-Undang Pilkada yang digagas oleh DPR RI, Jumat (23/8/2024). Foto GMNI Balikpapan

Maha mengakui setiap pasangan memiliki visi misi yang menarik, khususnya terkait pembangunan, birokrasi, dan lingkungan hidup. Namun, debat yang semestinya menjadi ajang dialektika dan eksplorasi program malah berakhir sebagai panggung formalitas tanpa ukuran yang jelas. "Masyarakat seharusnya bisa melihat pemetaan masalah yang lebih spesifik sebagai tolak ukur program dari setiap kandidat," jelasnya.

Ia juga menyoroti sesi akhir debat yang, menurutnya, tidak dimanfaatkan untuk mengupas isu-isu sosial secara mendalam. Dari berbagai masalah di PPU, hanya isu korupsi di sektor birokrasi yang tersentuh, sementara isu strategis lainnya terabaikan.

“Debat di Indonesia sering kali hanya formalitas, jarang menggali potensi calon dan mengadu gagasan yang kritis. Ini menimbulkan pertanyaan di kalangan pemuda terkait keseriusan calon dalam menghadapi persoalan PPU,” tutup Maha.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us