TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Atasi Banjir di Samarinda, Perlu Partisipasi Warga

Bersihkan parit depan rumahmu supaya air lancar mengalir

antarafoto.com/Amirullah

Samarinda, IDN Times - Kota Samarinda menjadi langganan banjir. Meski hujan tak terlalu deras dan lama, genangan air membanjiri kota mengganggu aktivitas publik dan membahayakan masyarakat yang melintas di jalan raya. 

Permasalahan banjir yang berkepanjangan di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur ini tentu harus segera diatasi. Menurut Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda, Dr. Ir. Bernaulus Saragih, M.Sc., "Harus ada pembenahan dari hulu ke hilir. Percuma misalnya kita benahi kota kalau daerah tangkapan air di hulu tidak dibenahi," katanya. 

Baca Juga: Jalan-jalan ke Samarinda? Wajib Cicipi 5 Makanan Olahan Ayam Ini

1. Penyebab banjir di Samarinda karena proses pembangunan yang kurang terencana dengan baik

Dok.IDN Times/Istimewa

Bernaulus menjelaskan banjir yang kerap melanda Samarinda sebagian disebabkan oleh tambang-tambang yang ada di sekitar Samarinda, namun juga akibat proses pembangunan yang kurang terencana dengan baik, serta pengupasan lahan untuk pertambangan dan perumahan. 

"Selain itu juga karena perkembangan pembenahan drainase kota dengan perubahan penutupan lahan wilayah kota itu tidak sebanding sehingga kalau hujan deras walaupun hanya sebentar, parit-parit yang ada tidak mampu untuk mengalirkan karena berbagai sumbatan. pendangkalan, dan parit banyak yang kecil sementara daerah buangan di Sungai Karang Mumus jauh dari kota," kata Bernaulus lebih lanjut.

2. Pembenahan dilakukan secara komprehensif agar permasalahan banjir ini bisa tuntas

antarafoto.com/Amirullah

Beberapa titik banjir di Samarinda ini antara lain di daerah Jalan D.I. Pandjaitan, Jalan A.W. Sjahranie, Jalan Pasundan-Jalan Merbabu, Jalan Pramuka, Jalan Lambung Mangkurat, dan beberapa simpang empat yaitu di dekat Mal Lembuswana, Sempaja, dan Air Hitam. 

Menurut Bernaulus, "Di hulu, di tengah, dan hilir ada masalah. Hulu daerah tangkapan air DAS, misal di hulu sungai, di perumahan, perbukitan. Di tengahnya saluran-saluran air drainase kota, dan di hilir Sungai Karang Mumus yang makin lama makin dangkal. Jadi ini sebenarnya harus ditangani secara komprehensif," jelasnya.

Itulah sebabnya perlu ada beberapa tindakan pengendalian baik untuk perumahan, pertambangan, dan penggusuran lahan-lahan berbukit. Di hulu misalnya, perumahan-perumahan yang didirikan harus memiliki embung. Embung ini bakal berguna untuk menampung air hujan, mencegah banjir, irigasi, budidaya perikanan, bahkan dapat menjadi lokasi ekowisata.

Bernaulus juga mengatakan, "Pembenahan di tengah kota adalah pembangunan saluran drainase yang baik. Daerah Sungai Karang Mumus ya harus dikeruk karena dangkal."

Ia juga menyadari penanganan banjir ini memerlukan dana tak sedikit. Pemerintah kota, provinsi, bahkan pusat mengucurkan dana besar.

Ia berharap agar penanganan betul-betul komprehensif karena tidak akan tuntas jika dilakukan secara parsial."Meski dana cukup tapi pembenahan yang tidak komprehensif dari hulu sampai ke hilir mungkin bagian-bagian tertentu dapat ditanggulangi tapi tidak akan menyelesaikan masalah dalam jangka panjang," jelas Bernaulus.

Baca Juga: Jokowi: Penyelesaian Jalan Tol Balikpapan - Samarinda 14 Persen Lagi

Berita Terkini Lainnya