TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

H-1 Lebaran, Penyeberangan Feri Sanga-Sanga Muara Sepi Penumpang 

Masyarakat lebih memilih jalur darat

IDN Times/Maulana

Balikpapan, IDN Times -  Kapal  feri tradisional masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar Kelurahan  Sanga-Sanga Muara, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kertanegara.

Meskipun penumpang sudah tidak sebanyak dulu, keberadaan kapal feri tradisional di muara Sanga Sanga masih dibutuhkan. Sebagian warga masih memilih untuk berangkat menggunakan feri tradisional untuk bepergian ke Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur.

Hingga H-1 lebaran, kondisi lalu lintas di penyeberangan feri tradisional di muara Sanga-Sanga terlihat tidak ada peningkatan arus kendaraan. Setidaknya masih ada 3 penyedia feri tradisional yang masih bertahan yang masing-masing memiliki 3 armada kapal kayu. Feri tradisional ini melayani penyeberangan penumpang dan kendaraan dari Sanga-Sanga Muara, Kutai Kartanegara menuju Anggana, Samarinda.

Baca Juga: Bikin Mudik Makin Berkesan, 10 Kuliner Brebes Ini Patut Kamu Coba

1. Masyarakat lebih memilih melalui jalur darat

IDN Times/Maulana

Setelah hampir 30 menit menunggu penumpang, kapal feri tradisional KM Habib Maulana siap-siap berangkat. Dalam pantauan IDN Times, terlihat hanya sebuah mobil dan 5 sepeda motor yang masuk ke lambung kapal.

Meskipun muatan orang dan barang tak banyak, nahkoda kapal terpaksa menghidupkan mesin dan menjalankannya, karena ada kapal lainnya yang akan sandar.

Menurut Armansyah, salah seorang pengelola kapal feri tradisional mengaku jumlah penumpang terus menurun dalam setahun terakhir. Para pengendara lebih memilih melalui jalan darat, sejak Pemerintah Daerah membuka akses melalui jembatan Mahkota pada Februari 2018 lalu.

“Penumpang terus menurun, dulu setiap 20 menit berangkat, sekarang 30 menit harus berangkat walau penumpangnya masih beberapa saja,” jelasnya.

Tarif yang diberlakukan yakni Rp50 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp15 ribu untuk kendaraan roda dua.

2. Pemilik kapal terpaksa mengurangi jumlah armada

IDN Times/Maulana

Akibat menurunnya jumlah penumpang, pemilik kapal terpaksa menurunkan jumlah kapal yang beroperasi. Dari 4 kapal, kini hanya 3 kapal yang dioperasikan.

“Itu pun tetap sepi, tidak pernah penuh penumpang,” ungkap Armansyah.

Hasil pemasukan dari tiket tidak menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh pemilik kapal.

"Masanya sudah habis, tidak jaya lagi. Sekarang akses lalu lintas lewat darat lebih mudah,” keluh Armansyah.

Baca Juga: H-2 Lebaran, Pelabuhan Merak Belum Terjadi Kepadatan Ekstrem

Berita Terkini Lainnya